Monday, October 27, 2014

CENGKERAMAN PERAMPOK ASING m.r. lpmp riau indonesia



CENGKERAMAN PERAMPOK ASING
m.r.  lpmp  riau  indonesia
Engkau berada di bawah cengkraman perampok asing.
Melalui dusta berbalut dusta, karena dusta teramat indah,
Kuku mereka mencengkram, maka kita selalu diam diam belajar dari  pedagang
 Dari debat, di televisi yang berdebat setiap hari
Selamat tidur  yang bukan menteri, selamat bekerja para menteri, dan kau diam diam menyimpan secuplik rasa gelam dan cahaya rembulan,
 Penipuan dalam bentuk pinjaman, hanya agar mimpi tak terlalu pekat dicekam
Selamat tidur yang bukan menteri, dan diam diam kau menyelinapkan mimpi ke dalam kecemasan hidup yang tak menentu

Takut pada kejahaatan asing, sehingga aku ingin menulis dengan mengosongkan isi kepalaku yang penuh dengan keluh kesah.
Ayohlah teman, izinkan aku harus menulis kata berulang-ulang
 agar aku ingat apa yang aku katakan, aku harus menulis kata berulang-ulang
berulang-ulang aku harus tuliskan, kata yang harus aku ingat
kemana kau akan pergi penyair? di sana tak ada pintu
kemana kau akan pergi penyair? di sana tak ada jalan

Para konglomerat, kemana kau akan pergi?
Para koruptor, engkau bukan penyair, tak butuh pintu dan jalan

Kalaian menipu, dalam terang demikian siang, benderang demikian terik, bermimpi apa?
siapa yang berteriak itu: langit dusta yang bolong

