Thursday, March 31, 2016

KRITIK REVOLUSI MENTAL PENDIDIKAN TINGGI



ORIENTASI KULIAH UNTUK JADI PNS
Pantun Kritik Ringan  Dr.H.M.Rakib Jamari,S.H.,M.Ag

       PUCUKLAH PISANG, WARNANYA HIJAU
 DITIUP ANGIN, JATUHLAH KE BUMI
         HATIKU BIMBANG, BERCAMPUR GALAU
               KULIAH BERORIENTASI, PEGAWAI NEGERI

BUKAN SALAH, BUNGAN LEMBAYUNG,
SALAHNYA PANDAN, MENJELITA
BUKAN SALAH, IBU MENGANDUNG
SALAHNYA MENTAL, TIDAK TERTATA

         Perlu diadakan revolusi mental, seperti yang dilakukan Cina, Jepang, Korea, mahasiswanya kuliah berorientasi kepada keterampilan yang diperlukan dalam perusahaan, atau keterampilan mandiri, Bung Karno menyatakan, mahasiswa harus dilatih mandiri..bukan untuk menjadi pegawai negeri, tapi bukan berarti tidak boleh sama sekali…Pada tahun 1983, MAW Brouwer pernah menulis catatan kecil mengenai pegawai. “Kalau dulu Prusia dianggap sebagai negara militer, Tiongkok Maois sebagai negara buruh, Amerika negara wiraswasta, dan Iran sebagai negara ulama, maka Indonesia bisa dianggap sebagai negara pegawai,” tulisnya. Brouwer yang merilis pendapatnya itu dalam buku Indonesia Negara Pegawai mengatakan keadaanlah yang menyebabkan hal itu terjadi, yaitu adanya warisan dari kolonial penjajahan.

         Pada saat itu memang penduduk pribumi diarahkan untuk menjadi pegawai, sementara kaum pendatang menjadi pedagang. Jadi jika banyak orang bercita-cita menjadi pegawai negeri saat ini, itu adalah impian dan cita-cita nenek moyang. Namun dalam perkembangannya, seorang pegawai yang dibayar oleh rakyat dan harus melayani rakyat, banyak terjadi penyimpangan. Menurut Brouwer, seorang menteri tidak boleh lupa bahwa ia minister, artinya orang yang lebih rendah dari entitas utamanya, yakni rakyat. Seorang pegawai harus menciptakan rasa aman terhadap rakyatnya. Namun yang terjadi sekarang banyak pegawai yang lupa tugasnya. Brouwer--pastor yang juga psikolog (saat ini sudah almarhum)--mencatat bahwa banyak pegawai negeri yang tidak menciptakan rasa aman bagi rakyatnya, pemalas, tidak inovatif, gila hormat, konsumtif, sering melakukan pungli, dan suka korupsi waktu. Ia juga mengatakan bahwa gaya hidup pegawai mendominasi kebudayaan Indonesia dan birokrasi negara kita.


         Meski sinyalemen Brower tersebut tidak berlandaskan suatu penelitian dengan memakai metodologi ilmiah, dan hanya berdasarkan pengamatannya terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungan sosialnya, namun sepertinya apa yang disebutkannya itu banyak mengandung kebenaran. Sampai saat ini, meski sudah 23 tahun dari dilansirnya pendapat Brouwer, tidak dapat dipungkiri masih banyak kita jumpai pegawai (baca: PNS) yang datang ke kantor tidak bekerja apa pun, hanya duduk-duduk merokok, ngopi, atau bahkan ada yang main game. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Taufiq Effendi, tak menampik ketika dikonfirmasi hal ini. “Itu adalah warisan sejarah yang harus saya terima,” katanya. Taufiq juga mengakui mentalitas pegawai yang sedemikian itu berakibat pada buruknya pelayanan publik di tanah air.

