Saturday, August 31, 2013

Bermimpi Koruptor, Di Padang Arafah Dirinya Dikelilingi, Jutaan Monyet.



PANTUN DI  ARAFAH

Memakai motor, berburu jerapah,
Daging direbus, daun kunyit,
Bermimpi Koruptor, Di Padang Arafah
Dirinya Dikelilingi, Jutaan Monyet.

Salah tingkah, menjunjung duri,
Karet Putus, Di Tepi Paya.
Di padang Arafah, bermimpi  pencuri,
Dikejar tikus, sebesar manusia.


PADANG TEKUKUR, TEMPAT BERLAGA,
PADANG ARAFAH, TEMPAT BERHENTI.
ANTARA TERTIDUR, DENGAN TERJAGA,
PEMIMPIN ZALIM, DIKELILINGI BABI.

        Awalnya Buku ini merupakan refleksi atas berbagai persoalan di seputar penyelenggaraan ibadah haji, praktek haji, dan makna-makna simbolik dalam ritual haji. Sebagaimana kita ketahui, masalah haji seringkali menimbulkan konflik di antara para pemangku kepentingan (stake holders) dari mulai masyarakat (umat Islam), pemerintah, DPR, kelompok-kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH), sampai biro-biro perjalanan haji. Masalah-masalah yang dipersengketakan biasanya menyangkut ongkos naik haji atau ONH, kuota haji, maraknya calo-calo haji, pelayanan yang buruk terhadap calon-calon haji, akomodasi haji, hingga persoalan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dalam bisnis penyelenggaraan haji.

       Masalah-masalah tersebut selalu menjadi isu yang panas, bukan saja karena menyangkut kepentingan banyak orang dan dana triliunan rupiah, tapi terutama karena ibadah haji merupakan rukun Islam, perintah Allah, yang kita semua berharap semestinya tidak ada hambatan apapun dalam pelaksanaannya. Faktanya, dari tahun ke tahun masalah-masalah di seputar itu selalu muncul.

       Tentu saja masalah haji bukan hanya menyangkut persoalan administrasi sebagaimana disebutkan di atas. Masalah haji bisa dibawa lebih jauh lagi menjadi masalah eksistensi, aktualisasi diri, dan dampak setiap ritual ibadah haji pada peningkatan ruhani orang-orang yang melaksanakannya. Buku ini juga menyorot masalah tersebut. Saya memilih pantun sebagai media penyampaian pesan karena tidak ingin terlalu serius terbawa oleh masalah yang sudah begitu pelik. Pantun hanya ingin berkelakar. Sesekali mengejek sambil tersenyum.

Pantun merupakan tradisi sastra yang sangat populer di tengah masyarakat kita, sejak dulu sampai sekarang. Kalau kita menonton tayangan televisi, terutama program hiburan yang dibawakan oleh para komedian, kita selalu mendengar pantun-pantun diucapkan secara spontan untuk menyatakan pujian, kekaguman, kekesalan, bahkan juga celaan secara berseloroh. Hal ini menunjukkan bahwa pantun merupakan tradisi sastra lisan yang benar-benar hidup dalam masyarakat kita.

Para penutur pantun di televisi, terutama para komedian seperti Tukul, Opik Kumis, Ginanjar, Okky Lukman, Dorce, Parto, Sule, dll, mungkin tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya sedang merawat salah satu kekayaan budaya kita. Tatkala tradisi menulis pantun kurang begitu diminati, setidaknya tradisi lisannya masih hidup dan berkembang.
Buku ini ingin berpartisipasi dalam melanjutkan budaya menulis pantun yang mulai jarang itu—kecuali di Sumatera bagian timur, khususnya Tanjung Pinang, yang masih memiliki raja dan ratu pantun. Cara penulisan yang saya lakukan tidak terlampau ketat dengan aturan-aturan yang berlaku di dunia perpantunan. Tak jarang saya merasa gagal mengompromikan isi dengan sampirannya, atau makna dengan iramanya. Entah jadinya pantun beneran atau pantun-pantunan.

Dalam khazanah sastra lama kita mengenal pantun agama atau pantun nasihat. Dengan karakternya yang unik dalam menyampaikan pesan, pantun bisa berkelit dari tendensi yang berlebihan untuk mengubah masyarakat menjadi lebih sejalan dengan tuntunan agama. Itu pekerjaan pada ustadz atau muballigh yang selalu siap dibenci oleh masyarakat karena suka melarang-larang dan menyampaikan kebenaran tanpa tedeng aling-aling. Sedangkan pantun, saya kira, tidak berusaha merumuskan kebenaran vis a vis situasi sosial yang bobrok sekalipun. Pantun hanya merefleksikannya menjadi kenyataan imajiner supaya kebobrokan itu tidak dilupakan orang.

Pantun-pantun dengan tema seputar haji mungkin juga sudah sering dituturkan, misalnya oleh para mubaligh yang berceramah di forum walimatus safar. Penuturan mereka pasti lebih baik karena mereka memang tahu seluk beluk haji dan maknanya. Sedangkan saya, naik haji saja belum pernah, kecuali dalam mimpi. Tapi perasaan jengkel terhadap penyelenggaraan ibadah haji adalah hak semua orang, termasuk mereka yang belum naik haji. Kejengkelan itu juga yang mendorong saya untuk merefleksikannya dalam bait-bait pantun.

Buku-buku mengenai haji yang ditulis secara ilmiah saya kira sudah cukup banyak. Begitu juga kisah-kisah perjalanan haji yang ditulis sebagai memoar. Namun, buku tentang haji yang ditulis dengan media pantun saya kira masih langka, kalau bukan tidak ada, kecuali pantun-pantun terserak dalam blog internet atau diposting dalam jejaring sosial semacam fesbuk dan twitter, dan tidak dihimpun dalam sebuah buku.

Beberapa pantun yang dimuat dalam buku ini juga pernah saya posting sebagai status atau obrolan antardinding di fesbuk. Secara tidak sengaja saya juga pernah memergoki pantun-pantun yang saya posting itu di-copy paste oleh orang lain menjadi statusnya tanpa menyebutkan penulisnya. Meskipun jengkel tapi saya biasanya diam saja. Sebagai penulis profesional (beeeuuhh!!), saya tidak akan pernah melakukan perbuatan tercela semacam itu.