Para ulama, mari kita belajar lagi, menghayati luka kata, berdarah di setiap hurufnya
Paran guru dan dosen, tak kau rasa nyeri yang dihunjam kata, tak kau rasa perihkah
dirajam kata, tak kau rasakankah derita kata merindu sajak dari RIAU yang  mengada?
Tada peduli, pada keadaan, tiba-tiba  datang mengirim pesan:
Penjajah asing, datanglah, saat senja. aku menunggumu, dengan pedang, dan segala impianmu tentang  diriku dan negaraku. kau pernah berpikir bahwa aku bersayap? ya, sayapku berupa
warna-warna gemerlap. mungkin akan mengagumkanmu. mungkin tidak. karena
segalanya kau impikan. diriku diselubungi segala cahaya.
JIKA KAKBAH DIRUNTUHKAN  ISIS
Mungkinkah  ISIS, akan runtuhkan kakbah, sesuai dengan yang mereka katakan,
Orang beriman, jangan menangis, padanya. yang mungkin akan kehilangan. jangan
takut. karena segala yang fana akan pudar. akan tamat.
Al-Quran hukumnya akan dihapus aliran JIL, jangan lupa, saat itu kiamat  sudah dekat.
Kelompok garis keras, sungguh, kau begitu menyebalkan. dengan impian-impianmu. dunia sudah
sedemikian susah. mengapa kau terus gaduh di situ. mari kita diam saja.
hai, mengapa kau terus mengomel? dasar pemimpi!
“tapi dunia  yang memakai HAM, sudah demikian tak memiliki hati. hidup menjadi lintasan
video klip. berkelebat ke sana ke mari. ledakan bom di kota-kota tak
membuat hati kita sedih. pipi cekung kanak-kanak kelaparan tak membuat
kita iba. apa yang salah pada nurani kita? mungkin telah menjadi
batu…”
sungguh, kau begitu menyebalkan, dengan pertanyaan-pertanyaan seperti
itu, membuatku malu…
aku ingin sematkan bunga, sekuntum, pada telingamu, agar matamu yang
hitam itu, semakin bercahaya,
ya, bunga-bunga demikan liar bertumbuhan di rumputan, padang terbuka,
mungkin tak sewangi geriap rambutmu, pada angin, menyentuh,
wajahku
lalu kau tuliskan segala kenangan, pada udara,
seperti guratan hari-hari kita, demikian abstrak,
tak jelas jelas canda atau petaka,
tak jelas nama atau bencana,
lalu, kau hapus segala kenangan,
begitu saja
ya, begitu saja
 (kau ingin rasakan keheningan ini, seperti cucuran airmata, beterjunan
kanak-kanakmu, dalam segala moyak harapan)
sudah lama aku kehilangan air mata, tangisku menjadi api menyala,
jangan, jangan membuatku menangis, karena kota-kota sudah menjadi
puing, kanak-kanak sudah demikian damai dalam lubang besar pemakaman,
(kau ingin rasakan kesunyian ini, seperti cucuran airmata, beterjunan
aku, mencari cintamu)
sudah lama aku kehilangan cinta, tak ada yang tersisa, mungkin pada
pecahan granat atau bau bensin dan pecahan botol, tiada, tiada lagi
yang tersisa, kau lihat sepatuku, perhatikan, di ujungnya, ya merah dan putih,
darah dan sedikit cairan otak, eh ada berhelai rambut juga
(kau ingin rasakan keindahan ini seperti cucuran airmata, beterjunan
mereka, mencari cahaya)
sudah lama aku tak ada cahaya, di sini, dalam hatiku…
pada kanvas ini, aku serupa titik, mungkin di sela, di lekuk benang,
debu? satu dalam bermilyar debu yang menghambur, menyeru: Kekasih
TERORIS  PERAMPOK TAMBANG EMAS
Jarang yang tahu bahwa, perampok tambang emas itu, teroris Eropa kulit putih.
Mereka memakai warna-warna dipulaskan di kanvas: bintang biru, atau pelangi pagi hari,
mungkin juga raguku
Para pemimpi suatu negara, mereka jadikan boneka, minta menjadi manusia, pinokio, si hidung panjang. aduh,
padahal jadi manusia susah sekali. sudahlah, jadi boneka saja, biar
ditimang, biar kuelus, biar menangis, asalkan kau bukan manusia, yang
punya banyak impian dan masalah
“dan berbunuhan”, kata malaikat kepada Tuhan sebelum dicipta Adam
Iri dengki Iblis, tersalurkan memalui penjajahan asing bangsa Yahudi..
SEPULANG DARI MEKAH
Sepulang dari Mekah Saudi, kudatangi negeri-negeri asing
KU MANFAATKAN   setiap persinggahan tak terhinggadalam mimpiku
NENEK SIHIR BERTOBAT
Dahulu, nenek sihir adalah seorang yang mabuk kata-kata
menulis surat  mantra untukmu:
“inilah negeri  yang dicengkram asing itu,
Amerika, Cina, Korea, Malaysia, dengan kita,  bertatap mata,
seakan-akan, rindu sekali”
KINI, Nenek sihir sudah tobat. Menjajanjikan warna keemasan, tataplah dengan zikir di hatimu,
Rekaman  zikir itu,  ada di langit, adakah
namaku  di b catatan langit? mungkin di hatimu,
 Nenek tua  di tebingt senja,
catatlah dalam-dalam, pada kenangan, sudah habis cucuran airmata, tiada
lagi kesedihan, atau teriakan, memecah sunyimu, dua puluh empat senja,
aku datang padamu, mengalungkan bunga, kanak-kanak yang tertawa
berceloteh, atau lelaki yang membaca, puisi begitu memabukkan,
kata-kata menjadi gelembung, aku bawakan balon warna-warni, dua puluh
empat senja, lilin yang nyala

TUKANG JAHIT BERBATAS UMUR
Tukang jahit, provisiku dulu. Aku serasa mencium musim-musim
Bertumbuhan dalam udara, ketika remaja di tebing sungai Kampar Riau.
Setelah pindah ke Pekanbaru, aku tak peduli lagi, pada kemarau yang hijau
Gerimis yang manja
Aku hanya ingin ke Eroapa, sekedar menyaksikan salju yang tulus
Juga ke Jepang melihat daun dan bunga Sakura jatuh di musim gugur
Gambus Jajik, termata indah, menciptakan lagi dongeng
Sehingga ada bkidadari Nur dalam hatiku yang jauh
Bagi Nur cintamu, mungkin telah padam
Cinta yang bisa di hembus angin
Hanya aku tak lepas Ingatan pada engkau
Melalui Bukit Ranah Singkuang, Cinta, segurat luka
Poto waktu remajamu  dulu kubenci, tapi kucium tiap musim
Wajahmu  senantiasa, melambai dari kedalaman sunyi sepi.
Aku tak ingian negaraku terjajah lagi, walaupun hanya dalam mimpi.

