KAUM ‘AAD DA SAMUD YANG DIBINASAKAN PERNAH
PUNYA BANGUNAN TERTINGGI DI DUNIA SAAT ITU
Memiliki Gedung yang tinggi merupakan kebanggaan tersendiri bagi suatu Negara maupun Kota. Pada umumnya Gedung yang tinggi akan dijadikan Landmark atau Ikon dari suatu Negara maupun Kota yang kemudian juga akan menjadi suatu nilai tambah dalam sektor Pariwisata. Oleh karena itu, setiap Negara maupun Kota pun berlomba-lomba untuk membangun gedung yang tingginya hingga ratusan meter dan juga berusaha untuk melampaui rekor gedung tertinggi sebelumnya.
Kriteria-kriteria mengenai definisi dan penentuan Gedung tertinggi masih diperdebatkan hingga saat ini dan belum mencapai suatu kesepakatan. Salah satu Kriteria yang paling sering diperdebatkan adalah Tinggi Antena Telekomunikasi yang terdapat di atap gedung yang bersangkutan sehingga ketinggian gedung akan bertambah karena Antena tersebut. Tetapi pada umumnya, pemberitaan-pemberitaan terhadap gedung tertinggi oleh Media adalah memasukan Antena Telekomunikasi sebagai bagian dari Ketinggian Gedung dengan catatan Gedung-gedung tertinggi tersebut adalah dapat dipergunakan untuk Residensial (tempat tinggal), Bisnis atau pusat perkantoran dan Hotel.
Gedung tertinggi di Dunia saat ini adalah Gedung Burj Khalifa yang terletak di Kota Dubai Emirat Arab dengan ketinggian 828 Meter yang diresmikan pada tahun 2010. Gedung Burj Khalifa Dubai berhasil mengeser Gedung Taipei 101 yang ketinggian 508 Meter. Saat ini , Taipei 101 hanya dapat menduduki posisi ketiga setelah Gedung Abraj Al Bait diresmikan pada tahun 2012.
Adapun tentang kaum Iram pemilik bangunan tinggi itu, maka al-Hamadani
(wafat tahun 334H/946M) dan Yaqut al-Hamawi (wafat tahun 627H/1229M)
menyebutkan bahwa bangunan tinggi mereka yang dahulu adalah hasil bangunan
Syaddad bin ‘Aad dan telah hilang musnah (tertimbun pasir), dan ia tidak
diketahui sekarang, walaupun beredar di cerita-cerita tentangnya. Untuk melihat
gambar tentang kota mereka yang ditemukan oleh
para ilmuwan.
Inilah Negeri Kaum ‘Aad yang Dibinasakan
Hadramaut
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Hadramaut
Hadramaut -Negeri Sejuta Wali-
Hadramaut, atau Hedramaut, حضرموت ("Hadhrmawt") atau Havermavt (Bahasa Ibrani) adalah povinsi dengan wilayah terbesar di negara
Yaman, Provinsi
ini memiliki relief
atau bentuk bumi yang terdiri dari dataran dengan pantai mempesona di
lautan semenanjung arab, pegunungan dan perbukitan yang tingginya
mencapai 2000 m diatas permukaan laut serta dataran kosong (Empty Quarter) yang luas
seperti padang pasir. Di sana juga terdapat banyak sekali Wadi atau
lembah, dan lembah yang paling besar adalah lembah Hadramaut yang memiliki
banyak sekali anak sungai, lembah
ini cukup subur untuk ukuran negeri Yaman yang umumnya padang pasir
tandus. Dalam Alkitab (Kejadian:10-26-28)
Hadramaut disebut sebagai "Hazarmaveth".
Provinsi Hadramaut terletak di sebelah tenggara negara
Yaman yang berbatasan dengan Mahara di sebelah timur dan berbatasan langsung
dengan negara Oman disebelah barat, sedangkan di sebelah utara Propinsi
Hadramaut meluas jauh sampai dataran kosong yang sangat luas (Empty Quarter),
dan disebelah selatan berbatasan dengan pantai yang menghadap ke Laut arab dan
jauhnya mencapai 777 km dari Sana’a (Ibukota negara Yaman).
Iklim Hadramaut
Iklim di Hadramaut panas dan tropis di
musim panas dengan suhu yang mencapai 40oC di pedalaman, di mana iklim
tropis kering berlaku. Sedangkan di daerah pesisir, suhu mencapai 36oC
karena musim hujan yang lembab, dan di musim dingin suhu cenderung
normal, berkisar antara 20-24oC di pantai dan 17 - 20oC
di pedalaman.
Sejarah Hadramaut
Hadramaut merupakan negeri asal dan tempat tinggal Nabi Hud dan Saleh. Awal mula nama ini masih
menjadi perdebatan. Sebagian kelompok mengambil kisah orang-orang Yunani yang
menemukan air di lembah tandus Arabia dan
kemudian menamakannya dengan Hydreumata atau sumber air. Sementara
sebagian yang lain mengambil kisah orang-orang Arab kuno, dari zaman sebelum
orang-orang Yunani mencapai lembah Arabia. Alkisah, dahulu kala Lembah Arabia
merupakan tempat orang-orang barbar yang suka berperang dan saling membunuh.
Kisah kejantanan dan keperkasaan mereka dalam perang selalu mereka banggakan
dan mereka luapkan dalam bentuk puisi, sya'ir dan juga memberi pujian kepada
pahlawan-pahlawan dari suku-suku dan kabilah mereka masing-masing. Pada waktu
itu di bagian selatan lembah Arabia (Hadramaut) tinggal seseorang yang paling
ditakuti oleh semua keluarga, bani, suku dan kabilah di seluruh arab. Orang
tersebut bernama Amir Bin Qahtan, dia ditakuti karena keberaniannya,
kejeliannya dan keperkasaannya. Setiap kali Amir Bin Qahtan berpartisipasi
dalam sebuah perang maka tempat tersebut akan berubah menjadi lembah kematian.
Karena itulah suku-suku Arab pada waktu itu menamai tempat Amir Bin Qahtan
tinggal sebagai hadramaut yang berarti Hadra=hadir maut=kematian
yaitu di mana Amir Bin Qahtan berada, di situ pula kematian hadir bersamanya.
Pada masa pasca Nabi Muhammad SAW, kebanyakan dari mereka
memeluk Islam dan menjadi pedagang dan petualang yang menghubungkan antara
bagian timur benua Afrika (Sudan, Somalia, Eritrea) dengan bagian selatan
benua Asia (India, Indonesia); dengan demikian menjadi
pelaku Jalur
Sutera laut.
Di Hadramaut juga tersebar ribuan keturunan Rasulullah
yang berhijrah dari Makkah, dalam tujuan menghindari kekacauan yang ada di
Makkah dan Madinah karena kaum Qaramitha yang ekstrem. Semula tanah Hadramaut
penuh dengan kaum Khawarij dan Syi'ah Zaidiyyah,
tapi berkat dakwah para sayyid yang berhijrah ke
Hadramaut, para Khawarij berputar haluan ke
madzhab Sunni Syafi'i. Keturunan Rasulullah di Hadramaut biasanya adalah
keturunan Sayyidina Husein yang melewati jalur nasab Sayyid 'Alawi bin
Ubaidillah bin Ahmad al Muhajir ila Allah bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib
bin Ali al-Uraidhi al Huseini disebut Bani 'Alawi (Ba'alawi) atau Alawiyyin. Dan mereka, banyak yang
berhijrah ke Nusantara.
Kebanyakan dari mereka berdagang dengan mengikuti arah
angin barat dan timur. Hal inilah yang memaksa mereka menunggu selama beberapa
bulan sebelum mereka kembali ke kampung halaman mereka. Selama masa penungguan
inilah interaksi antara mereka dengan penduduk asli terjadi. Sebagian di antara
para pedagang itu berdakwah dan juga menikahi gadis-gadis pribumi dan
kebanyakan dari mereka menetap di sana.
Sebagian besar kaum keturunan Arab di Indonesia umumnya berasal dari
wilayah ini. Ini dapat ditelusuri dari nama-nama marga mereka, seperti Al
Amri, Alaydrous, Badjubier, Bawazier, Al Khered, Al Kaff, Al Attas, Al Kathiri, Bin zagr, Bin Abdat, Sungkar, Al Habsyi, dan lain sebagainya.
Kota-kota di Hadramaut
Mukalla
Mukalla adalah Ibukota Provinsi Hadramaut dan dikenal
sebagai salah satu pelabuhan Yaman di Laut Arab. Ia dikenal dengan nama Khaisa
atau Bandar Yakoub sebelum berganti nama dengan Mukalla sebagaimana yang kita
ketahui sekarang ini. Penduduk awal kota ini adalah kelompok nelayan yang berimigrasi dari beberapa daerah
disekitar kota ini.
Kota Mukalla juga dikenal sebagai tempat kepangeranan
pertama Al-Kasad didirikan pada akhir abad ke-18
Masehi, kemakmuran dari kepangeranan pertama Al-Kasad menjadikan kota ini
memiliki gaya arsitektur kota Pesisir yang terletak di Laut Arab dan Laut Merah
seperti Aqaba, Jeddah, Hodeidah, Mokha, Luhayya, dan Aden. Fitur yang menonjol
dari kota Mukalla adalah Ma'een Palace, istana yang dibangun oleh Sultan
Bin Omer Awadah Qu'aiti dan didalamnya terdapat Museum Arkelologi Kota Mukalla.
Ada juga Benteng Ghuwaizi yang dibangun di pintu masuk kota sebagai pos
penjaga, dibangun pada tahun 1884 Masehi.
Ghail Bawazeer
Ghail Bawazeer terletak sekitar 35 km sebelah timur dari
kota Mukalla, kota ini merupakan daerah Subur pertanian yang tumbuh tembakau
yang sangat banyak disana, sehingga muncullah istilah Ghaili Tembakau, yang
dianggap sebagai tembakau terbaik di Yaman. Selain tembakau, di kota ini banyak
tumbuh juga Pohon Palm, Henna, dan Kelapa. Fitur yang menonjol dari dari Ghail
Bawaazeer adalah Rumah singgah atau istirahat Sultan Qu'aiti ketika melakukan
perjalanan jauh, dan sekarang disebut Ghail Tourist
Rest House.
Shiher
Kota ini terletak 62 km sebelah timur dari Mukalla, dan
dikenal juga dengan nama Sam'oun dan Souq. Nama Souq dikaitkan dengan Shiher
dikarenakan tempat ini termasuk dalam jajaran pasar Pra-Islam yang terkenal di
Arab seperti Awkadh, Sana'a dan Doumat Al Jandal, dan dulu disebut Shiher
Al-Mahrah.
Sekarang, kota Shiher berkembang sebagai kota pelabuhan
dengan perkembangan yang sangat pesat setelah runtuhnya pelabuhan kuno Qan’a.
Ekspor terbesar dari pelabuhan ini adalah dupa yang didatangkan dengan unta dari
timur jauh yaitu Maharah menuju Shibam dan kemudian baru menuju Shiher.
Pelabuhan Shiher digunakan sebagai kawasan intensif perdagangan dengan
pelabuhan India, Teluk Arab, Afrika Timur, dll.
Kota ini menjadi lebih penting selama periode Abbasiyyah sampai diserbu oleh
Portugis pada tahun 1523 Masehi.
Seiyoun
Seiyoun adalah Kota utama di Hadramaut, karena kota ini
adalah ibukota administratif wadi (lembah) hadramaut, dan jaraknya 320 km
jauhnya dari Mukalla. Kota ini telah dijadikan ibukota wadi sejak abad ke-15.
Kota ini disebutkan dalam prasasti kuno Musnad. Sejarawan klasik menyatakan
bahwa kota ini adalah kota besar untuk dinasti Hadramaut, Hemyar (حمير), dan Kendah (كندة).
Seiyoun adalah sebuah kota yang menarik, banyak dibangun rumah yang
berlantaikan 3-4 di kota ini, dan sebagian besar rumah-rumah itu dibangun dan
diperkuat dari batu bata, tanah liat dan jerami.
Kota ini dikelilingi oleh pegunungan dan pohon-pohon palm. Fitur yang paling
menonjol dari kota ini adalah beberapa masjid kuno dan istana raja.
Tareem
Kota Tareem Terletak di tepi kiri Hadramaut, 35 km
sebelah timur laut dari Seiyoun. Tareem, pada zaman kuno merupakan tempat
berkuasanya raja-raja dari kabilah Kendah serta menjadi ibukota bagi Wadi
Hadramaut sebelum Seiyoun. Kota ini juga merupakan pusat intelektual
Islam seperti kawasan Zabid, Dhamar, Jibla dan Saada. Dikota ini juga terdapat
beberapa lembaga islam yang dikenal di Asia, Afrika bahkan Eropa, seperti Ribat
Tareem, Daar Al-Musthafa dan Universitas Al-Ahqaf. Ada juga
Perpustakaan Al-Ahqaf di Tareem yang merupakan Perpustakaan terbesar kedua di
Yaman, didalamnya terdapat lebih dari 5000 manuskrip kuno buah karya ulama
islam terdahulu. Banyak juga dari warga Hadramaut
khususnya dari Tareem yang berimigrasi ke berbagai
belahan dunia seperti Afrika Timur, India dan Asia Tenggara
sejak awal abad ke-13. Di antara mereka adalah ulama, sarjana, ilmuwan dan pedagang, yang semuanya menyebarkan Islam
ke berbagai belahan dunia.
Setelah kembali dari imigrasi denagn
penyebaran islam didalamnya, sering kali mereka membangun sebuah masjid sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas kembalinya ke tanah leluhur, oleh karena itu di Tareem terdapat banyak
sekali masjid yang jumlahnya mencapai 300 masjid, selain itu mereka membangun juga sebuah rumah untuk menunjukkan kekayaan mereka setelah kembali dari imigrasi yang panjang. Oleh karena itu,
rumah-rumah tinggi dibangun bersama dengan istana dengan gaya arsitektur baru yang
dikembangkan dengan menggabungkan antara gaya arsitektur Asia Timur dan India
dengan gaya arsitektur lokal. Hal ini dapat dilihat pada eksterior rumah yang indah dan istana yang dikelilingi oleh
pohon-pohon palm.
Benteng
dan istana paling menonjol di Tareem adalah Benteng Najeer, yang terletak 6 km di sebelah timur kota Tareem dan Benteng Al-Irr yang terletak di samping Al Sawm, 15 km sebelah timur dari Tareem.
Telah selesai pengungkapan terhadap penemuan kota Iram Dzatul ‘Imad (pemilik
tiang-tiang) sekitar tahun 1998 Masehi di daerah Syasher di padang pasir Zhafar. Dan jarak penemuan itu sekitar
150 Km sebelah utara kota Shoalalah dan 80 Km dari kota Tsamrit. Telah
disebutkan kota Iram dan penduduknya, kaum ‘Aad
di banyak tempat dalam al-Qur’an, sebagaimana firman Allah,إرم ذات العماد* التي لم يخلق مثلها في البلاد* الفجر : 8 -7
”(yaitu) Penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain.” QS. Al-Fajr: 7-8)
Dan itu adalah negerinya ‘Aad kaum Nabi Hud ’alaihissalam yang telah Allah binasakan dengan angin yang sangat dingin dan kencang, dan saya yakin anda semua mengetahui kisahnya yang disebutkan dalam al-Qur’an. Dan datang penyebutan kaum ‘Aad dan negerinya, Iram di dua surat dalam al-Qur’an, salah satunya dengan nama Nabi mereka yaitu Hud ’alaihissalam, dan yang kedua dengan nama tempat tinggal mereka yaitu al-Ahqaaf, dan di dalam puluhan ayat al-Qur’an yang terdapat dalam 18 surat dalam al-Qur’an. Dan penyebutan kaum ‘Aad dalam al-Qur’an terhitung sebagai pemberitaan paling banyak dibandingkan dengan pemberitaan tentang ummat-ummat yang lain yang dibinasakan , sebagai bentuk keajaiban dalam al-Qur’an. Hal itu karena kaum ini (‘Aad) telah dibinasakan secara total dengan angin berpasir yang tidak sewajarnya. Pasir-pasir itu mengubur dan menutup peninggalan-peninggalan mereka, hingga tersembunyi (tertutup) semua peninggalan mereka dari muka Bumi.
Dan hal itu menyebabkan sebagian besar arkeolog dan ahli sejarah mengingkari dan tidak membenarkan adanya kaum ‘Aad pada zaman dahulu, dan mereka (arkeolog dan ahli sejarah) menganggap penyebutan tentang mereka (kaum ‘Aad) dalam al-Qur’an sebagai kisah-kisah simbolik (yang tidak ada kenyataanya) untuk diambil pelajaran dan pengalaman. Bahkan lebih parah lagi sebagian penulis buku menganggap mereka (kaum ‘Aad) sebagai dongeng yang tidak ada sama sekali kenyataannya dalam sejarah.
Kemudian munculah penelitian-penelitian arkeolog pada tahum 80-an atau 90-an di abad ke-20 dengan penelitian tentang negeri Iram di padang pasir ar-Rub’u al-Khali di Zhaafar 150 Km sebelah utara kota Shalabah, selatan kerajaan Oman. Dan penemuan meraka membuktikan kebenaran al-Qur’an dalam semua yang diberitakan di dalamnya tentang kaum ‘Aad.
Berangkat dari hal tersebut maka pembahasan hal ini di sini hanya mencukupkan diri pada penemuan arkeologi di atas dan pada apa yang dicatat dalam al-Qur’an surat al-Fajr ayat 6-8 semenjak 1400 tahun yang lalu. Dan seandainya al-Qur’an menunjukkan pada sesuatu, maka hal itu tidak lain hanyalah menunjukkan hakekat yang sebenarnya bahwa al-Qur’an adalah benar-benar firman Allah Sang Pencipta. Dialah yang menurunkan al-Qur’an dengan ilmu-Nya kepada penutup para Nabi dan Rasul (Muhammad) shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjaganya untuk kita dengan bahasa wahyu yang diwahyukan kepadanya (bahasa Arab). Maka al-Qur’an tetap terjaga dengan tata bahasa Rabbani, dengan kebenaran setiap huruf dan kalimatnya dan isyarat di dalamnya.
Iram Dzatul ‘Imad dalam sejarah Islam
Di dalam tafsir tentang apa yang datang tentang kaum ‘Aad dalam al-Qur’an, sejumlah ulama ahli tafsir, ahli Geografi, ahli sejarah dan ahli nasab (silsilah keturunan) muslim seperti ath-Thabari, as-Suyuthi, al-Qozwaini, al-Hamdani, Yaqut al-Hamawi dan al-Mas’udi bersemangat untuk mengungkap tentang hakekat mereka. Mereka (para ulama di atas) menyebutkan bahwa kaum ‘Aad termasuk al-Arab al-Baa’idah (Arab yang telah musnah). Dan mereka (al-Arab al-Baa’idah) dianggap mencakup banyak kaum yang telah musnah ratusan tahun sebelum diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, di antara mereka kaum ‘Aad, Tsamud, al-Wabar, dan selain mereka masih banyak lagi.
Dan mereka (para ulama di atas) mengetahui dari ayat-ayat al-Qur’an bahwa tempat tinggal kaum ‘Aad adalah di Ah-Qaaf jamak dari kata Haqf yang berarti pasir yang miring. Dia adalah salah satu daerah bagian dari ar-Rab’u al-Khali dengan Hadhramaut di sebelah selatannya, ar-Rab’u al-Khali di selatannya dan dengan Oman di sebelah timurnya, dan dia sekarang adalah dareh Zhaafar. Dan sebagaimana mereka juga mengetahui bahwa Nabi mereka adalah Hud ’alaihissalam, dan bahwasanya setelah binasanya orang-orang kafir dari kaumnya, Hud ’alaihissalam tinggal di bumi Hadhramaut samapai beliau meninggal, dan beliau dikebumikan di dekat Wadi Barhut arah timur dari kota Tarim.
Adapun tentang kaum Iram pemilik bangunan tinggi itu, maka al-Hamadani (wafat tahun 334H/946M) dan Yaqut al-Hamawi (wafat tahun 627H/1229M) menyebutkan bahwa bangunan tinggi mereka yang dahulu adalah hasil bangunan Syaddad bin ‘Aad dan telah hilang musnah (tertimbun pasir), dan ia tidak diketahui sekarang, walaupun beredar di cerita-cerita tentangnya. Untuk melihat gambar tentang kota mereka yang ditemukan oleh para ilmuwan arkeolog lihat di sini.
Sumber: إرم ذات العماد التي لم يخلق مثلها في البلاد, diterjemahkan oleh Abu Yusuf Sujono / alsofwah.or.id
Artikel www.KisahMuslim.com
No comments:
Post a Comment