REVOLUSI MENTAL

BUKAN SALAH, BUNGAN LEMBAYUNG,
SALAHNYA PANDAN, MENJELITA
BUKAN SALAH, IBU MENGANDUNG
SALAHNYA MENTAL, TIDAK TERTATA

         Mentalitas pengelola pendidikan yang bersaing tidak sehat, menganggap teman sebagai musuh, adalah mentalitas yang harus diromabk total, harus direvolusi. Beberapa penelitian yang membahas mentalitas pembangunan pernah dilakukan di beberapa negara yang sedang berkembang oleh para ahli sosiologi dan antropologi. Namun yang secara khusus mendalami dan menganalisa mentalitas pegawai hanya dilakukan ahli pendidikan J.F.Guyot. Dalam bukunya The Clerk Mentality in Burmese Education, ia mencatat ada dua golongan pegawai, yaitu pegawai yang pekerjaannya bersifat umum administratif dan pegawai birokrasi yang pekerjaannya memerlukan keahlian khusus. Nah, pada golongan pegawai yang pertama menurut Guyot memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan apa yang disinyalir Brouwer yaitu “...formalism, petty, arrogance, routine, insecurity...”. Yang dimaksud Guyot formalism adalah pegawai tersebut tidak hanya berimplikasi bertindak tepat seperti yang tercantum dalam buku pedoman dan aturan, tetapi juga berarti suka pada peresmian melalui upacara, suka pada seragam dan kesegaraman. Petty arrogance yang dia maksud adalah sok tahu, sombong, suka dihormati, dan gila hormat. Sementara routine adalah bertindak menurut kebiasaan, dan takut mengambil inisiatif.

        Terakhir insecurity, kata Guyot, adalah pegawai yang takut mengambil inisiatif, takut menghadapi resiko, dan suka memuaskan atasan. Hebatnya, hasil penelitian dan analisa Guyot tersebut, ternyata tak jauh berbeda dengan hasil pengamatan Brouwer.Lantas bagaimana dampak mentalitas PNS ini terhadap penyerapan Teknologi Informasi di tanah air? Apakah sikap dan mental PNS kita yang sedemikian yang menyebabkan perkembangan e-government kita tersendat-sendat. Tentu saja tidak sepenuhnya benar. Faktor lain seperti keberadaan infrastruktur, dan yang lebih penting adalah faktor leadership, juga sangat menunjang dalam keberhasilan pembangunan e-government kita. Oleh sebab itu, PNS tentu saja tidak harus diperbaiki dulu sebagai prasyarat sebelum TI disebarluaskan. Sosialisasi keberadaan TI itu sendiri tentu saja akan ikut memperbaiki kinerja mereka. Lihat saja hasil kecil yang sudah dicapai Kabupaten Jembrana misalnya.


        Di daerah tersebut, TI telah mengubah sikap PNS dari ingin dilayani menjadi melayani. Ini tentu berkat leader-nya yang memang tahu betul bagaimana memanfaatkan TI untuk kemaslahatan masyarakatnya.Meski dilontarkan dua puluh tiga tahun yang lalu, Brouwer setidaknya telah mengingatkan kita kembali agar dalam membangun e-government kita juga memberi perhatian terhadap “pembangunan” pelaksananya, dalam hal ini PNS, mulai dari pola perekrutan, sistem pendidikan, hingga kesejahteraannya.

KETIKA PENDIDIKAN TANPA SIASAT DAN FILASAFAT



KETIKA PENDIDIKAN TANPA SIASAT
DAN FILASAFAT


Catatan Ringan Dr.Drs. H.M.Rakib Jamari.,SH.,M.Ag.. LPMP Riau
      Dunia pendidikan seharusnya punya spionase, punya siasat dan filsafat. Anak dibiarkan nyontek, apakah ini bagian dari siasat. Ketika sertifikasi guru tetap mulus, akibatnya FKIP kewalahan menerima mahasiswa, ada falsafah apa di belakangnya, yah tentu saja falsafah ekonomi, artinya hilangkanlah pengangguran, cepatkan mahasiswa bekerja dan menerima gaji. Sangat sederhana, singkat, tanpa memerlukan renungan siasat yang dalam, berupa strategi pendidikan dalam menghadapi zaman yang makin materialistis. Hutan kita siapa yang menglola. Tambang emas kita siapa yang menglola?

