KAUM ‘AAD DA SAMUD
YANG DIBINASAKAN PERNAH PUNYA BANGUNAN TERTINGGI DI DUNIA SAAT ITU
Drs.M.Rakib,
S.H.,M.Ag. LPMP Riau Indonesia. 2014 Memiliki Gedung yang tinggi merupakan kebanggaan tersendiri bagi suatu Negara maupun Kota. Pada umumnya Gedung yang tinggi akan dijadikan Landmark atau Ikon dari suatu Negara maupun Kota yang kemudian juga akan menjadi suatu nilai tambah dalam sektor Pariwisata. Oleh karena itu, setiap Negara maupun Kota pun berlomba-lomba untuk membangun gedung yang tingginya hingga ratusan meter dan juga berusaha untuk melampaui rekor gedung tertinggi sebelumnya.
Kriteria-kriteria mengenai definisi dan penentuan Gedung tertinggi masih diperdebatkan hingga saat ini dan belum mencapai suatu kesepakatan. Salah satu Kriteria yang paling sering diperdebatkan adalah Tinggi Antena Telekomunikasi yang terdapat di atap gedung yang bersangkutan sehingga ketinggian gedung akan bertambah karena Antena tersebut. Tetapi pada umumnya, pemberitaan-pemberitaan terhadap gedung tertinggi oleh Media adalah memasukan Antena Telekomunikasi sebagai bagian dari Ketinggian Gedung dengan catatan Gedung-gedung tertinggi tersebut adalah dapat dipergunakan untuk Residensial (tempat tinggal), Bisnis atau pusat perkantoran dan Hotel.
Gedung tertinggi di Dunia saat ini adalah Gedung Burj Khalifa yang terletak di Kota Dubai Emirat Arab dengan ketinggian 828 Meter yang diresmikan pada tahun 2010. Gedung Burj Khalifa Dubai berhasil mengeser Gedung Taipei 101 yang ketinggian 508 Meter. Saat ini , Taipei 101 hanya dapat menduduki posisi ketiga setelah Gedung Abraj Al Bait diresmikan pada tahun 2012.
Adapun tentang kaum Iram pemilik bangunan tinggi itu, maka al-Hamadani
(wafat tahun 334H/946M) dan Yaqut al-Hamawi (wafat tahun 627H/1229M)
menyebutkan bahwa bangunan tinggi mereka yang dahulu adalah hasil bangunan
Syaddad bin ‘Aad dan telah hilang musnah (tertimbun pasir), dan ia tidak
diketahui sekarang, walaupun beredar di cerita-cerita tentangnya. Untuk melihat
gambar tentang
kota mereka yang ditemukan oleh para ilmuwan.
Inilah
Negeri Kaum ‘Aad yang Dibinasakan
Hadramaut
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Hadramaut
Hadramaut -Negeri Sejuta Wali-
Hadramaut, atau Hedramaut, حضرموت ("Hadhrmawt")
atau Havermavt (Bahasa Ibrani) adalah
povinsi dengan wilayah terbesar di negara
Yaman, Provinsi
ini memiliki relief atau bentuk bumi yang terdiri dari
dataran dengan pantai mempesona di lautan semenanjung arab, pegunungan dan perbukitan yang tingginya mencapai 2000 m
diatas permukaan laut serta dataran kosong (Empty Quarter) yang luas
seperti padang pasir. Di sana juga terdapat banyak sekali Wadi atau
lembah, dan lembah yang paling besar adalah lembah Hadramaut yang memiliki
banyak sekali anak sungai, lembah
ini cukup subur untuk ukuran negeri
Yaman yang umumnya padang pasir
tandus. Dalam Alkitab
(Kejadian:10-26-28) Hadramaut disebut sebagai "Hazarmaveth".
Provinsi Hadramaut terletak di sebelah tenggara negara
Yaman yang berbatasan dengan Mahara di sebelah timur dan berbatasan langsung
dengan negara Oman disebelah barat, sedangkan di sebelah utara Propinsi
Hadramaut meluas jauh sampai dataran kosong yang sangat luas (Empty Quarter),
dan disebelah selatan berbatasan dengan pantai yang menghadap ke Laut arab dan
jauhnya mencapai 777 km dari Sana’a (Ibukota negara Yaman).
Iklim Hadramaut
Iklim di Hadramaut panas dan tropis di
musim panas dengan suhu yang mencapai 40oC di pedalaman, di mana iklim
tropis kering berlaku. Sedangkan di daerah pesisir, suhu mencapai 36oC
karena musim hujan yang lembab, dan di musim dingin suhu cenderung
normal, berkisar antara 20-24oC di pantai dan 17 - 20oC
di pedalaman.