Semua pantun yang dimuat dalam buku ini adalah karya saya sendiri yang ditulis dalam berbagai kesempatan. Saya berterima kasih kepada penemu Communicator dan Black Berry (BB), karena dengan benda-benda itu saya bisa menulis kapan saja tanpa harus duduk di depan komputer. Bahkan ketika menaiki kendaraan, lalu sebuah ilham tiba-tiba datang, saya berusaha menepi untuk segera menuliskannya. Sebab kalau tidak begitu biasanya akan hilang dari ingatan. Sebagian besar pantun dalam buku ini pun lahir di pinggir jalan, di pesta pernikahan, di ruang seminar, di tempat tidur, di masjid, dan tempat-tempat lain yang bukan di depan komputer.

Ide untuk menghimpun pantun-pantun ini dalam sebuah buku datang belakangan, ketika saya melihat jumlahnya sudah cukup banyak. Lalu saya berpikir, mungkin ada gunanya kalau dipublikasikan dalam bentuk buku. Walhasil, inilah buku pantun pertama saya. Saya masih memiliki obsesi untuk terus menulis pantun dalam berbagai tema, sehingga nanti akan ada buku pantun kedua, ketiga, dan seterusnya, hitung-hitung melestarikan budaya Nusantara.

Pada kesempatan ini saya ingin menghaturkan terima kasih kepada para seniman musik yang telah banyak memberi inspirasi kepada saya melalui lagu-lagu mereka yang dikemas dalam irama pantun dan ternyata menghasilkan nada yang merdu, dalam hal ini khususnya alm. Benyamin S, Rhoma Irama, A Rafiq, Iwan Fals, Hj. Nur Asiah Jamil, Siti Nurhaliza dan SM Salim, dan nama-nama lain yang tidak mungkin disebutkan semuanya. Mereka semua telah membangun negeri dengan karya. Semoga pengabdian mereka mendapat pahala berlipat ganda dari Allah SWT.

Ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada teman-teman yang telah membaca draft buku ini dan memberikan apresiasinya. Di sini saya harus menyebut nama Hawe Setiawan, penyair dan pengajar Apresiasi Puisi, Prosa, dan Pengantar Sastra di Universitas Pasundan, Bandung; Irfan Abubakar, Direktur Pusat Kajian Agama dan Budaya/ Center for the Study of Religion and Culture (CSRC), UIN Jakarta; dan Jumiatie Zaini, pengajar PAUD dan TK Baiturrahmah, Pamulang, Tangerang.

Secara khusus ucapan terima kasih disampaikan kepada tetehku, ibu Hj. Gina Adriana Sanova, pendiri dan pemimpin pengajian Babussalam, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Berkat dukungannya, buku ini bisa terbit sesuai jadwal yang direncanakan.

Akhir kalam, semoga buku ini bisa menjadi teman untuk berefleksi, merenung, dan menertawakan keadaan karut marut dan gonjang-ganjing yang selalu kita temui dalam kehidupan sehari-hari..


Kecap disimpan,  diatas tempayan,
Tudung  berkilau,   dibuat topi,
Kami ucapkan,  selamat jalan
Jemaah Riau, ke tanah suci.

Anak tupai,  di tudung saji,
Jatuh dari, sebuah  pondok
Ingin sempurna,  ibadah haji,
Jangan menci, jangan merokok.


Memakai kemeja,  merah  merekah,
Dapat hadiah, bagai diukir.
Tempat belanja,  bukan di Mekah,
Fokuskan niat, untuk zikir.


Menggiling mangga,  jauhkan biji,
Ambil sarinya,  buang tempulur
Diiringi doa, Semua  famili,
Agar mendapat, haji  mabrur.

Durian pengat,  di tudung saji,
Dimasak dengan, kayu arang.
Jangan mengejar, gelar haji,
Ingin  terpandang, dipuji.orang.

PANTUN DI ARAFAH



PANTUN DI  ARAFAH



Memakai motor, berburu jerapah,
Daging direbus, daun kunyit,
Bermimpi si-Koruptor, Di Padang Arafah
Dirinya Dikelilingi, Jutaan Monyet.












Salah tingkah, menjunjung duri,
Karet Putus, Di Tepi Paya.
Di padang Arafah, bermimpi  si-Pencuri,
Dikejar tikus, sebesar manusia.


PADANG TEKUKUR, TEMPAT BERLAGA,
PADANG ARAFAH, TEMPAT BERHENTI.
ANTARA TERTIDUR, DENGAN TERJAGA,
PEMIMPIN SIZALIM, DIKELILINGI BABI.

Kecap disimpan,  diatas tempayan,
Tudung  berkilau,   dibuat topi,
Kami ucapkan,  selamat jalan
Jemaah Riau, ke tanah suci.

Anak tupai,  di tudung saji,
Jatuh dari, sebuah  pondok
Ingin sempurna,  ibadah haji,
Jangan menci, jangan merokok.


Memakai kemeja,  merah  merekah,
Dapat hadiah, bagai diukir.
Tempat belanja,  bukan di Mekah,
Fokuskan niat, untuk zikir.


Menggiling mangga,  jauhkan biji,
Ambil sarinya,  buang tempulur
Diiringi doa, Semua  famili,
Agar mendapat, haji  mabrur.

Durian pengat,  di tudung saji,
Dimasak dengan, kayu arang.
Jangan mengejar, gelar haji,
Ingin  terpandang, dipuji.orang.

