PENDIDIKAN YANG MENJAWAB TANTANGAN
By
DR.M.RAKIB, SH.,M.Ag. WI LPMP RIAU INDONESIA.2018
Kali ini, penulis bercerita tentang tantangan
pendidikan di bidang pendidikan lingkungan hidup yang penulis abadikan dalam
sebuah gurindam, maaf bukan gurindam 12 tapi gurindam 13, karena penulis susun
dalam tiga belas pasal. Cuplikannya sebagai berikut:
1. Kepada lingkungan, tidak sopan
Akan menuai, badai dan taufan
2. Jika jamban, tidak bersih,
Banyaknya cacing, seperti buih.
3. Kurang bersih, kurang cermat,
Tentu dirimu akan tersesat
4. Apabila rumah, disapunya jarang,
Lipas dan semut, akan meyerang.
5. Ke laut membuang, racun bebisa,
Makhluk hidup, akan binasa.
6. Jika ke sungai, membuang sampah,
Anak cucu, akan menyumpah.
7. Orang asing, menambang emas,
Putra daerah, dibuat lemas.
8. Saluran air, jika tersumbat
Banjir datang, saat hujan lebat.
9. Jika kebun, dibiarkan semak
Babi akan, beranak pinak.
1O. Siapa saja, merusakkan hutan,
Dialah sebenarnya, sahabat Setan.
Selain dari tantangan dari masalah lingkungan, lebih hebat lagi tantangan bagi pendidikan di Indonesia ialah menjamurnya
lembaga pendidikan asing, standar dan orientasi pendidikan yang makin pro
pasar, serta pasar tenaga kerja yang dibanjiri tenaga kerja asing. (https://dinanurhayati.wordpress.com).Menurut
saya (M.Rakib, 2018) ada juga hal yang menggembirakan, yaitu menjamurnya
lembaga pendidikan keagamaan yang bermutu, misalnya pendidikan Islam terpadu
plus hafal Quran 3 juz. Lembaga ini dapat memenuhi tuntutan masyarakat,
sekaligus menjawab tantangan zaman.
Awalnya kehadiran
lembaga pendidikan asing agak menakutkan di era MEA, tapi justru merupakan
suatu kemestian yang tak dapat ditolak, harus disikapi, disiasati, dihadapi dan
dipersiapkan. Ke depan persaingan lembaga pendidikan akan lebih ketat lagi.
Persaingan tak hanya antara lembaga pendidikan Indonesia,juga dengan lembaga
pendidikan asing. Di sini, mutu dan
kualitas pendidikan akan dipertaruhkan. Tidak mustahil untuk mengejar
mutu, masyarakat memilih pendidikan asing. Bukankah selama ini sebagian mereka
juga sekolah di lembaga pendidikan asing, mereka rela meninggalkan tanah air untuk
belajar di luar ke Malaysia, Australia, Mesir, Turky misalnya?
Ini menjadi tantangan
yang bagi semua pihak yang terlibat, termasuk LPMP. Semua civitas pendidikan
harus siap dan mempersiapkan diri menghadapi MEA. Mereka dituntut meningkatkan
kemampuan, kualitas, etos kerja, dan tanggung jawab. Ditambah lagi posisi
mereka sebagai produsen SDM Indonesia.
Pantun
unggulan penulis dalam buku “Pantun Pendidikan Yang Menantang” sebagai berikut:
Kalau tuan,
mencari kutu,
Jangan
disuruh, orang buta.
Kalau ingin,
pendidikan bermutu,
Tanamkan
prinsip, berwirausaha.
Wirausaha atau wiraswasta adalah interpreneur, setara dengan live skill yang harus dimiliki generasi
muda.
Maksudnya
pendidikan kita ke depan harus berorientasi pada pangsa pasar. Konsep
pendidikan Link annd Match yang digagas mantan Menteri Pendidikan Prof. Dr Wardiman
Joyonogoro. Link and Match ialah pendekatan menghendaki adanya hubungan anatara
dunia pendidikan dan dunia usaha atau industri. Dunia penidikan disiapkan
sebagai pemasok tenaga kerja handal sedangkan dunia usaha sebagai pengguna.
Sehingga dalam Link and Match, kurikulum menyesuaikan dunia usaha dan industry,
atau kurikulum yang berbasis keinginan masyarakat.
Pernah waktu
itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Anis Baswedan mencabut pemberlakuan Kurikulun 2013 dengan alasan penerapan kurikulum
itu terlalu buru-buru. Kurikulum 2013
disempurnakan. Mustinya, penyempurnaan itu juga mengakomodir kepentingan
kita semua menghadapi MEA. Beratnya tantangan dan tuntutan dunia pendidikan
terkait MEA adalah berorientasi pada pasar. Karena kurikulum idealnya tanggap
terhadap pesoalan persaingan ekonomi. Kurikulum pendidikan bisa menjawab
kebutuhan menghadapi pasar bebas.