        Kulihat  ibu pertiwi, sedang bersusah hati,
        Air matanya berlinang, emas intan yang kau kenang.

Lagu ini diciptakan zaman penjajahan, dalam siasat dan filsafat terkandung di dalamnya. Jangan belajar filsafat pendidikan hanya menghafal definisi saja, tapi buat filsafat dan siyasat baru. Apakah pendidikan kita hari ini sudah memakai hasil renungan siasat dan filsafat?Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani, dari kata philos, yang berarti cinta, senang, suka, dan kata sophia, yang berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan.
Menurut Hasan Shadini dalam Jalaludin (1997:9), filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan.
         Filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.
         Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik. Tugas filsafat adalah melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis (bahkan spekulatif) secara mendalam dan memdasar melalui proses pemikiran yang sistematis, logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya), tentang problema hidup dan kehidupan manusia. Produk pemikirannya merupakan pandangan dasar yang berintikan kepada “trichotomi” (tiga kekuatan rohani pokok) yang berkembang dalam pusat kemanusiaan manusia (natropologi centra).
Menurut Imam Barnadib dalam Jalaludin (1997:9), filsafat sebagai pandangan yang menyeluruh dan sistematis.
Jadi filsafat dapat diartikan sebagai cara berfikir atau pandangan yang sistematis, menyeluruh, dan mendasar tentang suatu kebenaran.
Pengertian Filsafat Pendidikan
Pengertian Filsafat Pendidikan menurut Al Syaibani dalam Jalaludin (1997:13), filsafat pendidikan adalah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai cara untuk mengatur, dan menyelaraskan proses pendidikan. Artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya, maka filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusian merupakan faktor yang integral atau satu kesatuan. Sementara itu, filsafat juga didefinisikan sebagai pelaksana pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan, falsafah tersebut menggambarkan satu aspek dari aspek-aspek pelaksana falsafah umum dan menitik beratkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.
Menurut John Dewey dalam Jalaludin (1997:13 ), filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intekektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju kearah tabiat manusia, maka filsafat dapat juga diartikan sebagai teori umum pendidikan.
Hubungan Filsafat dengan Pendidikan
Dalam berbagai bidang ilmu sering kita dengar istilah vertikal dan horisontal. Istilah ini juga akan terdengar pada cabang filsafat bahkan filsafat pendidikan.
Antara filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran. Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran.
Adapun filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.
Maka dari itu, filsafat pendidikan sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu terapan adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada penerapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang berpredikat pendidik atau guru pada khususnya.
Dalam buku filsafat pendidikan karangan Prof. Jalaludin dan Drs. Abdullah Idi mengemukakan bahwa Jhon S. Brubachen mengatakan hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali antara yang satu dengan yang lainnya. Kuatnya hubungan tersebut disebabkan karena kedua disiplin tersebut menghadapi problema-problema filsafat secara bersama-sama.

Wednesday, March 30, 2016

KALAU SAYA KAFIR TUHAN CABUT NYAWA SAYA SEKARANG SAJA

SESEORANG  DARI DKI MENGATAKAN KALAU DIA KAFIR
COBA TUHAN CABUT NYAWA SAYA SEKARANG

Analisis sekilas info Dr.H.M.Rakib Jamari,S.H.,M.Ag

Kenyataannya Tuhan tidak mencabut nyawanya. Nah ini karena ajalnya belum sampai, dan hikmah kedua  supaya dia  punya kesempatan, karena dian punya potensi untuk menganut agama Tauhid di masa depan:

Ada 10 Alasan atau 10 hikmah mengapa Tuhan tidak mencabut nyawa Ahok ketika dia mengucapkan kata “matikan saya sekarang saja:
1.       Mungkin karena Ahok adalah  Pengikut Yesus yang setia harus masuk islam, Rasional dan tidak mengada - ngada. (Sesuai dengan tulisan Mokoginta).
2.       SUPAYA PUNYA KESEMPATAN TOBAT DARI MAKANAN HARAM
         Menurut uustazd Mokoginta, Alkitab cetakan baru tahun 1996-2005 Imamat 11:7-8, menyatakan begini:
 Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu
         Kitab Ulangan 14:8 juga babi hutan, karena memang berkuku belah, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan janganlah kamu terkena bangkainya.  Alkitab cetakan lama 1991 Imamat11:7-8 Demikian juga  babi, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak, haram itu bagimu.   Alkitab cetakan lama tahun 1941 Imamat 11:7-8 Dan lagi babi, karena soenggoehpon koekoenja terbelah doewa, ija itoe bersiratan koekoenja, tetapi tiada ija memamah bijak, maka haramlah ija kapadamoe. Djangan  kamoe makan daripada dagingnja dan djangan poela kamoe mendjamah bangkainja, maka haramlah ija kapadamoe. Catatan: Menurut Alkitab babi itu haram.

        Kenyataanya oleh mereka babi diternak secara khusus, dipelihara, dirawat dan dijadikan sebagai bahan dagangan, dagingnya diperjualbelikan sebagai sumber penghidupan. Padahal jangankan memakannya, menyentuh tubuhnya saja dilarang dalam Alkitab.   Semua umat Islam mengharamkan babi. Tetapi hampir semua umat Kristiani justru makan babi, kecuali sebagian kecil saja dari sekte Advent. Ini membuktikan bahwa yang ikut firman Allah dalam Alkitab tentang haramnya babi, adalah umat Islam. Sementara umat Kristiani yang menjadikan Alkitab sebagai Kitab Sucinya, justru tidak mengharamkan makan babi, bahkan babi merupakan makanan kesukaan mereka.  

        Menjadi pertanyaan Mokoginta, mengapa umat Kristiani tidak mengharamkan makan babi, justru malah mereka menghalalkannya?? Ternyata tanpa mereka sadari , mereka tela mengikuti paham Paulus yang mengatakan bahwa segala sesuatu itu halal.  Perhatikan ucapan Paulus sbb:  1. Korintus 6:12 Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun. Ayat-ayat dalam berbagai bahasa tersebut adalah Surat Kiriman Paulus kepada jemaatnya didaerah Korintus. Pendapat Paulus yang menghalalkan sesuatu, seperti daging babi dan lain-lain, bertolak belakang dengan firman Allah yang mengharamkan babi. Sebagai umat beragama yng taat, semestinya yang diikuti adalah firman Allah, bukan pendapat Paulus yang hanya manusia biasa. Seandainya umat Krsitiani mengikuti firman Allah tentang haramnya babi dll, dan bagaimana cara menyembelih hewan, rasanya dalam hal makanan, tidak terlalu diragukan lagi antara Islam dan Kristen bila menghadapi jamuan atau sejenisnya. 

             Ada juga sebagian umat Kristiani mengatakan bahwa yang haram itu adalah “babi hutan”,  jadi “babi piaraan” tidak haram. Padahal Alkitab cetakan lama tertulis “babi”, sementara Alkitab cetakan baru dirobah menjadi “babi hutan” Tentu saja yang benar yaitu “babi”, sebab semua Alkitab cetakan lama tertulis “babi”. Makna “ babi haram” , berarti semua babi haram, tidak boleh dimakan, termasuk babi hutan. Tetapi “babi hutan haram”, berarti semua babi boleh dimakan, kecuali babi hutan. Contoh: kata “dilarang merokok “ maknanya semua rokok apapun mereknya tidak boleh di hisab. Manakala dirobah menjadi “dilarang merokok bentoel”, berarti semua rokok bisa di hisab, kecuali rokok bentoel bukan? Ini membuktikan bahwa penambahan satu kata saja bisa merobah makna dan arti. Contoh lain “orang “ jika ditambahkan kata “hutan” akan menjadi “ orang hutan”, tentu artinya sangat jauh berbeda. Demikian juga “babi” dengan “babi hutan” pasti berbeda. Tetapi sebagian umat kristiani ada juga yang menjadikan alasan babi halal berdasarkan Injil  Matius 15:11 sbb:

         “Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk kedalam mulut yang menajiskan orang , melainkan yang keluar dari mulut yag menajiskan orang.” Alasan tersebut tidak rasional dan tidak kuat, sebab jika asal masuk kedalam mulut manusia tidak menajiskan, bagaimana jika yang masuk ke mulut adalah : ganja, morphin, shabu-shabu dan sejenisnya apakah jadi halal walaupun merusak tubuh, jiwa dan pikiran manusia? Yang namanya ganja, morphin, shabu-shabu dan sejenisnya, walaupun sebelum masuk ke mulut manusia dibacakan doa kepada Tuhan atau Yesus, tetap aja haram hukumnya. Nah ternyata apa-apa yang benar , yang pernah difirmankan oleh  Allah dalam Alkitab seperti babi haram , diwahyukan kembali oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Nabi kita  Muhammad Saw, didalam Al Qur’an.
        Alhamdulillah, dimanapun , siapapun dan sampai kapanpun umat Islam tetap akan mengharamkan babi. Firman Allah SWT, babi haram : Qs 2 Al Baqarah 173, Qs 5 Al Maidah 3, Qs 6 Al  An’aam 145, dan
Qs 16 An Nahl 115.   Contoh: Qs 2 Al Baqarah 173

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ ۖ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿١٧٣

173. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
  Qs al- An ‘aam 145

قُل لَّا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَىٰ طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَن يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَّسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿١٤٥ 145.

Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." 2. TENTANG MENGKAFANI JENAZAH Markus 15:46: yusuf pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat yesus dari salib dan mengafaninya dengan kain lenan itu. lalu ia membaringkan dia di dalam kubur yang digali didalam bukit batu. kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu.


Copy the BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ.

WASPADAI PROGRAM KAWIN ANTAR AGAMA

PROGRAM KAWIN ANTAR AGAMA

MEMBONGKAR CATATAN LAMA Dr.Drs.Muhammad Rakib, S.H.,M.Ag. LPMP Riau di Pekaanbaru Riau Indonesia.

      Kawin antar-agama hanyalah salah satu cara Westernisasi. Program lainnya, banyak. Menurut Abu Deedat Shihab, misionaris dan zending perlu menempuh berbagai macam cara karena selama ini merasa gagal. Kini, westernisasi dan JIL lebih diprioritaskan untuk menjauhkan ummat Islam dari agama, baru kemudian memurtadkannya. Abu Deedat merujuk pada Al-Quran Surat Al-Baqarah: 109,

      “Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman…” Juga Al-Baqarah: 120, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” Sinyalemen Al-Quran itu memang benar. Dalam Konferensi Misionaris di kota Quds (1935), Samuel Zweimer, seorang Yahudi yang menjabat direktur organisasi misi, menyatakan,

       “Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslimin, namun mengeluarkan seorang Muslim dari Islam agar jadi orang yang tidak berakhlaq sebagaimana seorang Muslim. Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas dan hanya mengejar kepuasan hawa nafsu.” Plesetan Al-Quran Al-Quran, sebagai tuntunan hidup ummat Islam, kini dimanfaatkan sebagai sarana wetrenisasi. Tentu saja bukan Al-Quran sungguhan, tapi palsu. Salah satunya adalah The True Furqan, yang sempat beredar di internet dan menggegerkan publik Jawa Timur.

AL-QURAN TANDINGAN CIPTAAN EVANGELIS


        Dalam Al-Quran buatan Evangelis (Ev) Anis Shorrosh itu, ada surat bernama Al-Iman, At-Tajassud, Al-Muslimun, dan Al-Washaya yang isinya memuji-muji Nabi Isa AS. Selain ada Al-Quran palsu, juga bertebaran buku-buku plesetan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits. “Cara ini yang sekarang paling banyak terjadi. Pemberian Supermie atau bantuan uang sudah tidak manjur lagi,” tutur Abu Deedat. Kenapa cara itu ditempuh? Dalam wawancara dengan majalah Jemaat Indonesia (edisi 4 Juni 2001), Pdt R Muhamad Nurdin —Muslim murtad— menyebut trik itu sebagai cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. “Saya membuat buku agar dibaca umat lain, kemudian disalurkan kepada umat JIL.

Tuesday, March 29, 2016

MARI MENGINGAT DOSA Dr.M.Rakib Jamari, SH.,M.Ag. Widyaiswara



MARI MENGINGAT DOSA

Dr.M.Rakib Jamari, SH.,M.Ag. Widyaiswara LPMP Riau di Pekanbaru Indonesia.

Saya waktu mahasiswa S1 dahulu tinggal di Masjid Muhammadiyah, di Sukajadi, rasanya tidak ada dosa apapun yang saya perbuat. Tidak pacaran, tidak nonton, tidak pernah menyentuh minuman keras, akan tetapi jika diingat di tempat yang lain dalam perjalanan pindah tempat, banyak hal-hal kecil dirasakan bagaikan dosa besar disebabkan sulitnya ekonomi dan tubuh mulai dewasa. Leih-lebih lagi sebelumnya saya tinggal di Pasar baru Airtiris, 1978-1980. Kesimpulannya tidak ada manusia yang tidak berdosa. Itulah pula yang menjadi alasan mungkin semua orang merendahkan hati di hadapan Allah. Kadang-kadang sholat agak lambat, kurang tepat waktu. Itu  pulalah yang diratapi Abu Nawas:

Abu Nawas sezaman dengan Harun Al-Rasyid(806-814 M). Oleh masyarakat luas Abu Nawas dikenal terutama karena kecerdasan dan kecerdikan dalam melontarkan kata-kata, sehingga banyak lahir anekdot jenaka yang sarat dengan hikmah.

Berikut ini salah satu karya besarnya sebagai seorang penyair: Al-I’tiraaf – Sebuah pengakuan.

ِإِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاَ# وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم
Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan wa laa aqwaa ‘alaa naaril jahiimi
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim

فهَبْ لِي تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذنوبِي # فَإنّكَ غَافِرُ الذنْبِ العَظِيْم
Fa hablii taubatan waghfir zunuubii fa innaka ghaafirudzdzambil ‘azhiimi
Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar

ذنوبِي مِثلُ أَعْدَادٍ الرّمَالِ # فَهَبْ لِي تَوْبَةً يَاذَاالجَلاَل
Dzunuubii mitslu a’daadir rimaali fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali
Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan

وَعُمْرِي نَاقِصٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ # وَذنْبِي زَائِدٌ كَيفَ احْتِمَالِي
Wa ‘umrii naaqishun fii kulli yaumi wa dzambii zaa-idun kaifah timaali
Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya

َإلهي عَبْدُكَ العَاصِي أَتَاكَ # مُقِرًّا بِالذنوبِ وَقَدْ دَعَاك
Ilaahii ‘abdukal ‘aashii ataaka muqirran bidzdzunuubi wa qad da’aaka
Wahai, Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu

َفَإِنْ تَغْفِرْ فَأنْتَ لِذاك أَهْلٌ # فَإنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُو سِوَاك
Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun wa in tathrud faman narjuu siwaaka
Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni. Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?

Komentar Facebook