Wednesday, August 28, 2013

KATA "JANCUK" PANTANG DIUCAPKAN DI ROKAN HULU-PADANG DAN SURABAYA-MADURA


KATA "JANCUK"
PANTANG DIUCAPKAN DI ROKAN HULU-PADANG DAN SURABAYA-MADURA

BY M.RAKIB JAMARI RIAU 

Ada anekdot bahwa orang Madura banyak yang takut pada Tentara. Suatu saat, di sebuah bis kota yang penumpangnya berjubel seseorang bertanya kepada salah satu penumpang yang badannya kekar dan berambut pendek :
“Maaf pak, apakah sampiyan Polisi ? ” (logat Madura)
“Bukan !”
“Apakah sampiyan Angkatan Darat ?”
“Bukan !”
“Angkatan Laut atau Angkatan Udara ya ??”
“Bukaaan…!”
“Kalau begitu jancuk sampiyan !”
“Lho kenapa ?”
“Ini sampiyan nginjak kaki saya “..
Sebenarnya Jancuk Itu Artinya Apa?
Kata “JANCUK” dalam logat Minang dan Surabaya, artinya sama.(Hubungan kelamin). Hi memalukan jorok. Tapi sepertinya sekarang semakin populer di mana-mana. Walaupun sebenarnya ini bukan istilah baru. Saya sering mendengar kata-kata itu diucapkan oleh Sujiwo Tedjo di twiter. Bahkan diapun sudah menuliskan dua buah buku yang bertemakan jancuk, yaitu “Jiwo Jancuk” dan “Republik Jancuker”.
Sebenarnya apa sih arti jancuk? Sampai sekarang saya belum paham. Maklum saya orang asli Jawa Tengah. Di daerah saya tidak ada istilah seperti itu. Dan menurut informasi yang saya dengar, katanya istilah jancuk itu hanya lazim di pakai oleh orang-orang Jawa Timuran. Sujiwo Tedjo yang menyebut dirinya sendiri sebagai presiden jancuker, sudah pernah menjelaskan arti dari istilah “jancuk” di Kompas TV.
Katanya jancuk itu maknanya luas. Orang bebas mengartikan apa saja. Ada orang yang mengartikanya sebagai sesuatu yang kasar atau negatif. Tetapi ada juga orang yang mengartikanya sebagai sesuatu yang wajar atau positif. Dan inilah yang membuat saya bingung. Kok bisa mempunyai banyak arti seperti itu? Kalau arti jancuk yang sebenarnya itu apa sih? Mohon kepada teman-teman kompasianer yang asli Jawa Timur, mau memberikan penjelasan kepada saya tentang arti dan makna jancuk yang sebenarnya di sini. Atau bukan orang Jawa Timur juga tidak apa-apa yang penting tau arti jancuk yang sebenarnya.
Kalu tidak dijelaskan secara gamblang mungkin saya akan semakin bingung tentang arti dan makna dari jancuk yang sebenarnya. Apa lagi kalau baca tulisan dari presiden jancuker yang satu ini “Kalau dengan jancukpun aku sudah tidak bisa menemuimu, lalu dengan air mata mana lagi aku dapat menemukanmu?”
Antara FUCK, JANCUK, JANCOK dan DOLLY
(kesalapahaman yang terdoktrin)

Sadurunge moco bukaen motomu ojo mek nggawe perasaan!
Dadi Ayo saiki monggo belajar ilmiah, ojo mek iso ndoktrin lek jancuk iku elek thok!

Opo iku jancuk?
Pasti akeh seng jawab iki :
Jancuk iku kotor
Jancuk iku misuh
Jancuk iku gak nggenah, elek, kemproh, najis, taek, telek, sakkarepmu….

Terus opo iku FUCK?
Pasti jawabane yo gak adoh teko seng nang ndukur!

Saiki sopo seng ngerti asal-muasale jancuk karo fuck muncul?
95% pasti gak weruh, mek dikandani wong tuwek lek yo wes elek ngunu ae…
5% weruh sawise googling, apene takok wong tuwek malah dituturi…

mboh sopo seng mulai ngomong jancuk, sampe saiki durung ono seng iso njelasno. Ono seng ngomong iku basa arab, basa belanda, basa cino, tapi seng paling cidek iku jancuk dipadakno artine karo ngencuk (bersetubuh) TAPI…TAPI… ojo komentar sek! kata jancuk iki tambah taon tambah mrene kenek perluasan makna kata. Kata jancuk saiki iso mlebu nang macem-macem ekspresi. Lek jare sudjiwotedjo spektrum jancuk iku luas, ojo diarti’no mek kata kotor.
Contoh :
- Jancuk, dompetku ilang cuk!
- Jancuk, aku ketrimo nang snmptn rek!
- Hei jancuk, yo’opo kabarmu cuk?
- Jancuk, pacarku selingkuh!
- Jancuk… jancuk… jancuk….
pas seneng ngomong jancuk, pas susah ngomong jancuk, pas lapo ae yo jancuk!

Seng bener iku JANCOK opo JANCUK seh?
Ono seng ngeyel JANCOK ae luwih lego timbang JANCUK, tapi iku mek perasaan ae la’an gak ilmiah. Lek ndelok teko kata dasare seng dipadakno karo kata ngencuk, dadi seng bener yo JANCUK, TAPI berhubung logate wong jowo opo maneh logat wong suroboyo iku nyebut huruf U iso dadi O, yo ojo salahno lek berubah dadi JANCOK, iku mek kenek pelafalan dan logat ae kok, pengen nulis JANCUK monggo, nulis JANCOK yo monggo… gak usah eker-ekeran

Trus saiki opo bedane karo FUCK?
saiki aku takon opo artine FUCK? ngencuk? padahal asline fuck iku gak ono hubungane karo artine ngencuk. fuck iku biyen teko singkatan Fornication Under Consent of The King (Hubungan intim telah mendapatkan ijin dari raja). 
bingung kok singkatane ngunu? 
ngene critane, pas jaman biyen nang inggris iku kabeh aturan diatur raja, sampe nang urusan nggawe anak/ngencuk! nah gawe seng pengen ngencuk opo nggawe anak iku kudu ijin nang raja, seng oleh ijin bakal oleh tanda tulisan FUCK seng dideleh nang ngarepe lawang omahe wong seng apene ngencuk iku!
saiki…
kedadeane FUCK karo jancuk iki podo ae asline, FUCK akhire ngalami perluasan kata seng asale singkatan teko raja inggris, akhire artine iso dadi ngencuk, tapi pas jaman saiki kata fuck iki ngalami perluasan kata maneh, lek gawe wong inggris iku kata seng melok’i “expresi” pisan podo koyo’ jancuk.
tapi lek ngomong jancuk karo fuck iku duso lho!
sopo seng ngomong duso? 
pasti dudu teko awakmu dewe toh? 
pasti dudu teko pikiranmu dewe toh? 
LEK JAREKU lho yo, jancuk iku gak duso! 
Engko awakmu iso mlebu neroko lho lek misuh jancuk ae saben dino!
Iki pisan, seng ngomong koyo’ ngene berarti ngalah-ngalahi seng kuoso ae, surgo neroko dudu menungso seng nentukno, gak mesti yoan wong seng gak misuh iku pasti mlebu surgo. 
saiki opo seng nggarai jancuk iku dadi duso? 
opo gara-gara seng dipada’no karo ngencuk? 
LEK JAREKU jancuk gk ono hubungane karo agama, tapi jancuk iku mek masalah ETIKA karo mindset pikiranmu!