       Indonesia terjajah bangsa asing! Setelah lepas dari penjajah dan kemudian merdeka, sekarang Indonesia kembali terjajah oleh bangsa asing. Lihatlah jutaan ruko di Pekaanbaru- Jambi dan Palembang, semuanya memaakai modal asing oleh kaki tangannya,WNI berjiwa asing, menabung di Singapur dan Bang Swiss. Disadari atau tidak, Indonesia telah menjadi bangsa yang miskin akibat penjajahan model baru model  10 juta ruko Plaza, Indo Maret, Alfamart dan Swalayan ini. Bahkan penjajahan yang terjadi di Nusantara ini lebih besar bahayanya dan lebih canggih cara-caranya.

Isu ini bukan sekedar analisis tentang kepemilikan perusahaan dan profit semata, banyak kepentingan rakyat dan bangsa ini sendiri yang terkait dengan produk-produk yang dihasilkan bangsa asing. Wawan Tunggul Alam dengan lugas menjabarkan perusahaan dan instansi apa saja yang membikin Indonesia dikuasai oleh pihak-pihak seperti dan sampai sekarang. Kini, mulai dari membuka mata, mandi, sikat gigi, makan nasi, berak, beraktivitas di siang hari, hingga kita terpejam lagi, bangsa asing telah menguasai hidup kita. Uhm, gua kagak percaya inih!
Tengok saja, air mineral yang kita beli dari aqua, 74 persen sahamnya telah dikuasai oleh Danone asal Perancis. Pun saat membelikan anak-anak kita susu SGM (Sari Husada), 82% sahamnya telah dikuasai Numico asal Belanda. Bahkan, untuk menikmati teh celup sariwangi yang kita beli di warung atau pasar swalayan pun 100% kepemilikannya sepenuhnya dimiliki oleh perusahaan asing Unilever. Sungguh kenyataan ini membuat saya geram, miris, sekaligus terbuka kesadarannya.

       Masalah mendasar sebetulnya bukan pada saham dan kepemilikan asing. Saham hanya batang dari sebuah pohon yang kita perhatikan. Kepemilikan asing pun tidak menjadi soal jika patuh terhadap aturan yang berlaku dan berpihak kepada rakyat Indonesia. Satu poin pentingnya adalah kesejahteraan rakyat Indonesia. Selain itu, Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1994 yang menjadi dasar untuk memprivatisasi BUMN adalah sebuah penyimpangan terhadap Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Padahal terdapat bidang-bidang usaha yang seharusnya tidak dilepas (bukannya malah dijual seperti INDOSAT, yang mana setelah diprivatisasi justru menjadikan sinyalnya anjlog!).
        Tidak hanya itu, PP tersebut telah mencederai UUD 1945 Pasal 33 yang berbicara soal “barang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak”. Di situ seolah-olah pemerintah adalah pemilik barang produksi yang terkait, bukannya hanya sebagai pengelola yang arif dan bijaksana untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Masih banyak permasalahan yang diderita Indonesia dan rakyatnya gegara pihak asing. Saya yakin, kalau mau disebutkan satu per satu ketergantungan kita terhadap perusahaan asing tentunya bakal panjang daftarnya. Ini memalukan.Apa yang ingin disampaikan adalah mari rakyat Indonesia kita kerahkan pikiran dan tenaga kita untuk Indonesia yang lebih sejahtera. Buku ini membedah akar persoalan cengkeraman asing itu sembari memberi solusi atas apa yang musti kita lakukan, terutama pemerintah, untuk menjadikan rakyat Indonesia tuan rumah di negeri sendiri. Semoga Indonesia sejahtera dan sentosa!


RESUME BUKU : “DI BAWAH CENGKERAMAN ASING” KARYA : WAWAN TUNGGUL AMETUNG
Posted on Februari 22, 2010 by danang651
Untuk mendownload file, silakan klik link berikut ini :
http://www.ziddu.com/download/9069253/hal1-10.pdf.html
http://www.ziddu.com/download/9069254/hal11-21.pdf.html
BAB 1

      DARI BANGUN HINGGA TIDUR, DIKUASAI ASING
Pernahkan anda menyadari, dari bangun tidur, beraktifitas, hingga tidur lagi, semua yang berkaitan dengan kegiatan kita sehari-hari telah dikuasai bangsa asing? Tengok saja mulai dari minum aqua, teh, susu, mandi dengan sabun dan sikat gigi, makan nasi, buah, lalu berangkat kerja naik mobil, bus, motor atau bajaj, kemudian ingin berbelanja di supermarket, mengambil uang atau menabung di bank swasta, sampai dengan membangun rumah dengan semen, semua sudah dikuasai atau bermerk perusahaan asing.

