PENYELIDIKAN
TERAKHIR
Mr.HM.Rakib
Ciptakarya Pekanbaru Riau Indonesia. 2014
Tidak mungkin pesawat Malaysia, terkena
mosteri Segi Tiga Barmuda. Tapi di
Taiwan ada segi tiga Formosa. Yang juga asangat misteri,,,.. TRIBUNNEWS.COM - Di tengah kebingungan sejumlah pihak atas misteri yang
menyelimuti di balik hilangnya Pesawat Boeing 777-200 ER Malaysia Airlines (MAS) MH370, muncul kabar yang menghadirkan
secercah harapan sekaligus membuat bulu kuduk merinding.
Kabar itu mencuat saat anggota
keluarga dari penumpang pesawat MH370 yang hilang hadir di sebuah tayangan di
sebuah stasiun televisi China untuk menunjukkan telepon genggam saudaranya itu
masih aktif saat dihubungi.
Ponsel berdering beberapa kali
sebelum akhirnya terputus. Sebanyak 19 orang dari anggota keluarga lain dari
penumpang MH370 pun melakukan hal yang sama.
Hasilnya, ponsel juga berdering
selama beberapa kali sebelum akhirnya terputus. Tak ada jawaban sama sekali
dari sejumlah usaha yang mereka lakukan. Atas hal ini, mereka mengajukan
pertanyaan resmi ke MAS dan meminta penjelasan.
Nyatanya, masih berderingnya ponsel
tak berarti seluler itu aktif. Pakar perangkat nirkabel, seperti dikutip Tribunnews.com
dari wonderfulengineering.com, dering panggil tersebut adalah trik
psikologis agar penelepon tetap online sementara jaringan mencoba menghubungkan
panggilan mereka. Dengan kata lain, nada panggil itu adalah layanan dari operator.
Nada panggil tidak berarti bahwa
telepon di ujung lainnya masih aktif. Seorang juru bicara dari asosiasi
penirkabelan, CTIA menegaskan hal ini. Pada dasarnya, ketika seseorang
menelepon nomor ponsel , jaringan seluler mulai mencari perangkat telepon di
lokasi terakhir yang diketahui.
Jika jaringan tidak dapat menemukan
perangkat ponsel di lokasi terakhir, jaringan akan memperluas pencarian ke
wilayah yang lebih luas. Proses pencarian membutuhkan waktu 2 detik sampai 3
detik.
Selama
waktu ini, jaringan akan memutar nada dering untuk penelepon sehingga penelepon
tidak menutup telepon . Namun, setelah jaringan menegaskan bahwa telepon tidak
aktif, hal itu akan mengakhiri panggilan . Hal ini yang menjelaskan misteri nada
panggil yang tetap ada pada kasus ponsel penumpang di MAS
MH370.
Tapi
sepertinya, proses pencarian jaringan seluler seperti ini berbeda dari apa yang
terjadi di Indonesia. Pada operator lokal, panggilan biasanya langsung nonaktif
atau operator akan langsung memberitahu jika perangkat ponsel yang dituju
tengah tidak aktif. Pada contoh lain, nada panggil di operator lokal bisa
menjadi konten komersil berupa pemutaran sepenggal nada dan lagu populer.
Kembali lagi ke kasus MH370, seorang
perempuan dari keluarga penumpang mengatakan jika dia bisa tersambung pada nada
panggil ponsel keluarganya yang berada di pesawat yang hilang, maka pihak
berwenang semestinya bisa melacak dimana sinyal telepon tersbeut berasal.
Hanya saja, untuk bisa melacak di
mana sebuah perangkat telepon berada, ada beberapa syarat yang wajib ada.
Telepon yang dilacak harus memiliki GPS di dalamnya dan fitur ini harus
diaktifkan .
Jika semua persyaratan tersebut
terpenuhi baru sebuah perangkat ponsel bisa ditemukan. Tetapi jika misalnya,
perangkat ponsel tersebut ada di dasar laut, dan nada panggil dari nomor ponsel
hanya berasal dari layanan operator, maka akan mustahil untuk melacak lokasi di
mana ponsel itu berada.
Penjelasan ini disebutkan menjadi
pil pahit yang harus ditelan para keluarga penumpang. Penjelasan itu juga kian
menambah misteri tentang keberadaan MH370 yang hingga kini belum diketahui
keberadaannya. wonderfulengineering.com/oln/tribunnews.com
Terkait #MAS
MH370#Malaysia Airlines
Berita Terkait Pesawat Malaysia Airlines Hilang Kontak
Segitiga
Bermuda di program TV Discovery & National Geographic tahun 2011
telah menyelidiki bahwa terjadinya gangguan mesin, kompas & alat
navigasi lain karena adanya daya magnet lokal (bukan magnet kutub) yang
dihasilkan dari bawah kulit bumi pada daerah tersebut. Bukti baru ini telah
diselidiki oleh para ahli dengan citra satelit di daerah tersebut.
Lalu
para ahli beserta para pilot berpengalaman menyusuri daerah sekitarnya dan
terbukti pula bahwa alat-alat navigasi dalam kokpit berubah dan terganggu.
Karena teknologi masa kini semakin canggih, maka dapat di pantau pula
melalui satelit.
Fakta Nyata Dari Misteri Pesawat Terbang Hilang Di Segitiga Bermuda
Wilayah laut di selatan Amerika Serikat dengan titik sudut Miami (di Florida), Puerto
Rico (Jamaica), dan Bermuda ini, telah berabad-abad menyimpan
kisah yang tak terpecahkan. Misteri demi misteri bahkan telah dicatat oleh
pengelana samudera macam Christopher Columbus.
Sekitar 1492, ketika dirinya akan mengakhiri
perjalanan jauhnya menuju dunia barunya, Amerika, Columbus sempat menyaksikan fenomena aneh di wilayah
ini. Di tengah suasana laut yang terasa aneh, jarum kompas di kapalnya beberapa
kali berubah-ubah. Padahal cuaca saat itu begitu baik.
Lebih dari itu, tak jauh dari kapal, pada suatu
malam tiba-tiba para awaknya dikejutkan dengan munculnya bola-bola api yang
terjun begitu saja ke dalam laut. Mereka juga menyaksikan lintasan cahaya dari
arah ufuk yang kemudian menghilang begitu saja.
Begitulah Segitiga Bermuda. Di wilayah ini,
indera keenam memang seperti dihantui ‘suasana’ yang tak biasa. Namun begitu
rombongan Columbus masih terbilang beruntung, karena hanya disuguhi
‘pertunjukkan’. Beda dengan para pelintas yang lain.
Menurut catatan kebaharian, peristiwa terbesar
yang pernah terjadi di wilayah ini adalah lenyapnya sebuah kapal berbendera
Inggris, Atalanta, pada 1880. Tanpa jejak secuilpun, kapal yang ditumpangi tiga
ratus kadet dan perwira AL Inggris itu raib di sana. Selain Atalanta, Segitiga
Bermuda juga telah menelan ratusan kapal lainnya.
Di lain kisah, Segitiga Bermuda juga telah
membungkam puluhan pesawat yang melintasinya.
Peristiwa terbesar yang kemudian terkuak sekitar
1990 lalu adalah raibnya iring-iringan lima Grumman TBF Avenger AL AS
yang lebih dikenal dengan “Flight 19″ tengah berpatroli melintas wilayah laut
ini pada siang hari 5 Desember 1945.
Setelah sekitar dua jam penerbangan komandan
penerbangan melapor, bahwa dirinya dan anak buahnya seperti mengalami disorientasi.
Beberapa menit kemudian kelima TBF Avenger ini
pun raib tanpa sempat memberi sinyal SOS. Anehnya, misteri Avenger tak berujung
di situ saja.
Ketika sebuah pesawat SAR jenis Martin PBM-3 Mariner
dikirim mencarinya, pesawat amfibi gembrot dengan tigabelas awak ini pun
ikut-ikutan lenyap. Hilang bak ditelan udara.
Keesokan harinya ketika wilayah-wilayah laut yang
diduga menjadi tempat kecelakaan keenam pesawat disapu enam pesawat penyelamat
pantai dengan 27 awak, tak satu pun serpihan pesawat ditemukan.
Ajaib… Tahun demi tahun berlalu. Sekitar 1990, tanpa
dinyana seorang peneliti berhasil menemukan onggokan kerangka pesawat di lepas
pantai Fort Launderdale, Florida. Betapa terkejutnya orang-orang yang
menyaksikan. Karena, ketika dicocok kan, onggokan metal itu ternyata bagian
dari kelima TBF Avenger!
Kisah ajaib lainnya adalah hilangnya pesawat
transpor C-119 Flying Boxcar pada 7 Juni 1965. Pesawat tambun mesin
ganda milik AU AS bermuatan kargo ini, hari itu pukul 7.47 lepas landas dari
Lanud Homestead.