Saiki aku tau weruh ono celukan gawe dulur wedok nang daerah njobo suroboyo iku nggawe celukan CUK, trus opo yo iso langsung dianggep duso? Ojo berpikiran sempit tah rek! Mek gara-gara di doktrin wong tuwek-tuwek lek jancuk iku rusuhan, lek jancuk iku kotor langsung manut ae gak digoleki kenek opo kok iso koyo’ ngunu

Catetan penting!
Seng jelas awakmu kudu ngerti panggon pas ngomong jancuk, ono sopo nang kono, koncomu opo wong tuwomu. soale gak kabeh wong iso nrimo lek ono wong seng lambene misah-misuh ae. opo maneh lek dudu arek suroboyo.
awakmu ngomong jancuk karo sopo? pas ono sopo? lek nang wong seng luweh tuwek seng gak ngerteni paling-paling mek ditapuk lambemu, nah lek misuhi wong seng ngerti paling yo dibales pisuhan yoan! tapi cobaen nang arek seng sa’pantaran awakmu, opo maneh koncomu dewe, paling yo dijarno ae, paling malah pisuh-pisuhan. malah ngguyu-ngguyu bareng. Saiki cobaen pisan pisuhono wong teko luar pulau opo luar negri paling yo de’e tolah-toleh gak weruh artine.

aku njelasno arti jancuk kabeh koyo’ ngene dudu nggarai awakmu kudu misuh-misuh saben dino, saben jam, aku mek pengen ngutarakno pendapat 

pas posoan = stop misuh?
sepurane aku dudu wong seng MUNAFIK pisan, gara-gara poso terus aku mandeg misuh, trus pas wes mari posoan misuh maneh! iku berarti aku munafik! 
njogo omongan iku pancen kudu dilakokno kapan ae gak mek posoan, tapi  gak usah dadi wong seng munafik.
Seng diarani wong munafik iku termasuk seng rai pabrikan pasar turi tapi pas misuh ngomong Fuck dudu jancuk! Ce’ luwih keren opo sangar ngunu tah? -_-

Tambahan ae iki!
Aku sampe saiki kudu ngguyu ae lek ono seng risih nulis opo nyebut DOLLY. Ono seng nulis DOLLY ae kudu ono tanda bintang koyo’ ngene, d*lly ; do**y. Lek fuck dadi f*ck sek iso dingerteni, lha seng dolly iku lalapo seh risih ngunu? Padahal dolly iku ngunu asal-muasale teko jeneng pendirine, yoiku Tante DOLLY van der mart. Trus opo iyo lek nyebut dolly iku duso? Tabu? Hash gak usah pikiran sempit rek!

Mugo-mugo opo seng ta’tulis iki iso diwoco karo kabeh wong. Aku nulis dowo-dowo koyo’ ngene asline yo mek pengen ngelurusno ae ce’ gak salah paham, ce’ gak eker-ekeran, iki ngunu jareku, gak peduli cangkeme wong liyo. soale aku sadar pas nulis iki pasti ono ae wong seng PRO karo KONTRA tapi iku pancen pendapat wong beda-beda, tapi lek gak trimo yo iku urusanmu karo keluargamu! :)

asline lho rek sumber informasi seng ta’tulis iki ngunu ono kuuabeh nang internet, mek koen ae seng gak gelem nggoleki karo lebih sreg twitteran ae timbang golek ilmu nang internet…. #kalem
sepurane lek basaku campur-campur, soale aku mek pengen tulisanku gampang di ngerteni 
nedho nrimo dulur :)

Jancuk   

1. kosakata lokal Surabaya yang berarti ungkapan kekesalan, mengumpat
2. sapaan pertemanan kental dan akrab dikalangan kaum adam
3. dalam bahasa Inggris fuck
4. ungkapan kekaguman
1. Eh, jancuk anak ini ditungguin sampek 2 jam belom dateng!
2. Hey, jancuk lama nggak ngumpul kemana aja wey!
3. Dih sombong amat minta di-jancuk-i
4. Jancuk, keren banget kamu sekarang!
Bukan lagi sebuah kata yang tidak senonoh, karena Sudah mengalami perluasan arti dan perluasan makna
sehingga arti yang sekarang menjadi lebih halus dan digunakan untuk keakraban antar teman
Cuk, tambah ngguanteng ae raimu! 
(Cuk tambah tampan saja kamu)

Opo Kabare cuk? Sehat tah Cuk?
(Bagaimana Kabarmu, cuk? Sehat kan, cuk?)
Arti Kata ‘JANCOK’ Jancok, jancuk atau dancok adalah sebuah kata khas Surabaya yang telah banyak tersebar hingga meluas ke seantero Indonesia bahkan sudah mendunia. Warga Jawa Timur seperti Surabaya, Malang dll turut andil dalam peini. Sampe ketika ada orang dari Singapura yang kebetulan lagi maen ke Indo tanya, “Bagaimanakah kabar jancok Anda ?” Jancok berasal dari kata ‘encuk’ yang memiliki padanan kata bersetubuh atau fuck dalam bahasa Inggris. Berasal dari frase ‘di-encuk’ menjadi ‘diancok’ lalu ‘dancok’ hingga akhirnya menjadi kata ‘jancok’.
Ada banyak varian kata jancok, semisal jancuk, dancuk, dancok, damput, dampot, diancuk, diamput, diampot, diancok, mbokne ancuk (=motherfucker) , jangkrik, jambu, jancik, hancurit, hancik, hancuk, hancok, dll. Kata jangkrik, jambu adalah salah satu contoh bentuk kata yang lebih halus dari kata jancok. Makna asli kata tersebut sesuai dengan asal katanya yakni ‘encuk’ lebih mengarah ke kata kotor bila kita melihatnya secara umum.
         Normalnya, kata tersebut dipakai untuk menjadi kata umpatan pada saat emosi meledak, marah atau untuk membenci dan mengumpat seseorang. Namun, sejalan dengan perkembangan pemakaian kata tersebut, makna kata jancok dan kawan-kawannya meluas hingga menjadi kata simbol keakraban dan persahabatan khas (sebagian) arek-arek Suroboyo. Kata-kata ini bila digunakan dalam situasi penuh keakraban, akan menjadi pengganti kata panggil atau kata ganti orang. Misalnya, “Yo’opo kabarmu, cuk”, “Jancok sik urip ae koen, cuk?”.
       Serta orang yang diajak bicara tersebut seharusnya tidak marah, karena percakapan tersebut diselingi dengan canda tawa penuh keakraban dan berjabat tangan dong… Hehehehe…. Kata jancok juga bisa menjadi kata penegasan keheranan atau komentar terhadap satu hal. Misalnya “Jancok! Ayune arek wedok iku, cuk!”, “Jancuk ayune, rek!”, “Jancuk eleke, rek”, dll. Kalimat tersebut cocok dipakai bila melihat sesosok wanita cantik yang tiba-tiba melintas dihadapan. Hehe… Akhiran ‘cok’ atau ‘cuk’ bisa menjadi kata seru dan kata sambung bila penuturnya kerap menggunakan kata jancok dalam kehidupan sehari-hari. “Wis mangan tah cuk. Iyo cuk, aku kaet wingi lak durung mangan yo cuk. Luwe cuk.”. Atau “Jancuk, maine Arsenal mambengi uelek cuk. Pemaine kartu merah siji cuk.” Apa makna “Jancok” menurut anda?

Tuesday, August 27, 2013

Mengapa para wanita ini mencuri sperma?


M.Rakib Jamari,S.H.,M.Ag
Pria diperkosa wanita. Sama buruknya dengan wanita yang diperkosa pria. Daya rusak terhadap kejiwaan sama beratnya. Aliansi Kota New York Melawan Kekerasan Seksual (NYCAASA)  dalam sebuah kajiannya memaparkan bahwa para pria korban pemerkosaan bisa depresi, marah, merasa bersalah, mengalami disfungsi seksual, trauma, dan kecenderungan ingin bunuh diri. Citra pria sebagai seorang yang kuat juga dinodai. 

Kebanyakan mereka justru diremehkan dan dilecehkan ketika mengajukan laporan ke polisi. Hal ini karena berdasarkan anggapan masyarakat, pria seharusnya bisa melindungi dirinya sendiri. Salah mereka sendiri, kenapa bisa diperkosa.

Kebanyakan mereka juga dianggap bukan korban, tapi turut menikmati lantaran ikut ereksi dan bahkan berejakulasi. Padahal menurut para psikolog, ereksi dan ejakulasi saat pria diperkosa adalah reaksi fisik yang tidak bisa dikontrol, dan ini normal. 

NYCAASA menuliskan, ini bukan berarti bahwa korban ingin diperkosa atau menikmati kejadian tersebut. Ejakulasi tidak selalu berarti orgasme. "Gairah seksual tidak selalu harus dengan persetujuan."
JANGAN BICARA TENTANG PERJUANGAN JIKALAU TAKUT DILAMBUNG TOHMAHAN
Posted by CUCU TOK WAN at 10:45 PM Tuesday, November 23, 2010


Masalah sosial tidak hanya berlaku di kalangan remaja atau golongan muda, sebaliknya turut melanda mereka yang telah berumahtangga. Video di atas adalah salah satu contohnya.

Nafsu syahwat seringkali mengelabui mata dan akal fikiran. Bahagian yang seringkali menjadi sasaran serangan Iblis dan Syaitan itu, seringkali begitu mudah runtuh sekalipun seseorang itu kelihatan sangat beriman. Dugaan dan ujian yang didatangkan ini, menyebabkan ramai yang gagal.

Islam sudah mempunyai cara pencegahan yang terbaik. Bermula daripada didikan jiwa, nafsu dan akal, sehinggalah kepada penderaan, hudud, qisas dan ta'zir bagi masalah sebegini. Biarpun ada sesetengah negara yang menjalankan hukuman hudud dan qisas, namun masalah ini tetap juga berlaku.

Puncanya kerana miskin ilmu dan amal. Ada sesetengahnya berilmu tetapi tidak berakal. Ada sesetengahnya beramal tetapi tidak berilmu. Maka seimbangkanlah ilmu dan amalan.

Zina adalah dosa besar. Namun ia menjadi jauh lebih besar apabila zina itu melibatkan suami dan isteri orang. Di dalam hudud Islam sekalipun, ada perbezaan besar hukuman yang dijatuhkan kepada pasangan yang tidak pernah bernikah dengan pasangan yang telah bernikah...

Maka jauhilah Zina dan takutilah ancaman Allah Taala dengan api neraka.... jangan sesekali anda jatuh cinta dengan isteri orang apatah lagi bermain gila dengan mereka kerana dosa anda tidak akan terampun sama sekali selagi mana si suami pasangan anda tidak mengampunkan dosa-dosa anda....

'Adat' Melayu dahulukala, apabila berlaku keadaan sebegini, maka si lelaki akan membawa sebilah parang atau keris dan menyerahkan kepada suami pasangannya. Apa yang dilakukannya, perlulah diredhai sambil berdoa dan bertaubat nasuha dengan sepenuh harapan, Allah Taala akan mengampunkannya.

VIVAnews - Tiga wanita ini membawa kantung kresek. Sebuah kantung biasa. Dan tidak ada yang mencurigakan. Tapi polisi yang menguntit mereka mengincar kantung itu. Begitu dibekuk, kantung plastik itu dibuka. Isinya memang rada aneh. Ada 31 kondom bekas di situ. Semua berisi cairan sperma. 

Penangkapan Oktober 2011 itu, mengakhiri perburuan panjang polisi terhadap ketiga bandit wanita ini. Mereka sungguh meresahkan para pria di kota-kota di Zimbabwe, negeri gersang  di benua Afrika itu. 

Perburuan terhadap para bandit wanita ini, bermula dari pengakuan sejumlah pria yang mengaku diculik. Para penculik adalah sekelompok wanita. Para lelaki ini kemudian diperkosa. Spermanya dicuri. Kasus  ini pertama kali merebak pertama tahun 2009. Setidaknya 17 pria sudah diperkosa para wanita ini.

Media lokal di sana memburu kisah kelompok ini. Menggali bagaimana cara mereka memperkosa para pria itu. My Zimbabwe menulis bahwa dalam beroperasi geng kaum hawa ini memakai banyak modus. 

Yang paling umum adalah merangsang korban. Lalu diperkosa. Dengan cara ini diharapkan para korban bisa ejakulasi. Jika cara ini tidak berhasil, dalam beberapa kasus mereka memakai cara ular. Memakai ular berbisa demi memacu birahi para pria. Tidak jelas, bagaimana si ular itu bisa meletupkan syahwat.

Jika cara itu juga tidak berhasil, mereka akan menodongkan senjata. Jika tak punya senjata, ya pakai pisau. Jika tidak berhasil juga, para korban akan dipaksa menelan obat perangsang dan obat kuat. Sesudah oleng, mereka dipaksa berhubungan seks. Berkali-kali sebelum akhirnya dicampakkan di jalan.

