HIFZUDDIN DAN HIFZUL AQLI, MENJAGA AKAL
DENGAN ILMU MANTIQ
Catatan Kecil
sebaiknya Muballig tahu oleh Dr.HM.Rakib Jamari, S.H.,IKMI Riau
Ilmu mantiq, sama dengan ilmu falak,
astronomi, sudah sebelum Nabi Muhammad lahir, apakah kita enggan menggunakan
ilmu falak?. Adapun keutamaan ilmu ini ketika ditinjau dari manfaat
mempelajarinya yaitu menjaga akal kita dari kekeliruan dan bagaimana cara kita
menggunakan akal kita sebaik mungkin, karena tanpa akal seseorang tidak akan
dibebani dengan hukum taklif dari Allah.
Pencetus Ilmu Mantiq
Dalam pembahasan ini, sama sekali tidak
ditemukan siapa pertama kali pencetus ilmu Mantiq. Namun ada yang mengatakan
bahwa ilmu Mantiq pertama kali ditemukan pada masa peradaban:
1.
Hindia Kuno pada abad ke-3 SM, baik dengan menggunakan metode “penemuan yang ditemukan oleh penganut
Hindu”, maupun dengan metode “mempertemukan antara peradaban hindia dan
yunani”.
2.
Pada abad ke-8 SM, peradaban tersebut diajarkan di suatu Sekolah
Hindia yang dinamakan dengan Samkihia.
3.
Ada juga yang mengatakan; bahwa ilmu Mantiq pertama kali ditemukan
pada masa peradaban Cina kuno pada abad ke-6 SM. Dalam masa ini ilmu Mantiq
dapat ditemukan dalam karikatur karangan Confocius. Dia adalah filsuf Cina pertama yang mengkolaborasikan antara ajaran
social science dan moral science. Hasil pemikirannya memiliki pengaruh yang
besar dalam kemajuan masyarakat asia, mulai dari Cina,
4.
Jepang, Korea, Taiwan, dan Vietnam, sampai akhirnya dia Confusius, dijuluki ”nabinya Cina”.
5.
Yunani, di mana pada masa itu penduduk Athena menggunakan ilmu
Mantiq sebagai pelindung, karena pada masa itu mereka mengalami krisis ilmu dan
krisis orang yang cerdas. Akhirnya mereka menggunakan metode munaqosyah &
jadal (debat/diskusi). Pada paruh kedua abad ke-5 SM, penduduk Athena dijajah
oleh kelompok yang suka memutar balikan kenyataan, dan suka meragukan dalam hal
apapun, sebut saja kelompok itu dengan kaum Sofis.
6.
Paham Sofisme, kelompok yang dikenal
dengan kedalaman dalilnya ketika berorasi, dan kemampuannya ketika
berdiskusi. Tapi tujuan mereka bukan mencari kebenaran, melainkan
menggelincirkan kebenaran, memutar balikan keyataan, dan menjatuhkan lawan
diskusi. Hal ini berlangsung sampai pada masa Socrates, di mana dalam
perdebatan dia menggunakan metode Tahakkum (menyindir lawan diskusi) dan Taulid
(membangkitkan perdebatan dengan argumen yang lebih menantang). Sedangkan dalam
metode mengajar, dia menggunakan metode ‘Tanya-Jawab’.
7.
Socrates mampu mengajarkan kepada masyarakat bagaimana cara
berpikir yang benar, mampu menjauhkan
mereka dari pola pikir yang salah. Suatu ketika, terjadi perdebatan
antara Socrates dan kaum Sofis, mereka mengunakan metode Isytiroku Al-Alfadz (menggabungkan sutau lafaz
dengan lafaz yang lain), dan metode tersebut sangat memancing Socrates untuk
berargumen. Akhirnya dia berkata: ”aturlah lafaz - lafazmu”. Dari sana Socrates
mulai memberikan penjelasan tentang Takrif/Definisi, yang mana berkat takrif
tersebut semua masalah akan terungkap dengan sempurna.
Kemudian dia berkata bahwa segala sesuatu itu
pasti memiliki hakikat/substansi yang mampu dijangkau oleh akal dengan melihat
sifat-sifatnya yang terjangkau oleh panca indra manusia. Dalam meneliti
substansi tersebut.
Socrates menggunakan metode Istiqro’ (observasi, penelitian)
dengan tujuan untuk membedakan antara kebaikan dan kejelekan, ketakwaan dan
kezaliman, dll. Berkat metode takrif dan penilitian tadi, Socrates dijuluki
sebagai ‘orang pertama yang menggunakan metode Takrif dan Istiqro’. Maka bisa diambil kesimpulan bahwa; penemu ilmu Mantiq
pertama kali adalah Socrates
No comments:
Post a Comment