Bono Kuala Kampar
By Drs.M.Rakib Jamari,S.H.,M.Ag
In the ancient Amazonian
language of Tupi, pororoca translates as ‘great destructive noise’. To
world-class surfer Picuruta Salazar, it is ‘without a doubt the best wave that
God has put on this planet.’ Clearly, the pororoca demands a little attention…
When surfers first went to surf the
pororoca in 1996, the locals, in tears, pleaded with them not to do it.
Naturally, they tend to keep a respectful distance from this legendary monster,
which occurs when the full moon causes the Atlantic Ocean to thunder up the
Amazon river. This tidal wave rolls in once a day and once a night for a period
of about three weeks, every year around February/March. The crashing, churning
wall of water can reach up to four metres high, travelling 13 km inland, and
dashing any trees and houses in its path to smithereens.
It was not just the sheer force of
the water that made the villagers weep. They knew about the piranhas, the
snakes and the small catfish that swims up your urethra and lodges itself
there. They knew about the crocodiles.
Of course, surfers being
surfers, heatstruck and high on malaria pills, they went ahead and surfed it
anyway. Put your feet up for 25 minutes and watch Bill Heath’s 2003 documentary
about one such adventure, Pororoca: Surfing the Amazon. Look past the murky resolution, and you’ll discover
a beautiful film following a group of surfers who travel for days into the
depths of the jungle to battle one great wave.
Prof.Dr.Husain Naimar,
guru besar antropologi Universitas Madras menerangkan bahwa kata MELAYU berasal dari bahasa Tamil. Malai berarti gunung, malaiur adalah suatu suku bangsa pegunungan
dan sebutan malaiur fonetis menjadi melayu. Penduduk sebelah pesisir selatan
pegunungan Dekkan adalah orang malabar,orang minangkabau menyebutnya malabari.
Malayalam adalah bahasa yang dipergunakan oleh suku bangsa dravida yang
mendiami pegunungan. Di minangkabau menurut penelitian Prof.Husein Naimar
banyak terdapat kata-kata tamil dan sanskerta hal ini membuktikan adanya
hubungan sejarah antara Minangkabau dan Malabar.
Di Malabar pun sistem masyarakatnya
juga menurut garis keibuan dan pusako tinggi turun dari mamak ke kemanakan.
Prof. Yean quisiner dari salah satu universitas di Pris meneliti ke MINANGKABAU
, mendapatkan adanya hubungan antara Minangkabau dengan Burma, Muangthai, Kamboja
dan Vietnam bukti adanya hubungan terlihat dari kata PAGARUYUNG. Maka PAGA (suku matriakat seprti juga dijumpai pada suku khazi, malabar dan lainnya) “ru” artinya pusat “yung” (danyun)artinya kerapatan,
jadi Pagaruyung dapat diartikan pusat kerapatan suku yang menganut sistem
keibuan durian ditakuak rajo adalah perobahan fonetik dari
durum patakai raya.
Menurut A.A. Navis, Minangkabau lebih kepada kultur etnis dari suatu
rumpun Melayu yang tumbuh dan besar karena sistem
monarki, serta menganut sistem adat yang khas, yang dicirikan dengan sistem
kekeluargaan melalui jalur perempuan
atau matrilineal, walaupun
budayanya juga sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam,
sedangkan Thomas
Stamford Raffles, setelah melakukan ekspedisi ke pedalaman
Minangkabau tempat kedudukan Kerajaan Pagaruyung, menyatakan bahwa
Minangkabau adalah sumber kekuatan dan asal bangsa Melayu, yang kemudian penduduknya tersebar luas di
Kepulauan Timur.
Saat ini
masyarakat Minang merupakan masyarakat penganut matrilineal terbesar di dunia. Selain itu, etnis ini juga telah
menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-Hindu dengan adanya kerapatan adat untuk
menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Prinsip adat Minangkabau
tertuang singkat dalam pernyataan Adat
basandi syarak, syarak basandi Kitabullah (Adat
bersendikan hukum, hukum bersendikanAl-Qur'an) yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam.
Orang Minangkabau
sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional dan intelektual.
Mereka merupakan pewaris terhormat dari tradisi tua Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar berdagang dan dinamis. Hampir separuh jumlah keseluruhan
anggota masyarakat ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya
bermukim di kota-kota besar,
seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam,Palembang,
dan Surabaya.
Di luar wilayah Indonesia, etnis Minang banyak terdapat di KualaLumpur, Seremban, Singapura, Jeddah, Sydney,
dan Melbourne.
