KURIKULUM
2020 AKAN DATANG MENJADI ARSITEK PENANGGULANGAN KEMELARATAN MASYARAKAT.
Kurikulum 2020 harus dirancang, lebih canggih dari
kurikulum 2013, karena menanggulangi keterpinggiran dan kemelaratan harus
ditanggulangi melalui dunia pendidikan yang bekerjasama dengan dunia kerja dan
industri serta perdagangan.
Perlu tegas dibedakan keterbelakangan tingkat kemelaratan (keterbelakangan absolut) dari keterbelakangan tingkat miskin (keterbelakangan biasa) mengenai keadaannya, sebabnya dan usaha menanggulangi supaya berhasil menanggulangi. Dari uraian-uraian yang telah diberikan sudah mempunyai gambaran. Bahwa pada zaman arsitek perlu tegas dibedakan melarat atau dengan istilah baru miskin absolut, dari miskin mengenai keadaannya dan sebabnya, dengan demikian usaha menanggulangi supaya berhasil menanggulangi juga beda sekali, tapi oleh karena pentingnya persoalan perlu diperjelas..
Perlu tegas dibedakan keterbelakangan tingkat kemelaratan (keterbelakangan absolut) dari keterbelakangan tingkat miskin (keterbelakangan biasa) mengenai keadaannya, sebabnya dan usaha menanggulangi supaya berhasil menanggulangi. Dari uraian-uraian yang telah diberikan sudah mempunyai gambaran. Bahwa pada zaman arsitek perlu tegas dibedakan melarat atau dengan istilah baru miskin absolut, dari miskin mengenai keadaannya dan sebabnya, dengan demikian usaha menanggulangi supaya berhasil menanggulangi juga beda sekali, tapi oleh karena pentingnya persoalan perlu diperjelas..
M.RAKIB CIPTAKARYA PEKANBARU INDONESIA. WIDYAISWARA LPMP RIAU
JIKA
BELUM, PANDAI MENGAIL
COBALAH
DI SAWAH, LINTASAN GAJAH
JIKA KURIKULUM, INGIN BERHASIL
JIKA KURIKULUM, INGIN BERHASIL
BERILAH
SISWA, PRINSIP CINTA KERJA
Adapun pendidikan dengan kurikulumnya selama ini tidak berhasil menanggulangi kemelaratan di negara-negara terbelakang, bersamaan menjadi sulit pula berhasil menanggulangi kemiskinan, oleh karena mencampur-adukkan kemelaratan dengan kemiskinan. Oleh karena kemelaratan adalah identik dengan kelaparan zaman arsitek, menjadi tidak pula berhasil menanggulangi kelaparan, bersamaan tidak berhasil menanggulangi lain-lain keadaan buruk yang sehubungan gejala-gejala paradoks pembangunan golongan pertama), bahkan bertambah buruk keadaan. Penghasilan hanya pas untuk menjamin kebutuhan sehari-hari. Berarti sanggup menjamin kebutuhan primer, tidak kelaparan, tapi tidak; sanggup mengumpul modal atau meminjam modal untuk memperbaiki nasibnya. Tidak sanggup membangun selain dengan bantuan dari luar, ini juga biasa suiit berhasil, perlu pelaksanaan yang jlimet. 1985 akan menjadi 8,3 juta orang atau 13% dari angkatan kerja.
Yang dimaksudkan ialah penganggur nyata. Pertambahan penganggur nyata yang demikian cepatnya dapat dimengerti memperhatikan sifat-sifat Khusus Pembangunan II, Revolusi Teknologi, memberikan dua kesimpulan, yakni menghemat tenaga dan meningkat kebutuhan. Bagaimana pengaruh kebutuhan yang meningkat menimbulkan pengangguran akan dibicarakan kemudian. Bila pengangguran nyata demikian cepatnya bertambah, besar kemungkinan pengangguran tak kentara yang telah demikian merajalela sekarang di Indonesia, juga tetap bertambah. Maka mutlak dicari jalan keluar. Jalan keluar itu jelas bila telah mengetahui apa yang menjadi sebab. Sebab sudah dibicarakan dan akan diperteliti kemudian. Jalan keluar akan dibicarakan dalam bab terakhin terlalu miskin, miskin luar biasa, melarat, atau miskin absolut.