Banyak yang meyakini, cara hina ini ditempuh bukan demi kepuasan birahi belaka, seperti ketika pria memperkosa wanita. Cara ini dilakukan juga untuk  mencuri sperma para pria. Sperma itu akan dijual. Diduga pasarnya terbuka luas. Dijual di Zimbabwe dan sejumlah negeri di benua itu.

Kecurigaan soal jaringan jual beli sperma itu meruyak, sebab praktik dengan modus yang hampir sama juga ramai di sejumlah negara. Lihatlah yang dilakukan  Pekerja Seks Komersial (PSK) di Abuja, Nigeria, yang jauhnya beribu mil dari Zimbabwe. Di negeri itu Dewan Perlindungan Masyarakat Abuja (AEPB) kerap kali melakukan razia dan menangkap ratusan pekerja seks. Dan selalu saja menemukan kondom berisi cairan sperma di dalam tas mereka.  

"Sering kami temui. Mereka membawa kondom dengan sperma saat kami menggeledah tas. Leher kondom diikat agar isinya tidak tumpah dan dibungkus lagi dengan tisu toilet," kata seorang petugas AEPB.

Kecurigaan bahwa jual beli sperma  ini meluas sesudah polisi di Ghana juga mengungkap praktik serupa.  Pria di negara ini diteror geng wanita pemerkosa yang mengincar sperma mereka. Kebanyakan pemerkosa adalah para pekerja seks komersil.  

Kepada media lokal, salah seorang pekerja seks menuturkan bahwa mereka harus sembunyi-sembunyi mencuri sperma para "klien". Namun jika tidak berhasil, jalan kekerasan terpaksa ditempuh.

Di Ghana, para pekerja seks kerap memakai  obat bius melumpuhkan korban. Mengusapkan semacam serbuk bius dan stimulan ke tubuh mereka sendiri, lalu  merayu para pria untuk menghisap. Saat korban kehilangan kesadaran, atau setengah sadar, mereka dipaksa berhubungan seks.  Sperma mereka “diperah” dan ditampung dalam kondom.

Mengapa para wanita ini mencuri sperma?  Jawabannya adalah uang, campur aduk dengan perdukunan.

Sejumlah media di Afrika menulis bahwa di pasar gelap, harga sekantung kondom penuh sperma bisa mencapai Rp136 juta. Dari seorang pria yang diperkosa, setelah diberi stimulan, mereka bisa mengantungi lima kondom penuh sperma. Jika dijual meraup Rp680 juta.

Bagi sejumlah warga di negera-negara itu, yang banyak hidup di bawah garis kemiskinan, uang sebesar ini sangat menggiurkan. Itulah sebabnya, kasus perkosaan pria oleh wanita berlipat ganda beberapa tahun belakangan.

Sperma ini akan dijual kepada para dukun. Di sana sohor dengan sebutan "Sakawa".  Digunakan sebagai salah satu syarat pesugihan. Bersekutu dengan setan mencari uang haram. Mereka yang menyerahkan sajen sperma ini diyakini bakal sukses dalam hidup. Sukses dalam bisnis. 

Selain dijual ke dukun sebagai sajen, ada  juga yang menyimpan sperma itu sebagai jimat keberuntungan. Mereka yang menyimpan sperma plus jampi-jampi khusus akan untung dalam hidup.

Mereka yang menerima dan menyimpan sperma itu bakal untung, tapi yang diambil spermanya bakal buntung. Bahkan bisa menemui ajal. 

Dalam keyakinan perdukunan ini, pria yang spermanya digunakan untuk sarana pesugihan ini akan menderita banyak penyakit. Di antaranya adalah kemandulan, impotensi, krisis pernikahan, gagal dalam bisnis dan bahkan lebih cepat dijemput maut.

Benar atau tidak memang susah dibuktikan. Tapi dengarlah kisah seorang wanita di Ghana ini. Kepada media setempat, wanita ini berkisah tentang sepupu prianya. Sang sepupu tiba-tiba dirubung penyakit aneh.
"Dia selalu kesakitan, muntah-muntah, buang-buang air, dan lama-lama dia sangat pucat dan kurus sampai kami tidak mengenalinya lagi," kata wanita yang tidak disebutkan namanya itu.

Cemas dengan kesehatannya, keluarga membawanya ke dukun. Setelah dilakukan ritual, kata dukun itu, diketahui bahwa sperma pria tersebut digunakan untuk pesugihan oleh seseorang. Tidak ditulis apakah si pria malang itu bisa dibugarkan oleh si eyang dukun itu.

Berbagai kisah pemerkosaan, bercampur bisnis dan perdukunan itu membuat pria di sejumlah negara di Afrika ketakutan. Takut sendirian di jalanan. Polisi juga menghimbau para pria untuk tidak menerima ajakan menumpang mobil wanita yang tidak dikenal.


Sunday, August 25, 2013

Bagaimana Pendidikan, Bisa Bermutu, Muridnya tak bisa, membantu diri.


PANTUN MUTU PENDIDIKAN 

Apa guna,  memakai sepatu,
Jika tetap, kena  duri,
Bagaimana Pendidikan, Bisa Bermutu,
Muridnya tak bisa,  membantu diri.

Menyuluh ikan, hari sabtu,
Udara sejuk, angin utara
Jika pendidikan, tidak  bermutu,
Negara malu, rakyat sengsara.






Jika belayar, di waktu magrib,
Arus deras,  karangnya tajam
Menteri pendidikan, kurang  kreatif,
Gnenrasi rusak, negara tenggelam.

Lancang kuning,  membawa gasing,
Mainan raja,  Sunda Kelapa.
Biar milyaran ,  bantuan asing,
Kekejaman Belanda, jangan dilupa.

Burung merpati,  hinggap di pintu,
Cenderawasih,  tinggi di awan.
Tabahkan hati,  waspadai penipu,
Pendidikan jangan,  hilang tujuan.

Ikan berenang ke dalam lubuk,
Ikan belida dadanya panjang.
Tipuan asing, bertumpuk-tumpuk,
Indonesia kecurian, bahan tambang.

Pengawal istana, memegang tombak,
Puteri raja,  duduk berinai.
Tipuan asing, bgaikan ombak,
Berlomba-lomba, menuju pantai.

Sirih berlipat, sirih pinang 
Sirih dari,  Pulau Mutiara 
Kurikulum baru,  selamat datang 
Kurikulum lama, sedang disandra. 

Teratak buluh,  panjang suluh 
Ada jembatan, menuju Rengat. 
Angkat doa,  jari sepuluh 
Biaya pendidikan,jangan disunat 

Tuailah padi antara masak 
Esok jangan layu-layuan 
Tipuan asing, jelas nampak 
Esoknya jangan, dalam keraguan. 

