WAHAI ENGKAU
PENDUKUNG PENISTA AGAMA
PENDUKUNG PENISTA AGAMA
M.R.Jamari, Sastra Candra Darma. Pekanbaru
Di alam gaib, rekaman Malikat Atid
Di sana terpampang wajah-wajah akrab, pendukung penista agama.
Ada yang berjilbab, tapi tidak tahu rukun iman.
Ada Jejaka gagah, berani memotong tentara, Iwan Bopeng namanya.
Duduk berdamping di balik puing-puing kehancuran
Dan reruntuhan tembok-tembok kota yang tak bisa mengatasi banjir
Di sana terpampang wajah-wajah akrab, pendukung penista agama.
Ada yang berjilbab, tapi tidak tahu rukun iman.
Ada Jejaka gagah, berani memotong tentara, Iwan Bopeng namanya.
Duduk berdamping di balik puing-puing kehancuran
Dan reruntuhan tembok-tembok kota yang tak bisa mengatasi banjir
Pancaran mata pada awalnya penuh ceria
Membalut luka curiga bertepuk dengan ragu-ragu,sebelah tangan
Serasa aku melihat,mereka menari di alam baqa
Hati mereka merajut benang-benang kasih yang palsu
Menjadi kain bermotif cinta dunia yang katanya tidak kan fana
Seakan aku simak, berita dini hari yang sepi.
Pijar mata mereka penuh yakin, penista agama tiada terkena apa-apa
Mereka tiada sadar sedang berada di celah-celah puing kehancuran
Bertumbuh tunas-tunas cinta buta
Bersemi di hati yang mendamba jabatan dan bayaran
Membalut luka curiga bertepuk dengan ragu-ragu,sebelah tangan
Serasa aku melihat,mereka menari di alam baqa
Hati mereka merajut benang-benang kasih yang palsu
Menjadi kain bermotif cinta dunia yang katanya tidak kan fana
Seakan aku simak, berita dini hari yang sepi.
Pijar mata mereka penuh yakin, penista agama tiada terkena apa-apa
Mereka tiada sadar sedang berada di celah-celah puing kehancuran
Bertumbuh tunas-tunas cinta buta
Bersemi di hati yang mendamba jabatan dan bayaran
Trerbayang pula, kamar neraka yang sekarang kamar hotel mewah,
Kamar potret pengharapan pangkat duniawi.
Berhentilah hai pendukung penista agama, berhenti sejenak di persimpangan jalan
Bertobatlah, berzikirlah biar Cuma sesaat
Untuk saling memandang, wajah tujuh juta ulama, mengetuk jendela hati
Semoga nama para habib , para pendemo, terpatri di sana di arasy
Kamar potret pengharapan pangkat duniawi.
Berhentilah hai pendukung penista agama, berhenti sejenak di persimpangan jalan
Bertobatlah, berzikirlah biar Cuma sesaat
Untuk saling memandang, wajah tujuh juta ulama, mengetuk jendela hati
Semoga nama para habib , para pendemo, terpatri di sana di arasy
Wahai kamar mandi Istiqlal, yang ada Malaikat menggantungkan potret padat makna
Dari Pekanbaru riau Masjid Annur, biarkan aku bersimpuh di sini
Untuk memandang dan boleh berharap, pemimpin baru yang beriman.
Hati mereka para pendemo, bersanding mentari, saat dhuha, turun rezeki.
Sambil menoreh angan di langit biru, ada keyakinan pasti Malaikat mencatat peristiwa ini.
Dari Pekanbaru riau Masjid Annur, biarkan aku bersimpuh di sini
Untuk memandang dan boleh berharap, pemimpin baru yang beriman.
Hati mereka para pendemo, bersanding mentari, saat dhuha, turun rezeki.
Sambil menoreh angan di langit biru, ada keyakinan pasti Malaikat mencatat peristiwa ini.