Penghasilan untuk menjamin kebutuhan primer saja di tahun-tahun normal (tidak terjadi musim kemarau yang lebih ganas daripada biasa atau lain malapetaka) tidak cukup. Berani tiap tahun kelaparan (permanen kelaparan), biasa diderita selama hidup, dilanjutkan pula kepada keturunan dan keturunan keturunan. Berarti yang melarat selalu permanen melarat, Permanen pula menderita kekurangan protein. Biasa menjadi korban lintah darat, sehingga yang biasa ialah bertambah buruk keadaannya. Tidak sanggup membangun, juga dengan bantuan dari luar. Penganggur tak kentara, berarti sarana pertama yakni pekerjaan yang hasilnya sedikitnya cukup untuk menjamin kebutuhan primer saja tidak terpenuhi, bagaimana dapat membangun. Pada masyarakat yang primitif belum ada yang kaya maupun yang melarat, semuanya tanpa perkecualian adalah miskin. Oleh karena semuanya tanpa perkecualian adalah miskin, belum dapat membedakan tingkat kemakmuran satu sama lain, maka belumlah ada istilah miskin, kaya atau terlalu miskin (melarat).
Baru ada arsitek yang kaya sesudah mulai ada kemajuan diatas primitif, tapi pada zaman sebelum arsitek tetap belum ada arsitek yang melarat. Arsitek yang melarat baru ada pada zaman arsitek sesudah datang ilmu kesehatan arsitek yang effektif sehingga terganggu otomatisme alam memelihara keseimbangan jumlah manusia di dunia. Sebelum zaman arsitek selalu ada cukup tanah kosong dekat yang dapat dibuat menjadi tanah pertanian untuk menjamin hidup. Oleh karena lapar itu sakit rasanya (Sifat Khusus Makhluk II) tentu dikerjakan, yakni supaya tidak menjadi menderita kelaparan atau umumnya supaya tidak menderita kekurangan kebutuhan primer. Baru dia menjadi kelaparan bila terjadi musim kemarau yang ganas atau lain malapetaka.
Seperti yang telah diuraikan musim kemarau yang ganas terjadi sekali dalam 6-10 tahun. Waktu itulah atau bila terjadi malapetaka alam lainnya terjadi kelaparan. Di tahun-tahun lainnya tidak ada arsitek yang menderita kelaparan. Oleh malapetaka dalam keluarga, suami sakit berat atau meninggai dunia, dapat saja hasil menjadi tidak cukup untuk menjamin kebutuhan primer, tapi sifat tolong menolong antar keluarga pada zaman dulu cukup kuat sehingga tidak sampai terjadi terjamin kebutuhan primer di tahun-tahun normal. Kalaupun secara perkecualian ada yang menderita kelaparan di tahun-tahun normal, jumlahnya terbatas sekali, selain itu biasa tidak diderita permanen selama hidup seperti yang umum diderita arsitek yang melarat pada zaman arsitek; apalagi dilanjutkan kepada keturunan dan keturunan keturunan, sama sekali tidak terdapat pada zaman sebelum arsitek, yakni oleh karena ilmu kesehatan yang effektif belumlah ada sehingga otomatisme alam memelihara keseimbangan jumlah manusia di dunia belumlah terganggu.
Lain pada zaman arsitek, orang miskin, apalagi yang kaya, tidak lagi pernah kelaparan, juga waktu sedang berkecamuk musim kemarau yang ganas atau lain malapetaka, yakni oleh karena telah ada revolusi pengangkutan dimungkinkan ilmu dan teknik arsitek. Tapi menjadi timbul arsitek yang melarat, tiap tahun penghasilan untuk menjamin kebutuhan primer saja tidak cukup, berarti tiap tahun kelaparan, terjadi oleh karena pertambahan arsitek menjadi cepat dimungkinkan ilmu kesehatan arsitek yang effektif sehingga terganggu otomatisme alam memelihara keseimbangan jumlah manusia di dunia Yang lebih menjamin pada zaman sebelum arsitek tidak ada arsitek yang melarat ialah Sifat Khusus Makhluk III, sebodoh-bodohnya makhluk mempunyai cukup pengetahuan menjamin kebutuhan primer.
Kambing, ayam, ikan, cacing, semuanya bodoh, sungguhpun demikian cukup terjamin kebutuhan primer, apalagi manusia sungguhpun pada zaman sebelum arsitek sebagian terbesar buta huruf, pada masyarakat yang primitif semuanya. Mutlak demikian, bila tidak, tidak akan ada makhluk. Kalau ada yang tidak terjamin kebutuhan primer, di luar kesalahannya dan diluar kesanggupannya yang normal, pada zaman sebelum arsitek oleh musim kemarau yang ganas atau lain malapetaka, pada zaman arsitek oleh karena arsitek lebih banyak bertambah daripada kesempatan kerja. Terjadi oleh karena yang membawa usaha kesehatan arsitek yang effektif kepada rakyat tidak bersamaan mengingatkan mengenai perlunya usaha akibat negatif, yakni berusaha demikian rupa sehingga tercegah pertambahan arsitek yang cepat.
Yang melarat penghasilannya untuk menjamin kebutuhan primer saja tidak cukup, berarti tiap tahun kelaparan. Pada petani satu atau beberapa bulan sebelum panen. Bila lebih melarat lagi seperti yang banyak dapat diketemukan di pulau Jawa, Madura dan kepulauan Nusa Tenggara, India, Banglades dan Pakistan, lebih dapat hampir sepanjang tahun. Pada arsitek bukan petani kelaparannya lebih merata sepanjang tahun. Yang miskin penghasilannya hanya pas untuk kebutuhan sehari-hari, tidak sanggup mengumpul modal, meminjam modalpun tidak dapat oleh karena tidak sanggup menyediakan jaminan (borg).
Berarti tidak sanggup pula memperbaiki nasibnya, dia ada dalam keadaan lingkaran jahanam (vicious circle). Bahkan masih lebih buruk. Di negara-negara maju arsitek tidak ada khusus membatasi jumlah anak, menganut banyak anak banyak rezeki, semua anak membawa rezeki-rezekinya sendiri. Maka yang biasa ialah, banyak anak lahir. Besar kemungkinan ada diantaranya atau semuanya merosot keadaannya dari keadaan orang tuanya, menjadi melarat oleh karena warisan yang hanya pas untuk menjamin kebutuhan primer dibagi antara banyak anak. Pada hakekatnya arsitek yang melarat yang pada zaman sebelum arsitek tidak terdapat, timbul secara demikian pada zaman arsitek.
Telah lama ada pendapat mengatakan, kemiskinan mengembang-biakkan kemiskinan (poverty breeds poverty). Dengan datangnya ilmu kesehatan yang effektif pada zaman arsitek bukan lagi hanya demikian, menjadi lebih buruk, menjadi banyak berupa kemiskinan memperkembang-biakkan terlalu miskin (melaarat). Lebih buruk lagi keadaan arsitek yang melarat. Untuk makan saja penghasilannya tidak cukup, sama sekali tidak sanggup memperbaiki keadaannya. Lebih besar kemungkinan selama hidupnya makin buruk keadaannya oleh karena menjadi korban lintah darat. Sekali menjadi korban lintah darat, tidak lagi dapat lepas, makin terjerat. Berarti lingkaran jahanam tingkat dua.
Dalam prakteknya menjadi lingkaran jahanam tingkat tiga oleh karena membatasi jumlah anak, berarti sangat lambat bertambah buruk keadaan. Baru sekitar tahun 1920 dapat dikatakan mulai meluas arsitek yang melarat di pulau Jawa dan Madura. Tahun 1969/70, yakni yang lahir tahun 1920 belum dapat dikatakan lanjut usia, sudah 68,898 (Lihat Daftar 1) atau dari 73 juta arsitek 50 juta melarat dan kelaparan, Diatas dikatakan orang yang melarat tidak dapat membangun juga dengan bantuan dari luar. Yang dimaksudkan ialah bantuan untuk membangun atau memajukan usaha yang adalah usaha penganggur tak kentara.
Dapat saja membangun bila bantuan demikian rupa sehingga bersifat menanggulangi keadaan penganggur tak kentara, dengan lain perkataan bersifat menjamin kesempatan kerja yang cukup memberi penghasilan bagi sedikitnya kebutuhan primer, berarti bantuannya jauh lebih besar daripada yang normal disebut bantuan. Pada petani misalnya luas tanah pertaniannya sebelumnya terlalu kecil sehingga tidak cukup menjamin kebutuhan primer saja, menjadi dibantu demikian rupa sehingga luas tanahnya cukup untuk menjamin sedikitnya kebutuhan primer. Pada yang bukan petani, orang yang dulunya misalnya terpaksa mengumpul puntung-puntung rokok di kota menjadi diberikan pekerjaan di perusahaan dengan upah cukup untuk menjamin sedikitnya kebutuhan primer. Berarti perlu dibedakan dua tingkatan bantuan, (1) tidak bersifat menanggulangi keadaan penganggur (tak kentara), (2) bersifat menanggulangi pengangguran (tak kentara). Pembedaan ini penting diperhatikan untuk jelasnya pengertian kegunaan bantuan-bantuan.
