Tuesday, October 13, 2020

 

HIFZUDDIN DAN HIFZUL AQLI, MENJAGA AKAL 

DENGAN ILMU MANTIQ

Catatan Kecil sebaiknya Muballig tahu oleh Dr.HM.Rakib Jamari, S.H.,IKMI Riau

      Ilmu mantiq, sama dengan ilmu falak, astronomi, sudah sebelum Nabi Muhammad lahir, apakah kita enggan menggunakan ilmu falak?. Adapun keutamaan ilmu ini ketika ditinjau dari manfaat mempelajarinya yaitu menjaga akal kita dari kekeliruan dan bagaimana cara kita menggunakan akal kita sebaik mungkin, karena tanpa akal seseorang tidak akan dibebani dengan hukum taklif dari Allah.

 

 Pencetus Ilmu Mantiq

    Dalam pembahasan ini, sama sekali tidak ditemukan siapa pertama kali pencetus ilmu Mantiq. Namun ada yang mengatakan bahwa ilmu Mantiq pertama kali ditemukan pada masa peradaban:

1.      Hindia Kuno pada abad ke-3 SM, baik dengan menggunakan  metode “penemuan yang ditemukan oleh penganut Hindu”, maupun dengan metode “mempertemukan antara peradaban hindia dan yunani”.

2.      Pada abad ke-8 SM, peradaban tersebut diajarkan di suatu Sekolah Hindia yang dinamakan dengan Samkihia.

3.      Ada juga yang mengatakan; bahwa ilmu Mantiq pertama kali ditemukan pada masa peradaban Cina kuno pada abad ke-6 SM. Dalam masa ini ilmu Mantiq dapat ditemukan dalam karikatur karangan Confocius. Dia adalah filsuf Cina  pertama yang mengkolaborasikan antara ajaran social science dan moral science. Hasil pemikirannya memiliki pengaruh yang besar dalam kemajuan masyarakat asia, mulai dari Cina,

4.      Jepang, Korea, Taiwan, dan Vietnam, sampai akhirnya dia  Confusius, dijuluki ”nabinya Cina”.

5.      Yunani, di mana pada masa itu penduduk Athena menggunakan ilmu Mantiq sebagai pelindung, karena pada masa itu mereka mengalami krisis ilmu dan krisis orang yang cerdas. Akhirnya mereka menggunakan metode munaqosyah & jadal (debat/diskusi). Pada paruh kedua abad ke-5 SM, penduduk Athena dijajah oleh kelompok yang suka memutar balikan kenyataan, dan suka meragukan dalam hal apapun, sebut saja kelompok itu dengan kaum Sofis.

6.      Paham Sofisme, kelompok yang dikenal  dengan kedalaman dalilnya ketika berorasi, dan kemampuannya ketika berdiskusi. Tapi tujuan mereka bukan mencari kebenaran, melainkan menggelincirkan kebenaran, memutar balikan keyataan, dan menjatuhkan lawan diskusi. Hal ini berlangsung sampai pada masa Socrates, di mana dalam perdebatan dia menggunakan metode Tahakkum (menyindir lawan diskusi) dan Taulid (membangkitkan perdebatan dengan argumen yang lebih menantang). Sedangkan dalam metode mengajar, dia menggunakan metode ‘Tanya-Jawab’.

7.      Socrates mampu mengajarkan kepada masyarakat bagaimana cara berpikir yang benar, mampu menjauhkan  mereka dari pola pikir yang salah. Suatu ketika, terjadi perdebatan antara Socrates dan kaum Sofis, mereka mengunakan metode Isytiroku Al-Alfadz (menggabungkan sutau lafaz dengan lafaz yang lain), dan metode tersebut sangat memancing Socrates untuk berargumen. Akhirnya dia berkata: ”aturlah lafaz - lafazmu”. Dari sana Socrates mulai memberikan penjelasan tentang Takrif/Definisi, yang mana berkat takrif tersebut semua masalah akan terungkap dengan sempurna.

 Kemudian dia berkata bahwa segala sesuatu itu pasti memiliki hakikat/substansi yang mampu dijangkau oleh akal dengan melihat sifat-sifatnya yang terjangkau oleh panca indra manusia. Dalam meneliti substansi tersebut.

 

 Socrates menggunakan metode Istiqro’ (observasi, penelitian) dengan tujuan untuk membedakan antara kebaikan dan kejelekan, ketakwaan dan kezaliman, dll. Berkat metode takrif dan penilitian tadi, Socrates dijuluki sebagai ‘orang pertama yang menggunakan metode Takrif dan Istiqro’. Maka bisa diambil kesimpulan bahwa; penemu ilmu Mantiq pertama kali adalah Socrates

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook