PUISI UNTUK AHOK
KARYA Dr.M.Rakib Jamari.
Ada celah untuk membuat puisi dalam menonton TV persidangan kasus penistaan agama di Kantor Kementerian Pertanian pada Selasa (31/1) yang menghadirkan saksi Ketua MUI Kiai Ma'ruf Amin, Ahok sempat menyatakan Kiai Ma'ruf menutupi identitas diri pernah menjadi anggota Wantimpres, bertemu dengan paslon calon Gubernur dan Wagub DKI Jakarta nomor urut satu dan menyebut Kiai Ma'ruf tidak pantas menjadi saksi karena tak objektif. Ahok mengaku memiliki bukti atas perkataannya tersebut.
Dalam persidangan pula, kuasa hukum Ahok menyebut Kiai Ma'ruf mendapat pesanan dari SBY untuk menerbitkan fatwa penistaan agama. Kuasa hukum terdakwa juga menyatakan Kiai Ma'ruf sempat ditelepon SBY untuk mengatur pertemuan dengan Agus-Sylvi. [Ibnu/republika]. Aku hanya ingin mengirimkan puisi buah Ahok:
SI PENGHARDIK ULAMA
Ini kisah penghardik ulama yang dilahirkan di Indonesia
Ada tanda di kakimu, tegak lurus di benteng kreta Jakarta.
Aku mencarikanmu doa agar dapat hidayah dari temaramnya dunia.
Istana hayalku beratapkan balok menawan berhias ukiran,
Dengan baja yang tidak perlu darah lembu liar,
Serta kayu-kayu cemara tersusun sempurna
Dirangkai begitu kuat. Kali bening pun mengalir disana
Yang perlu hanyalah mengambil pelajaran dari hari-hariku yang berlalu,
Ucapkanlah kata-kata “Akulah hamba mengambdi hanya kepada sang Pencipta.”
Jika tengah malam matamu tidak mau tidur bacalah terjemahana aya suci, maka hatimu akan mengembara
mengembaralah wahai hamba yang merindukan hidayah.
Telah kudengarkan raungnya hidyah yang membahana;
Jauh dari pesta-pestanya yang merah dan berdarah;
Memadamkan api gunung yang sedahsyat apapun.
Terbebaslah dirimu dan disebutlah aku telah dapat hidayah.
Seorang di antara kaum yang angkuh, yang sebenarnya lembut disirami wahyu.
Mari berbalut jubah putih aku terlahir bersih kembali.
Hijrah dari kodrat manusia yang nista dan Lumpur liang kubur,
Terjauhkan dari bibirku senantiasa
Sentuhan daging haram aneka rupa dimana hidup pernah bertahta.
Semua selamat tinggal..
Tinggallah piala anggur terangkat kini terbang ke angkasa,
Tataplah dengan kesabaran. Sesungguhnya Allah beserta orang yang sabar…
SI PENGHARDIK ULAMA
Ini kisah penghardik ulama yang dilahirkan di Indonesia
Ada tanda di kakimu, tegak lurus di benteng kreta Jakarta.
Aku mencarikanmu doa agar dapat hidayah dari temaramnya dunia.
Istana hayalku beratapkan balok menawan berhias ukiran,
Dengan baja yang tidak perlu darah lembu liar,
Serta kayu-kayu cemara tersusun sempurna
Dirangkai begitu kuat. Kali bening pun mengalir disana
Yang perlu hanyalah mengambil pelajaran dari hari-hariku yang berlalu,
Ucapkanlah kata-kata “Akulah hamba mengambdi hanya kepada sang Pencipta.”
Jika tengah malam matamu tidak mau tidur bacalah terjemahana aya suci, maka hatimu akan mengembara
mengembaralah wahai hamba yang merindukan hidayah.
Telah kudengarkan raungnya hidyah yang membahana;
Jauh dari pesta-pestanya yang merah dan berdarah;
Memadamkan api gunung yang sedahsyat apapun.
Terbebaslah dirimu dan disebutlah aku telah dapat hidayah.
Seorang di antara kaum yang angkuh, yang sebenarnya lembut disirami wahyu.
Mari berbalut jubah putih aku terlahir bersih kembali.
Hijrah dari kodrat manusia yang nista dan Lumpur liang kubur,
Terjauhkan dari bibirku senantiasa
Sentuhan daging haram aneka rupa dimana hidup pernah bertahta.
Semua selamat tinggal..
Tinggallah piala anggur terangkat kini terbang ke angkasa,
Tataplah dengan kesabaran. Sesungguhnya Allah beserta orang yang sabar…
No comments:
Post a Comment