Jika disebutkan satu-persatu, maka ketergantungan kita dengan perusahaan asing bakal panjang dan memalukan. Realitanya, bangsa kita sebenarnya telah dijajah bangsa asing. Kalau dulu sebatas Belanda dan Jepang, sekarang ini beragam bangsa asing mencengkeram negeri kita. Derasnya investasi asing dan peralihan kepemilikan lokal menjadi milik asing malah mendapat berbagai alasan pembelaan dari para pengamat dan pejabat pemerintah Indonesia yang pro bangsa asing.

Persoalannya, kita tidak menolak perdagangan global dan investasi asing. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana perusahaan asing begitu dahsyatnya menguasai pasar di Indonesia sementara kita hanya menjadi penonton di negeri sendiri.
Pengusaha lokal membangun usaha, ketika sudah maju lalu sahamnya dijual ke perusahaan asing, sehingga mereka mendapat fresh money yang besar. Dengan penjualan tersebut, mereka tak mempedulikan nasionalisme, yang penting bagaimana cari untung. Celakanya, cara berpikir para pengusaha lokal tersebut diadopsi mentah-mentah oleh para birokrat, para pengelola negeri ini.
Jadi, kalau sekarang ini perusahaan asing bisa merajalela dan begitu menguasai lahan-lahan di Indonesia, besar kemungkinan ada unsur kesengajaan dari pihak kita. Dan hal ini patut dipertanyakan. Bukankah dengan membiarkan perusahaan asing menguasai lahan-lahan di Indonesia sama saja kita menyerahkan diri di bawah cengkeraman atau dijajah bangsa asing, dan kita semakin tidak punya harga diri, serta keberanian.
Kondisi merajalelanya perusahaan asing menguasai lahan-lahan di Indonesia sengaja diciptakan oleh bangsa kita sendiri lantaran para pengelola negeri ini telah terjangkit mental korup, mental suap. Kondisi ketidakmampuan terhadap pihak asing diakibatkan oleh lemahnya hukum, karena nyatanya undang-undang atau perangkat peraturan lainnya dapat dibuat sesuai pesanan pihak asing.
Pengakuan John Perkins dalam bukunya Confessions of an Economic Hit Man semakin membuka mata kita sekaligus membuktikan bahwa pihak asing ternyata ikut mempengaruhi kebijakan pemerintah kita. Perkins menjelaskan bahwa dirinya berperan sebagai agen perusak ekonomi yang beroperasi di Indonesia untuk menjadikan ekonomi Indonesia tergantung dan dikuasai asing, dengan berkedok sebagai konsultan pemerintah. Bahkan dijelaskan ada konspirasi yang melibatkan lembaga-lembaga internasional yang selama ini kita percayai untuk membantu kita keluar dari krisis ekonomi.
Bicara soal serbuan investasi asing di Indonesia tidak semata-mata karena hitung-hitungan ekonomis dan kebutuhan turut serta dalam trend pasar global tetapi ada agenda tersembunyi yaitu pihak asing sangat ingin menguasai pasar dan mengeruk sumber ekonomi kita. Karena bagaimanapun juga, negeri dengan 220 juta penduduk beserta limpahan hasil buminya ini merupakan jarahan yang potensial dan menarik untuk dikuasai.
Bangsa Tanpa Identitas
Dampak dari cengkeraman asing di bidang ekonomi ternyata berimbas pada budaya kita. Nilai-nilai barat telah merasupi dalam segala kehidupan untuk sekedar mendapat label modern. Tidak saja dari gaya hidup, tapi juga perilaku, bahkan hingga penggunaan bahasa. Tidak berlebihan jika kita dikatakan “bangsa tanpa identitas”.