Dan paling
penting dari semuanya adalah kesiapan guru dalam menghadapi MEA. Karena guru
berada pada garda terdepan pendidikan, yang menyiapkan SDM Indonesia bersaing
di MEA. Untuk itu guru harus meningkatkan etos kerja, kualitas diri,
kreatifitas dalam mendidik dan mengajar peserta didik. Program Tunjangan
Sertifikasi Guru (TPG) yang digulirkan oleh Pemerintah beberapa tahun belakangan
harus dimaknai sebagai usaha meningkatkan kulaitas, profesionalisme disamping meningkatkan kesejahteraan guru
tentunya.
Indonesia
tidak bisa menghindar. Semua harus siap termasuk dunia pendidikan. Dan guru
sebagai pelaku pendidikan yang berada di garda terdepan harusnya lebih tanggap
dan siap. Jangan pernah meremehkan. Bila
Pendidikan kita tak siap, bisa jadi masyarakat kita sendiri akan memilih
lembaga pendidikan asing. Ini menjadi memalukan. Garam saja Indonesia masih
inport dari Negara lain. Selain itu , pendidikan kita tak akan mampu mencetak
SDM Indonesia handal yang dapat bersaing dan memenangkan di era MEA. Ini yang
menjadi ketakutan sebagian dari kita. Sekarang saatnya kita buang ketakutan,
menyongsong optimisme ke depan dengan usaha dan kerja keras.
Global adalah
sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan
antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya popular, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain.” (Maryati
Kun, Sosiologi, 2007, Halaman 37). Dalam memasuki Masyarakat Ekonomi Asean yang
telah dimulai. Kita harus mempersiapkan diri untuk persaingan yang akan di
hadapi dalam proses mendunia ini, perang dagang dan perang pemikiran(Ghazwul Fikry).
Masyarakat
Ekonomi Asean tentu memiliki dampak yang membawa Indonesia untuk menjadi lebih
baik lagi, kalau memang sudah ditemukan cara mengolah sawit sendiri, tidak
perlu dikirim bahan mentahnya ke luar negeri. Ciptakan amesin sawit terbaru,
yang sekalipus menciptakan lapangan kerja baru yang sangat luas dan
meningkatkan kesejahteraan banyak orang. Hal ini akan menjadi dampak buruk
apabila manusia di Indonesia sendiri belum siap untuk menghadapinya.
Dengan adanya
Masyarakat Ekonomi Asean, hal tersebut dapat membuka arus perdagangan, bahkan
dalam sektor jasapun akan mudah untuk masuk ke Indonesia. Pemerintah Indonesia
harus dapat membenahi pemakaian solar energy, juga tenaga angina, disertai kualitas
sumber daya manusia di negara ini agar nantinya dapat bersaing dalam hal kemampuan
dengan sumber daya manusia dari negara lainnya di asia tenggara. Hal ini dapat
dimulai dengan memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia, yang tentunya
dengan bantuan dari beberapa program pemerintah seperti adanya sekolah gratis
bagi orang-orang yang kurang mampu dan wajib belajar sampai tamat sekolah
menengah akhir.
Agar sejak
dini, masyarakat Indonesia sudah dipupuk oleh pendidikan yang berkualitas.
Dengan memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, masyarakat Indonesia bukan
hanya dapat bersaing dengan warga negara asing yang bekerja di Indonesia saja.
Bahkan, bisa jadi orang Indonesia sendiri yang bekerja di luar wilayah
Indonesia, jika dapat memenuhi kualifikasi dan memiliki kualitas yang mumpuni.
Kedua, membangunkan
dan menuntut masyarakat Indonesia untuk kreatif. Karena pada dewasa ini ekonomi
kreatif sangat menonjol dan untuk dapat bertahan, manusianya harus dapat
memunculkan ide-ide baru tentang memanfaatkan sawit untuk makanan dan energy
baru yang belum pernah terpikirkan oleh orang lain. Dengan kreatifitas itu
masyarakat Indonesia dapat membuat usaha start up seperti yang sekarang ini
sudah mulai banyak berkembang. Selain dapat bertahan dalam bersaing dengan
usaha dari luar negeri juga hal tersebut dapat membuka lapangan pekerjaan yang
tentunya dapat terbuka lebar bagi bangsa Indonesia.
Ketiga, banyak
pelatihan, agar masyarakat Indonesia bukan hanya memiliki tingkat intelektual
yang tinggi. Tetapi juga memiliki sebuah keahlian yang betul-betul dijamin
dapat diandalkan.
Kesimpulannya mengenai
persaingan dalam era zaman now, memang baik adanya untuk perkembangan dalam
bidang sosial, ekonomi, budaya, namun, hal tersebut dapat membawa dampak buruk
bagi suatu negara, yang sumber daya manusianya belum siap untuk menghadapi persaingan
terbuka. Karena itu, masyarakat Indonesia harus memiliki kualitas iman dan
moral anti narkoba yang tinggi dan kualitas pendidikan keterampilan yang
tinggi, harus kreatif, dan harus memiliki keahlian wiraswasta.
No comments:
Post a Comment