Hendak dulang diberi dulang 
Dulang berisi sagu mentah 
Hendak pulang ku beri pulang 
Tinggalkan pantun barang sepatah 

Lancang kuning lancang pusaka 
Nampak dari Tanjung Puan 
Kalau kering laut Melaka 
Barulah saya lupakan tuan 

Asam kandis mari dihiris 
Manis sekali rasa isinya 
Dilihat manis dipandang manis 
Lebih manis hati budinya 

Ayam hutan terbang ke hutan 
Tali tersangkut pagar berduri 
Adik bukan saudara bukan 
Hati tersangkut kerana budi 

Ayam rintik di pinggir hutan 
Nampak dari tepi telaga 
Nama yang baik jadi ingatan 
Seribu tahun terkenang juga 

Bila memandang ke muka laut 
Nampak sampan mudik ke hulu 
Bila terkenang mulut menyebut 
Budi yang baik ingat selalu 

Burung Serindit terbang melayang 
Mari hinggap di ranting mati 
Bukan ringgit dipandang orang 
Budi bahasa rangkaian hati 

Bukan lebah sebarang lebah 
Lebah bersarang di pohon kayu 
Bukan sembah sebarang sembah 
Sembah adat pusaka Melayu 

Bukan lebah sebarang lebah 
Lebah bersarang di rumpun buluh 
Bukan sembah sebarang sembah 
Sembah menyusun jari sepuluh 

Laksamana berempat di atas pentas 
Cukup berlima dengan gurunya 
Bagaikan dakwat dengan kertas 
Sudah berjumpa dengan jodohnya 

Membeli papan di tengah pekan 
Papan kecil dibuat tangkal 
Mengapa umpan ikan tak makan 
Adakah kail panjang sejengkal 

Rumah limas anjung Selatan 
Bunga kemuning tumbuh di laman 
Tangkainya emas bunganya intan 
Bolehkah ranting hamba patahkan 

Tumbuh betik di tepi laman 
Pokok berangan pokok teruntum 
Sungguh cantik bunga di taman 
Bolehkah gerangan petik sekuntum 

Asam kandis asam gelugur 
Ketiga asam si riang-riang 
Menangis mayat di pintu kubur 
Teringat badan tidak sembahyang 

Baik-baik menanam selasih 
Jangan menimpa sipohon sena 
Baik-baik memilih kekasih 
Jangan sampai badan merana 

Baik-baik mengail tenggiri 
Takut terkena siikan parang 
Baik-baik merendah diri 
Jangan menjadi hamba orang 

Bintang tujuh sinar berseri 
Bulan purnama datang menerpa 
Ajaran guru hendak dicari 
Mana yang dapat janganlah lupa 

Buah mangga melendur tinggi 
Buah kuini berangkai tiga 
Hidup kita tidur dan mati 
Sudah mati baru terjaga 

Buat bangsal di Pulau Daik 
Menahan taut sambil mengilau 
Kalau asal benih yang baik 
Jatuh ke laut menjadi pulau 

Budak-budak bermain tombak 
Tombak diikat dengan rantai 
Kalau takut dilambung ombak 
Jangan berumah di tepi pantai 

Halia ini tanam-tanaman 
Ke barat juga akan condongnya 
Dunia ini pinjam-pinjaman 
Akhirat juga akan sungguhnya 

Hari panas mencucuk benang 
Benang menjahit baju kebaya 
Air jernih lubuknya tenang 
Jangan disangka tiada buaya 

Kalau tahu peria tu pahit 
Tidak ku gulai dengan petola 
Kalau tahu bercinta tu sakit 
Tidak ku mulai dari semula 

Kalau tuan pergi ke Kelang 
Belikan saya semangkuk rojak 
Jangan diturut resmi kiambang 
Sungguhpun hijau akar tak jejak 

Pisang kelat digonggong helang 
Jatuh ke lubuk di Indragiri 
Jika berdagang di rantau orang 
Baik-baik menjaga diri 

Asap api embun berderai 
Patah galah haluan perahu 
Niat hati tak mahu bercerai 
Kehendak Allah siapa yang tahu 

Air dalam bertambah dalam 
Hujan di hulu belumlah teduh 
Hati dendam bertambah dendam 
Dendam dahulu belumlah sembuh 

Anak punai anak merbah 
Hinggap ditonggak mencari sarang 
Anak sungai lagikan berubah 
Inikan pula hati orang 

Apa guna pasang pelita 
Jika tidak dengan sumbunya 
Apa guna bermain kata 
Kalau tidak dengan sungguhnya 

Buah kuini jatuh tercampak 
Jatuh menimpa bunga selasih 
Biar bertahun dilambung ombak 
Tidak ku lupa pada yang kasih 

Kajang tuan kajang berlipat 
Kajang hamba mengkuang layu 
Dagang tuan dagang bertempat 
Dagang hamba terbuang lalu 

Buah jambu disangka kandis 
Kandis ada di dalam cawan 
Gula madu disangka manis 
manis lagi senyuman tuan 

Dari Arab turun ke Aceh 
Naik ke Jawa berkebun serai 
Apa diharap pada yang kasih 
Badan dan nyawa lagi bercerai 

Bunga Melati terapung-apung 
Bunga rampai di dalam puan 
Rindu hati tidak tertanggung 
Bilakah dapat berjumpa tuan 

Burung Merak terbang ke laut 
Sampai ke laut mengangkut sarang 
Sedangkan bah kapal tak hanyut 
Inikan pula kemarau panjang 

Bunga Melur kembang sekaki 
Mari dibungkus dengan kertas 
Di dalam telur lagi dinanti 
Inikan pula sudah menetas 

Dalam perlak ada kebun 
Dalam kebun ada tanaman 
Dalam gelak ada pantun 
Dalam pantun ada mainan 

Dari Jawa ke Bengkahulu 
Membeli keris di Inderagiri 
Kawan ketawa ramai selalu 
Kawan menangis seorang diri 

Dari teluk pergi pangkalan 
Bermain di bawah pohon kepayang 
Saya umpama habuk di papan 
Ditiup angin terbang melayang 

Daun selalsih di Teluk Dalam 
Batang kapas Lubuk Tempurung 
Saya umpama si burung balam 
Mata terlepas badan terkurung 

Orang Melayu naik perahu 
Sedang berdayung hujan gerimis 
Hancur hatiku abang tak tahu 
Mulut tertawa hati menangis 

Orang tani mengambil nipah 
Hendak dibawa ke Indragiri 
Seluruh alam ku cari sudah 
Belum bersua pilihan hati 

Pasir putih di pinggir kali 
Pekan menyabung ayam berlaga 
Kasih tak boleh dijual beli 
Bukannya benda buat berniaga 

Ribu-ribu pokok mengkudu 
Cincin permata jatuh ke ruang 
Kalau rindu sebut namaku 
Airmata mu jangan dibuang 

Kalau roboh kota Melaka 
Sayang selasih di dalam puan 
Kalau sungguh bagai dikata 
Rasa nak mati di pangkuan tuan 

Limau purut lebat di pangkal 
Batang mengkudu condong uratnya 
Hujan ribut dapat ditangkal 
Hati yang rindu apa ubatnya 

Kalau menyanyi perlahan-lahan 
Dibawa angin terdengar jauh 
Rindu di hati tidak tertahan 
Di dalam air badan berpeluh 

Ku sangka nanas atas permatang 
Rupanya durian tajam berduri 
Ku sangka panas hingga ke petang 
Rupanya hujan di tengahari 


Kayuh perahu sampai seberang 
Singgah bermalam di kampung hulu 
Bukan tak tahu dunia sekarang 
Gaharu dibakar kemenyan berbau 

lembing atas tangga 
perisai atas busut 
kening atas mata 
misai atas mulut 

anak ikan dipanggang sahaja 
hendak dipindang tidak berkunyit 
anak orang dipandang sahaja 
hendak dipinang tiada berduit 

saya tak hendak berlesung pauh 
lesung pauh membuang padi 
saya tak hendak bersahabat jauh 
sahabat jauh merisau hati 

burung serindit terbang melayang 
singgah dihinggap di ranting mati 
duit ringgit dipandang orang 
jarang dipandang bahasa budi 

batu sangkar batu berpahat 
terpahat nama raja bestari 
makanan arif, kias ibarat 
pantun seloka, ulam jauhari 

daun durian jatuh tercampak 
lopak-lopak isi selasih 
tujuh tahun dilambung ombak 
tiada kulupa hati yang kasih 

Anak Cik Siti mencari tuba 
Tuba dicari di Tanjung Jati 
Di dalam hati tidakkan lupa 
Bagai rambut tersimpul mati 

Limau purut di luar pagar 
Rimbun putik dengan bunganya 
Hujan ribut padang terbakar 
Embun setitik padam apinya 

Puas saya bertanam ubi 
Nanas jugak dipandang orang 
Puas saya menabur budi 
Emas juga dipandang orang 

Tenang-tenang air di laut 
Sampan kolek mudik ke tanjung 
Hati terkenang mulut menyebut 
rindu kini tiada penghujung 

Tinggi-tinggi pohon jati 
Tempat bermain simanja sayang 
Sungguh tinggi harga budi 
Budi dibalas kasih dan sayang 

Bunga Tanjung kembang semalam 
Pohon tinggi tidak berduri 
Gelombang besar di laut dalam 
Kerana Tuan saya kemari 

Burung merpati terbang seribu 
Hinggap seekor di tengah laman 
Hendak mati di hujung kuku 
Hendak berkubur di tapak tangan 

Dari mana hendak ke mana 
Tinggi rumput dari padi 
Hari mana bulan mana 
Dapat kita berjumpa lagi 

Padi ini semumba-mumba 
Daun kurma daun cempedak 
Macam mana hati tak hiba 
Entah bertemu entah tidak 

Permata jatuh ke rumput 
Jatuh ke rumput berbilang-bilang 
Dari mata tidakkan luput 
Dalam hati tidakkan hilang 

Akar keladi melilit selasih 
Selasih tumbuh di hujung taman 
Kalungan budi jujungan kasih 
Mesra kenangan sepanjang zaman 

Ayam rintik di pinggir hutan 
Nampak dari tepi telaga 
Nama yang baik jadi ingatan 
Seribu tahun terkenang juga 

Anak beruk di tepi pantai 
Pandai melompat pandai berlari 
Biar buruk kain dipakai 
Asal hidup pandai berbudi 

 Kiri jalan kanan pun jalan 
Tengah-tengah pohon mengkudu 
Kirim jangan pesan pun jangan 
Sama-sama menanggung rindu 

Mendung si mega mendung 
Mendung datang dari utara 
Jangan selalu duduk termenung 
Kalau termenung badan merana 

Pohon mengkudu tumbuhnya rapat 
Rapat lagi pohon jati 
Kawan beribu mudah didapat 
Sahabat setia payah dicari 

Pokok terap tumbuh di bukit 
Belat berbanjar panjang ke hulu 
Jangan diharap guruh di langit 
Kilat memancar hujan tak lalu 

Sampan kotak hilir mudik 
Dayung patah galah sebatang 
Ikhtiar tidak datang menggolek 
Akal tidak datang melayang 

Siti Wan Kembang perintah Kelantan 
Nama termasyhur zaman dahulu 
Baik-baik memilih intan 
Takut terkena kaca dan batu 

Buah langsat kuning mencelah 
Senduduk tidak berbunga lagi 
Sudah dapat gading bertuah 
Tanduk tidak berguna lagi 

Dua paya satu perigi 
Seekor bujuk anak haruan 
Tuan di sana saya di sini 
Bagai pungguk rindukan bulan 

Gesek rebab petik kecapi 
Burung tempua membuat sarang 
Apa sebab jadi begini 
Karam berdua basah seorang ? 

Hendak gugur gugurlah nangka 
Jangan menimpa putik pauh 
Hendak tidur tidurlah mata 
Jangan mengenang si dia yang jauh 

Kain batik negeri seberang 
Dipakai anak Tanah Melayu 
Apa ertinya kasih dan sayang 
Kalaulah abang berjanji palsu 

Pantai Cendering pasirnya putih 
Anak dagang berulang mandi 
Apa disesal orang tak kasih 
Sudah suratan diri sendiri 

Disana pauh di sini pun pauh 
Daun mengkudu ditandungkan 
Adinda jauh kekanda jauh 
Kalau rindu sama tanggungkan 

Pulau Tinggi terendak Cina 
Nampak dari Pulau Sibu 
Abang pergi janganlah lama 
Tidak kuasa menanggung rindu 

Putik pauh delima batu 
Anak sembilang di tapak tangan 
Tuan jauh di negri satu 
Hilang di mata di hati jangan 

Komentar Facebook