LIMA WAJAH ABG YANG DITIPU KELEWANG GENG MOTOR
PENDAULUAN
Perlunya pantun anti penipu ini, untuk
mengingatkan bahwa penipuan sudah ada di segala lini, dan jumlahnya semakin
banyak, semakin licik dan semakin serius. Pencopetpun sudah semakin beragam.
Kebayakan mereka berpura-pura sebagai polisi atau Satpam yang berpkaian dinas.
Pkoknya mereka menampilkan sebagai orang yang terhormat. Saat kita terpesona,
di waktu itulah penipuan berlangsung.
Kisah para penipu ini menurut penulis
sebaiknya dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan sejak mdari SD, agar tingkat
kehati-hatian mereka menjadi tinggi. Lokasi penelitian dan pengmatan penulis
adalah Kota Pekanbaru-Riau, sejak tahun 1980- sampai sekarang. Sudah ribuan
jenis penipuan terpampang di depan mata. Betapa gagahnya para penipu itu.
Betapa licik dan merasa tidak berdosa.
PANTUN ANTI PENIPUAN
Di dalam rawa, jatuhlah garpu
Karena raja, memasang jerat.
Orang tua, jangan ditipu,
Agar selamat, dunia akhirat
Karena raja, memasang jerat.
Orang tua, jangan ditipu,
Agar selamat, dunia akhirat
Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta , masih menipu,
Persis seperti, orang Yahudi.
Banyak sayur, dijual di pasar
Banyak karpet, pembungkus ikan
Kalau pun kamu, sangat lapar,
Namun mencopet, jangan lakukan.
Kalau harimau, sedang mengaum
Rombongan raja, akan berhenti
Ingin tahu, penipuan umum
Kebohongan semua, kwitansi.
Merpati, membuat sarang,
Tidak sampai, sayapnya patah
Jangan diambil, hak orang
Dunia akhirat, jadi masalah.
Kupu-kupu besar , dari Jawa
Hari Selasa, hinggap di dahan.
Penipu awalnya, akan tertawa,
Akhirnya disiksa, penderitaan.
Pinang muda, dibuat bedak,
Nampak bederet, anak berebah.
Baik yang pejabat, maupun tidak,
Mental pencopet, harus diubah
ANAK RAJA,
MEMBENTANG KARPET
TEMPAT DUDUK,KAUM
FAMILI
APA TANDA, MENTAL
PENCOPET
TIAP BICARA,
MEMONOPOLI
Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan
Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan putus harapan
Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal tujuh.
Hidup harus penuh harapan
Jangan sampai, diganggu penipu
Ada ubi diatas talas
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana
Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya
Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati
Ke hulu membuat pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Supaya jangan sesal kemudian
Tiap nafas tiadalah kekal
Siapkan bekal menjelang wafat
Turutlah Nabi siapkan bekal
Dengan sebar ilmu bermanfaat
Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan
Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan putus harapan
Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal tujuh.
Hidup harus penuh harapan
Jangan sampai, diganggu penipu
Ada ubi diatas talas
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana
Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya
Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati
Ke hulu membuat pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Supaya jangan sesal kemudian
Tiap nafas tiadalah kekal
Siapkan bekal menjelang wafat
Turutlah Nabi siapkan bekal
Dengan sebar ilmu bermanfaat
Kumpulan Pantun
Nasihat Pilihan
Kayu cendana diatas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Ada dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
Kemuning ditengah balah
Berumbuh terus semakin tinggi
Berunding dengan orant tak pandai
Bagaikan alu pencungkil duri
Parang ditelak ke batang sena
Belah buluh teruhlah temu
Apapun kerja, takkan sempurna
Bila bila diganggu, para penipu.
Padang temu padang baiduri
Tempat raja membangun kota
Bijak bertemu dengan jauhari
Bagaikan cincin dengan permata
Ngun Syah Betara Sakit
Panahnya bernama Nila Gandi
Bilanya emas banyak dipeti
Sembarang kerja boleh menjadi
Jalan-jalan ke Kota Blitar
Jangan lupa beli sukun
Jika kamu ingin pintar
Belajarlah dengan tekun
Monyet bergelar si buruk rupa
Suka memanjat pohon jambu
Ayo kawan selagi muda
Kita beromba, singkirkan penipu.
Buah jambuku dipetik
Disimpan dan kami timbun
Wahai anakku si cantik
Segeralah engkau bangun!
Kemana kancil kita kejar
Kedalam pasar kita mencari
Ketika kecil rajin belajar
Setelah besar senanglah diri
Jangan bersembunyi di kolong
Di kolong meja ada hewan
Janganlah engkau menjadi sombong
Orang sombong sedikit kawan
Membuat acar ditengah jalan
Ada orang menuntun sapi
Belajar cuma asal-asalan
Bagai bunga kembang tak jadi
Oleh-oleh dari Sukabumi
Jangan sekedar sepatu sandal
Boleh kita krisis ekonomi
Asalkan jangan krisis moral
Anak bayi belum bergigi
Tapi bisa makan ketupat
Konsumsilah makanan bergizi
Agar tubuh menjadi sehat
Makan tahu di tepi jalan
Sambil lihat kuda lari kencang
Anakku yang kubanggakan
Jangan pernah lupa sembahyang
Ibukota negara di Jakarta
Bandung ibukota Jawa Barat
Tidak ada artinya kaya harta
Jika tidak beuntung akhirat
Berbelanja ke Bu Satunah
Buka pagi sampai malam
Janganlah suka memfitnah
Fitnah itu amat kejam
Sebulan tidak terlalu lama
Dia dan aku disebut kami
Tak jadi soal beda agama
Persaudaraan tetap bersemi
Sukailah sayur terong
Terong muda lebih baik
Jika engkau suka berbohong
Engkau termasuk orang munafik
Padi merunduk tanda berisi
Berilmu karena sekolah
Jangan terpaku di depan televisi
Ambil buku dan pelajarilah!
Sudah diikat dibawa pulang
Ada dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
Kemuning ditengah balah
Berumbuh terus semakin tinggi
Berunding dengan orant tak pandai
Bagaikan alu pencungkil duri
Parang ditelak ke batang sena
Belah buluh teruhlah temu
Apapun kerja, takkan sempurna
Bila bila diganggu, para penipu.
Padang temu padang baiduri
Tempat raja membangun kota
Bijak bertemu dengan jauhari
Bagaikan cincin dengan permata
Ngun Syah Betara Sakit
Panahnya bernama Nila Gandi
Bilanya emas banyak dipeti
Sembarang kerja boleh menjadi
Jalan-jalan ke Kota Blitar
Jangan lupa beli sukun
Jika kamu ingin pintar
Belajarlah dengan tekun
Monyet bergelar si buruk rupa
Suka memanjat pohon jambu
Ayo kawan selagi muda
Kita beromba, singkirkan penipu.
Buah jambuku dipetik
Disimpan dan kami timbun
Wahai anakku si cantik
Segeralah engkau bangun!
Kemana kancil kita kejar
Kedalam pasar kita mencari
Ketika kecil rajin belajar
Setelah besar senanglah diri
Jangan bersembunyi di kolong
Di kolong meja ada hewan
Janganlah engkau menjadi sombong
Orang sombong sedikit kawan
Membuat acar ditengah jalan
Ada orang menuntun sapi
Belajar cuma asal-asalan
Bagai bunga kembang tak jadi
Oleh-oleh dari Sukabumi
Jangan sekedar sepatu sandal
Boleh kita krisis ekonomi
Asalkan jangan krisis moral
Anak bayi belum bergigi
Tapi bisa makan ketupat
Konsumsilah makanan bergizi
Agar tubuh menjadi sehat
Makan tahu di tepi jalan
Sambil lihat kuda lari kencang
Anakku yang kubanggakan
Jangan pernah lupa sembahyang
Ibukota negara di Jakarta
Bandung ibukota Jawa Barat
Tidak ada artinya kaya harta
Jika tidak beuntung akhirat
Berbelanja ke Bu Satunah
Buka pagi sampai malam
Janganlah suka memfitnah
Fitnah itu amat kejam
Sebulan tidak terlalu lama
Dia dan aku disebut kami
Tak jadi soal beda agama
Persaudaraan tetap bersemi
Sukailah sayur terong
Terong muda lebih baik
Jika engkau suka berbohong
Engkau termasuk orang munafik
Padi merunduk tanda berisi
Berilmu karena sekolah
Jangan terpaku di depan televisi
Ambil buku dan pelajarilah!
Jika kita , makan ubi kayu,
Jangan lupa, duduk beralas
Bagaimana Indonesia, akan maju,
Jika memimpinnya, bodoh dan malas.
Jangan lupa, duduk beralas
Bagaimana Indonesia, akan maju,
Jika memimpinnya, bodoh dan malas.
Kaca piring, terpecah-pecah
Nenek mengamuk, tidak setuju.
Orang asing, akan marah
Kalau Indonesia, jadi maju.
Nenek mengamuk, tidak setuju.
Orang asing, akan marah
Kalau Indonesia, jadi maju.
Buat apa , aku menyeterika
Kalau bajunya, terlalu lebar.
Buat apa , remaja bercinta,
Kalau sekolahnya, akan terlantar.
Naik sepeda, menerjang pagar,
Sungguh malu, hidungnya lecet.
Remaja sekarang, malas belajar
Menghabiskan waktu, di internet.
Satu dua tiga dan empat
Lima enam tujuh delapan
Tuntutlah ilmu ,sampai dapat
Agar terhindar, dari penipuan.
Penyair Dari, Pulau Penyalai,
Ditimpa derita, tindih bertindih.
Wahai kawan, janganlah lalai,
Terkena tipuan, sangatlah pedih.
Ditimpa derita, tindih bertindih.
Wahai kawan, janganlah lalai,
Terkena tipuan, sangatlah pedih.
No comments:
Post a Comment