Du : kata bilangan dua/seluruhnya
Rum : kerekel/pasir
Pataka : dataran pantai
Raya : luas/besar
Masa sejarah digolongkan
kepada masa setelah adanya tulisan pada benda peninggalan sejarah seperti
prasati, candi dan sebagainya, masa sejarah tidak sama untuk setiap suku bangsa
contoh misalnya bangsa Mesir memulai masa sejarahnya setelah 4000 SM, bangsa India
3000 SM dan Indonesia 400 SM., 500-300 SM dari India selatan mereka mengarungi
samudera memasuki pantai timur Sumatera antara lain MUARA
KAMPAR bersama dengan itu suku bangsa dari Birma, Kamboja, Vietnam melalui
lembah sungai Irawali.
Perpindahan ini berjalan bertahun-tahun bahkan berabad-abad dua kelompok
ini sama-sama mempunyai ikatan matrilinear ada kelompok yang mencari aliran
sungai pada saat perpindahan ini apa yang terjadi di belahan dunia yang sudah
lama memasuki zaman logam antara lain dapat kita jelaskan sebagai berikut :
India berkembang agama budha yang dibawa Sidharta Gautama (563-483 SM).
Gautama adalah putera Raja Sudhodana dari kerajaan Kavilawastu yang wilayahnya
meliputi Nepal, Bhutan dan Sikkin, 1600 SM di India sudah pula berkembang agama
Hindu (mahabratha). China di kala itu dikuasai Dinasti Chou tahun 1050-256 SM
waktu itu hidup filosof Konfutse, Laotse dan Mengtse
Kedua daerah itu adalah
tempat turunnya ras dentro malayutermasuk Minangkabau, dapat dipastikan
gelombang 2 yang datang 500-400 SM beragama Budha dan Hindu, dilihat secara
kontekstual kemungkinan mereka yang turun dari Burma, Kamboja dan Thailand
sebagai embrio suku besar melayu di Minangkabau (suku melayu di Minangkabau
adalah Melayu, Bendang, Kampai, Mandahiling dan Panai) dan mereka yang datang
dari India Selatan (pantai timur) adalah embrio suku Jambak, Pitopang,
Salokutiannyia, Bulukasok dan Banuhampu atau sebaliknya namun kedua kelompok
ini disbut sebagai Melayu Continental.
Dalam rentang waktu 500-400 SM itu mereka telah membentuk kekuasaan
budaya seperti raja gunung dan raja sungai agama Budha sudah dikembangkan pada
saat itu kemungkinan saja pada periode ini mereka sudah sampai ke hulu Batang
Kampar, hulu Batang Rokan, hulu Batanghari dan hulu sungai lainnya.
Situasi kehidupan masyarakat waktu itu hidup dengan berdagang, sawah dan
mulai berkembang pertambangan emas dan hasil hutan lainnya, ada yang
berpendapat sudah ada terbentuk nagari sumkayam atau nagari Minangkabau
sekarang tetapi akhirnya dibantah oleh karena konsep nagari baru muncul setelah
rombongan kedua datang ke Minangkabau.
Ada pertanyaan dengan apa mereka menyelusuri dataran tinggi Minagkabau jawabannya adalah dengan kerbau oleh karena agama yang dianutnya perlu menyayangi binatang kerbau,gajah, lembu , sehingga dari kerbau ini mereka dapat mengembangkannya permainan rakyat melalui adu kerbau. Dr Nooteboom memperkuat alasan tentang kegiatan berlayar yang dimiliki oleh ahli Yunani zaman purba Strabo dan Pilinius bukanlah Srilangka akan tetapi adalah Sumatera atas dasar itu Dr Nooteboom(pengikut zulkarnain) ketika ia berlabuh di India berarti sudah ada hubungan Minangkabau dengan India berkenaan waktunya adalah 336 SM
Asal-usul Nama Minangkabau :
a. Drs Zuhir Usman bahwa di dalam hikayat raja-raja Pasai Minagkbau diartikan menang
adu kerbau
b. Hal ini mendapat bantahan dari Prof.Dr. Purbacaraka hal ini bersifat legenda
beliau mengatakan bahwa Minagkabau berasal dari Minangtamwan artinya pertemuan dua
muara sungai.
c. Prof Van de Tuuk menerangkan bahwa Minangkabau asalnya dari Pinang Khabu yang
artinya tanah asal
d. Prof Dr Husein Naimar menyatakan bahwa Minagkabau adalah perubahan fonetik dari
menonkhabu bahsa tamil yang artinya tanah pangkal
a. Drs Zuhir Usman bahwa di dalam hikayat raja-raja Pasai Minagkbau diartikan menang
adu kerbau
b. Hal ini mendapat bantahan dari Prof.Dr. Purbacaraka hal ini bersifat legenda
beliau mengatakan bahwa Minagkabau berasal dari Minangtamwan artinya pertemuan dua
muara sungai.
c. Prof Van de Tuuk menerangkan bahwa Minangkabau asalnya dari Pinang Khabu yang
artinya tanah asal
d. Prof Dr Husein Naimar menyatakan bahwa Minagkabau adalah perubahan fonetik dari
menonkhabu bahsa tamil yang artinya tanah pangkal
No comments:
Post a Comment