Pesawat dengan 10 awak ini terbang menuju
Lapangan Terbang Grand Turk,
Bahama, dan diharapkan mendarat pukul 11.23.
Pesawat ini sebenarnya hampir menuntaskan
perjalanannya. Hal ini diketahui dari kontak radio yang masih terdengar hingga
pukul 11. Sesungguhnya memang tak ada yang mencurigakan. Kerusakan teknis juga
tak pernah dilaporkan. Tetapi Boxcar tak pernah sampai tujuan.
“Dalam kontak radio terakhir tak ada indikasi
apa-apa bahwa pesawat tengah mengalami masalah. Namun setelah itu kami
kehilangan jejaknya,” begitu ungkap juru bicara Penyelamat Pantai Miami. “Besar
kemungkinan pesawat mengalami masalah kendali arah (steering trouble)
hingga nyasar ke lain arah,” tambahnya.
Seketika itu pula tim SAR terbang menyapu wilayah
seluas 100.000 mil persegi yang diduga menjadi tempat kandasnya C-119. Namun
hasilnya benar-benar nihil. Sama seperti hilangnya pesawat-pesawat lainnya di
wilayah ini, tak satu pun serpihan pesawat atau tubuh manusia ditemukan.
“Benar-benar aneh. Sebuah pesawat terbang ke arah
selatan Bahama dan hilang begitu saja tanpa jejak,” demikian komentar seorang
veteran penerbang Perang Dunia II.
Seseorang dari Tim SAR mengatakan, kemungkinan
pesawat jatuh di antara Pulau Crooked dan Grand Turk. Bisa karena masalah
struktur, ledakan, atau kerusakan mesin. Kalau memang pesawat meledak, kontak
radio memang pasti tak akan pernah terjadi, tetapi seharusnya kami bisa
menemukan serpihan pecahannya.
Begitu pula jika pesawat mengalami kerusakan,
mestinya sang pilot bisa melakukan ditching (pendaratan darurat di
atas air). Pasalnya, cuaca saat itu dalam keadaan baik. Dalam arti langit
cerah, ombak hanya sekitar satu meter, dan angin hanya 15 knot. Analisis
selanjutnya memang mengembang kemana-mana.
Namun tetap tidak menghasilkan apa-apa. Kasus
C-119 Flying Boxcar pun terpendam begitu saja, sampai akhirnya pada tahun 1973
terbit artikel dari International UFO Bureau yang mengingatkan kembali
sejumlah orang pada kasus ajaib tersebut. Dalam artikel ini dimuat kesaksian
astronot Gemini IV, James McDivitt dan Edward H. White II, yang justru
membuat runyam masalah.
Rupanya pada saat-saat di sekitar raibnya C-119,
dia kebetulan tengah mengamati wilayah di sekitar Karibia. Gemini kebetulan
memang sedang mengawang-awang di sana. Menurut catatan NASA, pada 3 sampai 7
Juni 1965 keduanya tengah melakukan eksperimen jalan-jalan ke luar kapsul
Gemini dengan perlengkapan yang dirahasiakan.
Menurut Divitt, dia melihat sebuah pesawat tak
dikenal (UFO) dengan semacam lengan mekanik kedapatan sedang meluncur di atas
Karibia. Beberapa menit kemudian Ed White pun menyaksikan obyek lainnya yang
serupa. Sejak itulah lalu merebak isu, C-119 diculik UFO. Para ilmuwan pun
segera tertarik menguji kesaksian ini.
Tak mau percaya begitu saja, mereka
mengkonfirmasi obyek yang dilihat kedua astronot dengan satelit-satelit yang
ada disekitar Gemini IV. Boleh jadi ‘kan yang mereka salah lihat ? Maklum saat
itu (hingga kini pun), banyak pihak masih menilai sektis terhadap kehadiran
UFO. Ketika itu kepada kedua astronot disodori gambar Pegasus 2,
satelit raksasa yang memang memiliki antene mirip lengan sepanjang 32 meter dan
sejumlah sampah satelit yang ada di sekitar itu.
Namun baik dari bentuk dan jarak, mereka
menyanggah jika telah salah lihat. “Sekali lagi saya tegaskan, dengan menyebut
UFO ‘kan tak berarti saya menunjuk pesawat ruang angkasa dari planet lain.
Pengertian UFO sangat universal. Bahwa jika saya melihat pesawat yang menurut
penilaian saya tak saya kenal, tidakkah layak jika saya menyebutnya sebagai
UFO?” sergah Divitt.
No comments:
Post a Comment