قُلْ لَنْ يُصِيْبَنَا إلاَّ مَا كَتَبَ اللهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللهِ فَاْليَتَوَكَّلِ اْلمُؤْمِنُوْنَ
“Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang
telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan
hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal”
Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa, setiap peristiwa yang terjadi
semuanya telah digariskan Allah. Dan hanya kepada Allah, kita
berlindung.
Lalu mengapakah Allah menimpakan bencana kepada umat-Nya? Umat yang
mengimani dan menyembah-Nya dalam ajaran yang benar dan hak? Mengapa
bukan orang-orang kafir saja ditumpas dengan bencana? Jawabnya adalah,
karena di balik setiap takdir, pastilah terdapat makna yang tersembunyi.
Termasuk dalam beberapa musibah yang melanda kita. Dan bagi
saudara-saudara kita yang tertimpa musibah namun masih hidup setidaknya
dapat memetik hikmah atas apa yang menimpa mereka.
Mereka yang lolos dari bencana adalah orang-orang yang beruntung
karena masih sempat ditegur oleh Allah SWT. Mereka yang lolos masih
diberi kesempatan oleh Allah untuk memperbaiki kualitas ketaqwaan,
keimanan dan hidupnya. Mereka masih sempat meminta ampunan kepada Allah
SWT atas segala kesalahan serta berbuat kebajikan sepanjang sisa
hidupnya untuk menghapuskan dosa.
Bencana menjadi teguran bagi mereka yang selamat, demikian pula bagi
mereka yang berada jauh dari tempat kejadian. Orang-orang yang tidak
terkena bencana, mendapatkan cobaan dari dampak bencana. Mereka yang
sentosa berkewajiban menolong yang kepayahan. Mereka yang hidup
berkewajiban menyelenggarakan jenazah bagi yang meninggal. Mereka yang
masih memiliki banyak harta, berkewajiban memberikan makanan dan pakaian
serta menolong dengan segenap kemampuan kepada mereka yang kehilangan
segalanya. Memberi makan kepada mereka yang kelaparan, memberi pakaian
kepada mereka yang telanjang dan memfasilitasi mereka yang kehilangan
tempat tinggal.
Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang
muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada
hari kiamat; barangsiapa memudahkan seorang yang mendapat kesusahan,
Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; dan barangsiapa
menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan
Akhirat; dan Allah selalu akan menolong hambanya selama ia menolong
saudaranya.” (HR. Muslim)
Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda :
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ
فَحَمِدَ
اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
Hadirin Sidang Jumuah yang Dimuliakan oleh Allah
Bencana adalah juga sebuah teguran dari Allah kepada orang-orang beriman, namun lalai menjalankan perintah-Nya. Peringatan dari allah ini sudah seringkali tampak melalui beberapa peristiwa serupa yang seringkali melanda negeri kita. Namun selalu saja kita belum bisa memperbaiki diri, sikap dan perbuatannya. Padahal beberapa musibah yang terjadi ini adalah akibat dari perbuatan dan ulah kita sendiri sebagai bangsa.
Jika alam di negeri kita rusak, siapakah yg merusaknya? Tentu adalah kita sendiri yang merusaknya. Bukan negara lain, karena takkan ada negeri lain dapat merusak negara kita kecuali kita sendiri yang mengijinkan mereka.
Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 41.
ظَهَرَ الفَسَادُ فِيْ الُبَرِّ وَاْلبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أيْدِي النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ اَّلذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Adapun bagi kita semua, rentetan musibah yang terjadi hendaklah menjadi tadzkirah (pengingat) bahwa bencana memilukan tersebut dapat terjadi ditempat kita jika Allah SWT menghendaki. Seharusnyalah bagi kita untuk selalu berdo’a, bertaqarrub, dan beristighfar semoga Allah SWT selalu menganugerahkan keselamatan dan ampunan bagi kita semua.
Dan jika demikian, maka Allah memberi peringatan kepada kita supaya kembali ke jalan yang benar. Perbuatan manusialah yang selama ini banyak merusak ekosistem dan lingkungan. Manusia yang serakah, selalu mengeksploitasi alam dan banyak menyebabkan kerusakan lingkungan. Peringatan dari Allah yang berupa bencana menunjukkan bahwa Allah masih sayang kepada hamba-hamba-Nya dan menghendaki mereka untuk kembali ke jalan yang diridloi-Nya.
Karena, kerusakan alam selalu mengakibarkan kerugian bagi warha di sekelilingnya, terutama rakyat kecilnya. Karenanya, siapa yang lebih kuat harus melindungiu yang lemah. Siapa yang berkelonggaran harus menolong yang sedang dalam kesusahan dan siapa yang selamat harus bersedia menolong kepada saudaranya yang terkena musibah.
Mestinya kita takut jika tidak menolong, padahal kita mampu, mestinya
kita malu kepad Allah jika tidak membantu saudara-saudara yang sedang
kesusahan, apdahal kita sedang banyak memiliki kelonggaran. Bukankah
Rasulullah SAW telah bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لاَ يَهْتَمْ بِأُمُوْرِ اْلمُسْلِمِيْنَ
Dengan demikian, maka umat akan persatuan dan kesatuan umat Islam
akan semakin kokoh selepas berlalunya bencana, jika kita dapat menyadari
bahwa selalu ada hikmah di balik setiap kejadian yang tampak
mengerikan. Bencana merupakan ujiana bagi umat Islam, sudahkah mereka
mencadi seperti penggambaran Rasulullah SAW?
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Maka akhirnya, marilah kita doakan semoga saudara-saudara kita yang telah dipanggil oleh Allah dalam bencana-bencana di negari ini adalah meninggal dalam keadaan syahid. Bagaimana pun juga salah satu tujuan Allah mewafatkan mereka dalam bencana adalah untuk mewafatkan mereka dalam kondisi mati syahid. Karena mereka yang meninggal dalam kondisi mati kejatuhan reruntuhan, tenggelam, terbakar, melahirkan, mati dalam merasakan sakit perut adalah masuk dalam kategori mati syahid, selama mereka mengalami naza’ (syakarotul maut) dengan tetap teguh memegang keimanan kepada Allah SAW. Amin Allahumma Amin
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَِّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
(KH. Ilhamulloh Samarkan, Ketua LDNU Jawa Timur)
No comments:
Post a Comment