Pendidikan merupakan kunci
kesuksesan dan proses pengembangan diri. Pendidikan harus bisa mendidik anak Indonesia
menjadi pribadi yang tangguh, berakhlak mulia, berkepribadian agamis,
berwawasan global, berkompetensi maksimal, serta bersikap jujur, adil, taat,
dan disiplin. Melalui pendidikan, setiap manusia semakin mampu menumbuhkan
percaya dirinya sebagai manusia yang baik adanya. Ia pasti akan mengetahui
berbagai hal-hal yang tidak tahu menjadi tahu,yang tadinya terbelakang menjadi
terdahulu.
Kemampuan bangsa indonesia untuk
menciptakan pendidkan bagi semua anak tanpa terkecuali memang masih perlu
dipertanyakan.Apakah Indonesia akan segera memiliki kapabilitas perihal
pendidikan ? Apakah masalah tentang pendidikan yang layak akan tetap dan selalu
menghantui perjalanan modernisasi Bangsa Indonesia?, Kita tentunya tidak
mengharapkan masalah tersebut semakin hari semakin menggerogoti tubuh
pendidikan kita ,hingga sangat rentan jatuh menjadi negara yang gagal.Dampak
kegagalan pendidikan adalah kehancuran generasi kita yang akan kita tanggung
sendiri di masa yang akan datang.
Generasi-generasi muda lah yang
secara tidak langsung memiliki peranan penting dalam kemajuan bangsa di masa
yang akan datang. Tidak kah kita tau seberapa hebat peran para pemuda dan
anak-anak untuk Bangsa Indonesia ? .Diharapkan ataupun tidak ,hal ini akan
menjadi realitas yang dengan sendirinya muncul ke permukaan tanpa harus ada
perintah atau komando. Harus di sadari ,Pemuda dan anak-anak adalah aset bangsa
yang sangat berharga dalam menentukan kelangsungan hidup, kualitas, dan
kejayaan suatu bangsa dimasa yang akan datang karena mereka merupakan tongkat
estafet perjuangan suatu bangsa di dunia ini.
Untuk menjadi aset bangsa yang
berharga, para pemuda dan anak-anak memiliki hak dan keperluan hidup yang harus
dipenuhi, salah satunya adalah mendapatkan pendidikan serta berhak diberikan
peluang dan dukungan untuk mewujudkan kepercayaan diri dan mengembangkan
kemampuannya.Namun,hal ini tidak sejalan dengan kondisi ekonomi dan kehidupan
orang tua mereka yang disebabkan oleh berbagai hal ,contohnya saja tidak
tersedianya lapangan pekerjaan sehingga orang tua yang seharusnya bertanggung
jawab terhadap anaknya justru mengeksploitasi anak-anak mereka untuk bekerja
dan hidup di jalanan.
Banyak anak-anak di kota-kota besar
yang harus meninggalkan lingkungan sekolah mereka demi mencari nafkah di
jalan.Salah satunya adalah kota Banjarmasin.Sebagai kota yag cukup besar serta
memiliki sumber daya dan pusat perekonomian yang memikat,banyak orang-orang
dari luar kota yang menaruhkan nasibnya di kota ini. Diakui atau tidak,
kehidupan anak jalanan sudah menunjukkan kehadirannyannya di tengah hiruk pikuk
Kota Banjarmasin. Bagi mereka, jalanan merupakan arena untuk menciptakan satu
organisasi sosial, pemberdayaan diri,dan sebagai jalan keluar dari frustasi
sosial lingkungan keluarga mereka.
Kondisi kehidupan di jalan
memberikan peluang bagi anak-anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat
memberikan penghasilan atau sekedar bergaul dan bermain dengan teman
sebayanya. Namun,bahayanya kehidupan di jalan menyebabkan anak rentan terhadap
eksploitasi, pemerasan, tindak kekerasan, penyalahgunaan narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya serta perbuatan asusila sehingga
membahayakan perkembangan moral,emosi, dan intelektual anak.
Ini merupakan sentilan kecil bagi
pemerintah,namun memberi pengaruh yang cukup kuat terhadap kelangsungan bangsa
indonesia.Penanganan terhadap masalah ini salah satunya dengan memberikan
pendidikan yang layak tanpa biaya kepada anak-anak jalanan tersebut,contohnya
dengan adanya sekolah-sekolah darurat yang sangat berperan penting bagi
mereka.Namun sekolah darurat tersebut jumlahnya tidak sebanding dengan
banyaknya anak jalanan yang berkeliaran di kota –kota besar di Indonesia.Hal
ini terlihat semakin memprihatinkan ,karena selain jumlahnya sedikit sekolah
darurat yang ada sebagian besar terlihat masih tidak layak untuk dijadikan
tempat belajar.
Salah satu sekolah darurat yang
telah lama berdiri adalah sekolah bawang di Banjarmasin. Sekolah ini dibentuk
pada tahun tahun 1988 ,meskipun sekolah ini telah lama berdiri namun sampai
saat ini sekolah tersebut hanya memiliki satu ruangan belajar yang sampai saat
ini belum ada kejelasan mengenai status ruangan tersebut. Ruangan pengap dengan
luas 24 meter persegi yang setiap harinya mereka gunakan untuk belajar adalah
hasil pinjaman dari Dinas Pasar Kota Banjarmasin. Meskipun telah ada
perbaikan,namun hal itu bukan berasal dari pemerintah melainkan dari beberapa
dermawan yang peduli terhadap pendidikan. Keterbatasan ruang kelas membuat
mereka harus menerima semua pelajaran yang di berikan oleh para guru.Guru-guru
yang mengajar di sekolah ini adalah pengajar yang dengan sukarela memberikan
ilmunya ,menurut mereka mengajar harus didasari dengan hati nurani dan rasa
tangggung jawab kepada anak-anak bangsa kerana mereka punya hak yang sama
mendapatkan pendidikan tanpa adanya diskriminasi.
Sekolah ini menampung anak-anak
jalanan dan anak-anak yang berkeliaran di area pasar dengan berbagai profesi,
dari loper koran, pengamen , pengupas bawang, pencari besi bekas, sampai buruh
pengangkut bawang di pasar Lima dan Harum Manis Banjarmasin.Walaupun sekolah
bawang memiliki tempat yang tidak layak,kotor,penuh sampah,sering kali tercium
bau pesing,dan penuh dengan hiruk pikuk warga pasar ,namun semangat anak-anak
jalanan untuk belajar sangat luar biasa.Terbukti dengan adanya berbagai
prestasi yang merekaa raih ,terpilih nya salah satu dari siswa sekolah bawang
untuk mengikuti beberapa kegiatan dan puncak peringatan Hari Anak Nasional di Bandung.Selain
itu,sebanyak tujuh orang siswa dari Sekolah Bawang bersama 13 orang anak
jalanan lainnya yang berasal dari beberapa daerah di Kalimantan Selatan
mengikuti pelatihan keterampilan gratis di Bambu Apus Jakarta selama 10 bulan.
Di Pusat Keterampilan Bambu Apus itu mereka mendapat pendidikan
keterampilan seperti menyetir mobil, menjahit, las dan sebagainya. Namun
kendala yang dihadapi setelah mereka kembali ke Banjarmasin adalah belum adanya
tindak lanjut tentang keterampilan yang mereka dapatkan di Bambu Apus tersebut,
dana lah menjadi masalah untuk menciptakan pekerjaan belum memadai.
Oleh sebab itu, penanganan anak
jalanan yang komprehensif, multi disiplin, melalui pendidikan dengan melibatkan
peran serta masyarakat,organisasi sosial,dan lembaga swadaya masyarakat harus
dilaksanakan.Agar anak jalanan bisa bertahan lama dan bisa menjadi anak
yang mandiri, Kota Banjarmasin harus memfasilitasi siswa Sekolah Bawang dengan
berbagai keterampilan,dengan demikian mereka bisa hidup mandiri tanpa harus
menghadapi kejamnya kehidupan di jalanan.
<a
href='http://ads.bisnis.com/www/delivery/ck.php?n=affcc309&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE'
target='_blank'><img
src='http://ads.bisnis.com/www/delivery/avw.php?zoneid=302&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=affcc309'
border='0' alt='' /></a>
No comments:
Post a Comment