Menyedihkan, memang! Ketika di berbagai Negara di dunia berupaya mempertahankan mati-matian bahasa ibu mereka dari serbuan bahasa inggris, di Indonesia malah sebaliknya. Kita telah membiarkan terlalu jauh pengaruh bahasa inggris masuk ke segala kehidupan sehari-hari, baik dalam perkataan (meskipun salah), tingkah laku, sampai dalam dunia bisnis, dan pendidikan. Sehingga bangsa kita semakin terperosok tidak memiliki identitas. Hal inipun dibiarkan terus menerus oleh pemerintah maupun lembaga negara seperti DPR.
Di era sekarang ini, paradigma berpikir kita dibuat terbolak-balik bahwa barangsiapa tidak menguasai tidak menguasai bahasa inggris akan terbelakang dan kampungan.Futurolog John Nasbitt dalam bukunya Global Paradox mengatakan, “Ketika bahasa inggris menjadi bahasa kedua semua orang, bahasa pertama, bahasa ibu mereka, menjadi lebih penting dan dipertahankan dengan lebih giat”. Akan tetapi orang Indonesia justru kebalikannya. Orang Indonesia malah mati-matian membela sok keinggris-inggrisan.
Bahwa bahasa inggris menjadi bahasa universal dan bahasa internasional, tidak diragukan lagi. Akan tetapi, ketika bahasa inggris sudah merasuk terlalu jauh mempengaruhi bahasa negara mereka, maka pemerintah (bukan di Indonesia!) pun berusaha mati-matian untuk melindungi bahasa mereka sendiri.
BAB 2
C’MON, MISTER, PLEASE..
KERUKLAH HASIL BUMI INDONESIA
Ketika presiden Soeharto baru saja naik tahta, melalui konferensi di Jenewa, November 1967 untuk mendapat utangan atau pinjaman guna modal pembangunan negerinya, kekayaan alam Indonesia harus dibagi-bagikan kepada perusahaan transnasional raksasa, dan dengan harga murah pula.
Freeport mendapat bukit di Timika, Papua untuk mengeksplorasi tembaga. Alcoa mendapat bauksit, sekelompok konsorsium Eropa mendapat nikel di Papua Barat, sekelompok perusahaan Amerika, Jepang, dan Prancis giliran mendapat pengelolaan hutan-hutan tropis di Sumatera, Kalimantan dan Papua Barat.
Kekuatan Asing Pengaruhi Kebijakan Politik dan Hukum
Tulisan Lisa Pease dalam artikelnya “JFK, Indonesia, CIA and Freeport” di majalah Probe (1996), yang juga tersimpan dalam National Archieve, Washington DC, semestinya dapat membukakan mata kita, bahwa begitu dahsyatnya kekuatan raksasa bisnis asing mempengaruhi kebijakan politik dan hukum di Indonesia yang notabene sebagai negara yang berdaulat.
Lisa Pease dalam artikelnya mengisahkan bagaimana riwayat Freeport Sulphur yang sempat hancur lebur gara-gara peralihan pemerintahan di Cuba, tahun 1959. Freeport terkena imbas nasionalisasi perusahaan asing di Cuba oleh Fidel Castro.
Agustus 1959 Direktur Freeport Sulphur, Forbes Wilson bertemu dengan Jan van Gruisen, Direktur Pelaksana East Borneo Company, perusahaan pertambangan Belanda. Wilson tertarik cerita Gruisen mengenai Gunung Erstberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat. Wilson pun menjelajah kawasan Gunung Erstberg selama beberapa bulan. Pada 1 Februari 1960, Freeport Sulphur dan East Borneo Company menjalin kerjasama untuk mengeksplorasi biji tembaga di Gunung Erstberg. Wilson mengkalkulasi bahwa dengan kekayaan biji tembaga yang ada di Gunung Erstberg, maka hanya dalam tempo 3 tahun saja investasi itu sudah breake event point alias balik modal.
Ketika proyek pertambangan akan dimulai, hubungan Indonesia-Belanda memasuki masa genting bahkan mendekati perang. Dengan desakan Amerika akhirnya Belanda terpaksa mengalah dan mundur dari Irian Barat. Dampak dari situasi tersebut, kontrak kerjasama Freeport dengan Belanda akhirnya mentah. Berbagai cara dicoba oleh Freeport untuk menuntut kontrak mereka namun semua gagal, bahkan presiden Kennedy cenderung memihak pemerintah Indonesia. Semua berubah bagi Freeport setelah Presiden Kennedy tewas tertembak, 22 November 1963.