Sejarah Hadramaut
Hadramaut merupakan negeri asal dan tempat tinggal Nabi Hud dan Saleh. Awal mula nama ini masih
menjadi perdebatan. Sebagian kelompok mengambil kisah orang-orang Yunani yang
menemukan air di
lembah tandus Arabia dan kemudian menamakannya dengan Hydreumata atau
sumber air. Sementara sebagian yang lain mengambil kisah orang-orang Arab kuno, dari zaman sebelum
orang-orang Yunani mencapai lembah Arabia. Alkisah, dahulu kala Lembah Arabia merupakan
tempat orang-orang barbar yang suka berperang dan saling membunuh. Kisah
kejantanan dan keperkasaan mereka dalam perang selalu mereka banggakan dan
mereka luapkan dalam bentuk puisi, sya'ir dan juga memberi pujian kepada
pahlawan-pahlawan dari suku-suku dan kabilah mereka masing-masing. Pada waktu
itu di bagian selatan lembah Arabia (Hadramaut) tinggal seseorang yang paling
ditakuti oleh semua keluarga, bani, suku dan kabilah di seluruh arab. Orang
tersebut bernama Amir Bin Qahtan, dia ditakuti karena keberaniannya,
kejeliannya dan keperkasaannya. Setiap kali Amir Bin Qahtan berpartisipasi
dalam sebuah perang maka tempat tersebut akan berubah menjadi lembah kematian.
Karena itulah suku-suku Arab pada waktu itu menamai tempat Amir Bin Qahtan
tinggal sebagai hadramaut yang berarti Hadra=hadir maut=kematian
yaitu di mana Amir Bin Qahtan berada, di situ pula kematian hadir bersamanya.
Pada masa pasca Nabi Muhammad SAW, kebanyakan dari mereka
memeluk Islam dan menjadi pedagang dan petualang yang menghubungkan antara
bagian timur benua Afrika (Sudan, Somalia, Eritrea) dengan bagian selatan
benua Asia (India, Indonesia); dengan demikian menjadi
pelaku Jalur Sutera laut.
Di Hadramaut juga tersebar ribuan keturunan Rasulullah
yang berhijrah dari Makkah, dalam tujuan menghindari kekacauan yang ada di
Makkah dan Madinah karena kaum Qaramitha yang ekstrem. Semula tanah Hadramaut
penuh dengan kaum Khawarij dan
Syi'ah Zaidiyyah, tapi berkat dakwah para sayyid yang berhijrah ke
Hadramaut, para Khawarij
berputar haluan ke madzhab Sunni Syafi'i. Keturunan Rasulullah di Hadramaut
biasanya adalah keturunan Sayyidina Husein yang melewati jalur nasab Sayyid
'Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al Muhajir ila Allah bin Isa ar-Rumi bin
Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi al Huseini disebut Bani 'Alawi (Ba'alawi) atau Alawiyyin. Dan mereka, banyak yang
berhijrah ke Nusantara.
Kebanyakan dari mereka berdagang dengan mengikuti arah
angin barat dan timur. Hal inilah yang memaksa mereka menunggu selama beberapa
bulan sebelum mereka kembali ke kampung halaman mereka. Selama masa penungguan
inilah interaksi antara mereka dengan penduduk asli terjadi. Sebagian di antara
para pedagang itu berdakwah dan juga menikahi gadis-gadis pribumi dan
kebanyakan dari mereka menetap di sana.
Sebagian besar kaum keturunan Arab di Indonesia umumnya berasal dari
wilayah ini. Ini dapat ditelusuri dari nama-nama marga mereka, seperti Al
Amri, Alaydrous, Badjubier, Bawazier, Al Khered, Al Kaff, Al Attas, Al
Kathiri, Bin zagr, Bin Abdat, Sungkar, Al
Habsyi, dan lain sebagainya.
Kota-kota di Hadramaut
Mukalla
Mukalla adalah Ibukota Provinsi Hadramaut dan dikenal
sebagai salah satu pelabuhan Yaman di Laut Arab. Ia dikenal dengan nama Khaisa
atau Bandar Yakoub sebelum berganti nama dengan Mukalla sebagaimana yang kita
ketahui sekarang ini. Penduduk awal kota ini adalah kelompok nelayan yang berimigrasi dari beberapa daerah
disekitar kota ini.
Kota Mukalla juga dikenal sebagai tempat kepangeranan
pertama Al-Kasad didirikan pada akhir abad ke-18 Masehi, kemakmuran dari kepangeranan
pertama Al-Kasad menjadikan kota ini memiliki gaya arsitektur kota Pesisir yang
terletak di Laut Arab dan Laut Merah seperti Aqaba, Jeddah, Hodeidah, Mokha,
Luhayya, dan Aden. Fitur yang menonjol dari kota Mukalla adalah Ma'een Palace,
istana yang dibangun oleh Sultan Bin Omer Awadah Qu'aiti dan didalamnya
terdapat Museum Arkelologi Kota Mukalla. Ada juga Benteng Ghuwaizi yang
dibangun di pintu masuk kota sebagai pos penjaga, dibangun pada tahun 1884
Masehi.
Ghail Bawazeer
Ghail Bawazeer terletak sekitar 35 km sebelah timur dari
kota Mukalla, kota ini merupakan daerah Subur pertanian yang tumbuh tembakau
yang sangat banyak disana, sehingga muncullah istilah Ghaili Tembakau, yang
dianggap sebagai tembakau terbaik di Yaman. Selain tembakau, di kota ini banyak
tumbuh juga Pohon Palm, Henna, dan Kelapa. Fitur yang menonjol dari dari Ghail
Bawaazeer adalah Rumah singgah atau istirahat Sultan Qu'aiti ketika melakukan
perjalanan jauh, dan sekarang disebut Ghail Tourist Rest House.
Shiher
Kota ini terletak 62 km sebelah timur dari Mukalla, dan
dikenal juga dengan nama Sam'oun dan Souq. Nama Souq dikaitkan dengan Shiher
dikarenakan tempat ini termasuk dalam jajaran pasar Pra-Islam yang terkenal di
Arab seperti Awkadh, Sana'a dan Doumat Al Jandal, dan dulu disebut Shiher
Al-Mahrah.
Sekarang, kota Shiher berkembang sebagai kota pelabuhan
dengan perkembangan yang sangat pesat setelah runtuhnya pelabuhan kuno Qan’a.
Ekspor terbesar dari pelabuhan ini adalah dupa yang didatangkan dengan unta dari
timur jauh yaitu Maharah menuju Shibam dan kemudian baru menuju Shiher.
Pelabuhan Shiher digunakan sebagai kawasan intensif perdagangan dengan
pelabuhan India,
Teluk Arab, Afrika Timur, dll. Kota ini menjadi lebih penting selama periode
Abbasiyyah sampai diserbu oleh Portugis pada tahun 1523 Masehi.
Seiyoun
Seiyoun adalah Kota utama di Hadramaut, karena kota ini
adalah ibukota administratif wadi (lembah) hadramaut, dan jaraknya 320 km
jauhnya dari Mukalla. Kota ini telah dijadikan ibukota wadi sejak abad ke-15.
Kota ini disebutkan dalam prasasti kuno Musnad. Sejarawan klasik menyatakan
bahwa kota ini adalah kota besar untuk dinasti Hadramaut, Hemyar (حمير), dan Kendah (كندة).
Seiyoun adalah sebuah kota yang menarik, banyak dibangun rumah yang berlantaikan
3-4 di kota ini, dan sebagian besar rumah-rumah itu dibangun dan diperkuat dari
batu bata, tanah liat
dan jerami. Kota ini dikelilingi oleh pegunungan dan pohon-pohon palm. Fitur
yang paling menonjol dari kota ini adalah beberapa masjid kuno dan istana raja.
Tareem
Kota Tareem Terletak di tepi kiri Hadramaut, 35 km
sebelah timur laut dari Seiyoun. Tareem, pada zaman kuno merupakan tempat
berkuasanya raja-raja dari kabilah Kendah serta menjadi ibukota bagi Wadi
Hadramaut sebelum Seiyoun. Kota ini juga merupakan pusat intelektual
Islam seperti kawasan Zabid, Dhamar, Jibla dan Saada. Dikota ini juga terdapat
beberapa lembaga islam yang dikenal di Asia, Afrika bahkan Eropa, seperti Ribat
Tareem, Daar Al-Musthafa dan Universitas Al-Ahqaf. Ada juga Perpustakaan
Al-Ahqaf di Tareem yang merupakan Perpustakaan terbesar kedua di Yaman,
didalamnya terdapat lebih dari 5000 manuskrip kuno buah karya ulama islam
terdahulu. Banyak juga dari warga Hadramaut
khususnya dari Tareem yang berimigrasi ke berbagai
belahan dunia seperti Afrika Timur, India dan Asia Tenggara
sejak awal abad ke-13. Di antara mereka adalah ulama, sarjana, ilmuwan dan pedagang, yang semuanya menyebarkan Islam
ke berbagai belahan dunia.
Setelah kembali dari imigrasi denagn
penyebaran islam didalamnya, sering kali mereka membangun sebuah masjid sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas kembalinya ke tanah leluhur, oleh karena itu di Tareem terdapat banyak
sekali masjid yang jumlahnya mencapai 300 masjid, selain itu mereka membangun juga sebuah
rumah untuk menunjukkan kekayaan
mereka setelah kembali dari imigrasi yang panjang. Oleh karena itu,
rumah-rumah tinggi dibangun bersama dengan istana dengan gaya arsitektur baru yang
dikembangkan dengan menggabungkan antara gaya arsitektur Asia Timur dan India
dengan gaya arsitektur lokal. Hal ini dapat dilihat pada eksterior rumah yang indah dan istana yang dikelilingi oleh
pohon-pohon palm.
Benteng
dan istana paling menonjol di Tareem adalah Benteng Najeer, yang terletak 6 km di sebelah timur kota Tareem dan Benteng Al-Irr yang terletak di samping Al Sawm, 15 km sebelah timur dari Tareem.
Label: Information
No comments:
Post a Comment