Mulai Mengobok-obok Indonesia
Salah satu direktur Freeport yang paling bahagia atas perubahan situasi pasca tewasnya Presiden Kennedy adalah Augustus C. “Gus” Long. Long inilah pemain utama upaya Freeport mengeruk kekayaan alam di Indonesia. Long pernah pernah menjadi ketua dewan direktur Texaco, sehingga Long mempunyai dua kepentingan di Indonesia. Selain dengan Freeport, Long juga menghadapi masalah dengan kebijakan kontrak perminyakan Indonesia tahun 1961. Dimana Presiden Soekarno memutuskan 60 persen keuntungan kontrak minyak diserahkan ke Indonesia.
Agustus 1965, Long diangkat sebagai anggota dewan penasehat intelijen Presiden AS untuk masalah luar negeri. Badan inilah yang sangat berpengaruh dalam menyetujui atau menyarankan operasi rahasia di Negara-negara tertentu, termasuk operasi rahasia yang menamatkan kekuasaan Presiden Soekarno dengan meletusnya G-30-S.
Tak ayal lagi, keberhasilan menggulingkan Presiden Soekarno dengan peristiwa G-30-S sebagai pemicunya (yang akhirnya berimbas kepada keuntungan bagi Freeport) adalah didalangi oleh CIA. Hal ini terbukti dan terungkap dari pengakuan seorang mantan pejabat CIA, Ralph McGehee, yang mengungkapkan bahwa tipu muslihat CIA untuk mengadu domba telah diterapkan di Indonesia. Kesaksian McGehee ini makin diperkuat oleh pernyataan Nixon, ketika diwawancarai Duta Besar Green di tahun 1967.
Ketika UU No. 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) disahkan tahun 1967, perusahaan asing yang pertama kali kontraknya ditandatangani Soeharto adalah Freeport. Perusahaan ini sangat canggih bermain di segala lini. Di bawah komando Augustus C. Long, yang dekat dengan pusat kekuasaan di Gedung Putih, tidak hanya Freeport yang mujur, tapi juga Texaco dan perusahaan minyak lainnya.
Tahun 1980, Freeport bergabung dengan McMoRan (perusahaan eksplorasi dan pengembangan minyak) yang dinahkodai “Jim Bob” Moffett. Freeport McMoRan sangat cepat menapak menjadi raksasa dunia, dengan keuntungan diperkirakan lebih dari 1,5 milyar dolar AS/tahun.
Seorang eksekutif Freeport, George A. Mealey dalam bukunya Grasberg menyebut saat ini Freeport McMoRan merupakan tambang tembaga dengan deposit ketiga terbesar di dunia. Sedang untuk emas menempati yang pertama. Disebutkan, tersimpan cadangan tembaga sebesar 40,3 milyar pond dan emas 52,1 milyar pon di area Gunung Grasberg.
Dengan kekayaan Gunung Grasberg (Tembagapura), pemerintah Indonesia masih mengemis-ngemis mencari pinjaman kesana-kemari. Padahal, cadangan emas dan tembaga yang dapat membayar seluruh utang Indonesia malah diserahkan kepada pihak asing.
Untuk melindungi dan mengamankan investasi bangsa asing, pemerintah Presiden Soeharto pun menerbitkan UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA). Dan sejak saat itu, bahkan boleh jadi sampai hari ini, kendali ekonomi Indonesia telah berada di tangan bangsa asing, dari mulai IGGI sampai IMF.

INVESTASI ASING AUSTRALIA BIDANG PENDIDIKAN : VOC GAYA BARU

Saat ini bangsa Indonesia, dapat bentuan Pendidkan dari Australia. Tidak pernah  disadari atau pun tidak, sedang mengalami penjajahan gaya baru. Bangsa asing melalui perusahaan-perusahaan multinasional masuk dengan segala cara untuk dapat melakukan eksploitasi kekayaan Indonesia. Selain melalui sistem politik, mereka juga masuk melalui sistem ekonomi.
Melalui mekanisme FDI (Foreign Direct Investment), yaitu investasi langsung luar negeri dimana sebuah perusahaan asing menanamkan modal jangka panjangnya di Indonesia, bangsa asing dapat secara langsung menguasai perusahaan di Indonesia termasuk menguasai kebijakan ekonomi dan hukum di Indonesia.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook