kisah MENARIK HATI. TENTANG 7 Agama yang
Sudah Lenyap dari Muka Bumi :
Modernisasi
telah mengubah keberadaan agama di seluruh dunia. Sejak zaman dahulu, era baru
telah mengganti era sebelumnya, baik itu dalam segi tradisi, adat istiadat,
maupun kepercayaan. Seiring perjalanan waktu, banyak agama yang telah punah di
dunia ini.
Seiring dengan kepunahan ini, banyak tradisi dan adat istiadat juga ikut menghilang. Alasan kenapa agama ikut punah, bisa banyak sekali. Seperti bencana alam, invasi, perang, migrasi manusia atau penggabungan sebuah ordo.
Beberapa agama juga berimprovisasi dengan perubahan zaman, sehingga masih mampu bertahan hingga sekarang. Sementara beberapa agama lainnya benar-benar punah. Dikutip dari Boldsky, ada beberapa fakta dari heiroglif yang memperlihatkan kepunahan beberapa agama di dunia, seperti di Sumeria dan Mesir.
Berikut beberapa agama yang telah punah yang ada di dunia:
1. Sumeria
Seiring dengan kepunahan ini, banyak tradisi dan adat istiadat juga ikut menghilang. Alasan kenapa agama ikut punah, bisa banyak sekali. Seperti bencana alam, invasi, perang, migrasi manusia atau penggabungan sebuah ordo.
Beberapa agama juga berimprovisasi dengan perubahan zaman, sehingga masih mampu bertahan hingga sekarang. Sementara beberapa agama lainnya benar-benar punah. Dikutip dari Boldsky, ada beberapa fakta dari heiroglif yang memperlihatkan kepunahan beberapa agama di dunia, seperti di Sumeria dan Mesir.
Berikut beberapa agama yang telah punah yang ada di dunia:
1. Sumeria
Seperti agama tua lainnya di dunia, Agama Sumeria sangat melibatkan penyembahan terhadap alam.
2. Yunani
Dominasi orang-orang Yunani di dunia sangat terkenal. Demikian juga agama yang mereka gunakan, yaitu melakukan penyembahan dan praktik pemujaan. Agama Yunani hancur tahun 475 Sebelum Masehi, seiring dengan hancurnya penguasa Bizantium yang dipimpin oleh Zeus.
3. Rumva
Ini adalah agama pagan terakhir di Eropa. Agama ini berasal dari Lithuania, dan dihancurkan oleh Teutonic dalam perang salib Livonian tahun 1387.
4. Mithraisme
Agama ini tumbuh secara paralel dengan agama Kristen. Yang mengajarkan keselamatan dalam pengabdian. Agama ini juga sangat populer di Mediterrania dan beberapa bagian di Inggris. Namun punah pada abad ke 5 Masehi.
5. Manicaeisme
Ini merupakan agama kenabian yang pertama, yang dibawa oleh Nabi Mani, sekitar tahun 200 SM. Agama ini mirip dengan agama Zoroaster. Ada banyak kuil Manichaei di Suriah, Mesir dan Asia Tengah. Namun telah dihancurkan pada abad ke-13, dan tidak ditemukan alasannya, kenapa agama ini menghilang.
6. Mesoamerika
Suku
Aztec, Maya dan agama di sekitar sungai Mississipi sangat populer dengan agama
Mesoamerika, yang telah punah beberapa waktu lalu. Semua itu hancur oleh
bencana alam.
7. Din E Ilahi
7. Din E Ilahi
Agama ini dimulai di India oleh kaisar Mughal Akbar pada tahun 1582 Masehi. Agama ini menggabungkan semua elemen kebaikan dari beberapa agama. Seiring kematian kaisarnya, agama ini juga menghilang ditelan masa.
7 Agama yang Sudah Lenyap dari Muka Bumi
PETA KRISTENISASI DUNIA
(KLIK UNTUK MEMPERBESAR GAMBAR)
Kristenisasi melalui kesaksian-kesaksian Palsu via mantan muslim
(murtadin) palsu
Tahun 1974, GPIB Maranatha Surabaya digegerkan oleh kasus
pelecehan agama oleh Pendeta Kernas Abubakar Masyhur Yusuf Roni. Dalam
ceramahnya, sang pendeta itu mengaku ngaku sebagai mantan kiyai, alumnus
Universitas Islarn Badung dan pernah menjadi juri MTQ Internasional. Dia
tafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara sangat ngawur. Kaset rekaman ceramah
tersebut kemudian diedarkan secara luas kepada umat Islam.
Setelah diusut tuntas, ternyata pengakuan pendeta itu hanyalah
bohong belaka Yusuf Roni teryata tidak bisa baca Al-Qur’an. Dengan
kebohongannya itu, Pendeta Pembohong Yusuf Roni diganjar penjara 7 tahun di
Kalisosok, Surabaya.
Ketika orang sudah banyak melupakan kasus pelecehan Yusuf Roni, di
Jakarta muncul pelecehan plus seribu dusta yang baru. Seseorang yang menamakan
dirinya Pendeta Hagai Ahmad Maulana mengaku sebagai putra kandung kesayangan
KH. Kosim Nurzeha. Ceramahnya di gereja pun beredar luas di kalangan
masyarakat. Setelah diselidiki, terkuaklah kebohongan besar pendeta Hagai Ahmad
Maulana. Sebab belum pernah istri KH. Kosim Nurzeha melahirkan Ahmad Maulana.
Di Padang, trik yang sama dipakai untuk menggoyang akidah umat.
Seseorang yang menamakan dirinya Pendeta Willy Abdul Wadud Karim Amrullah,
namanya menjadi naik daun di dunia pemurtadan Kristenisasi, setelah mangaku
adik kandung ulama besar pakar tafsir, Yang Mulia Almarhum Buya Hamka.
Orang awam banyak yang percaya tanpa cek dan ricek. Langsung yakin
begitu saja dengan pengakuan bahwa adik kandung Buya Hamka itu sudah murtad ke
Kristen.
Setelah diselidiki, ternyata pengakuan itu adalah kebohongan yang
sangat besar. Salah seorang putra Buya Hamka menyatakan bahwa sepanjang
hayatnya, dia tidak pernah punya paman yang namanya Willy Abdul Wadud Karim
Amarullah.
Di Cirebon, murtadin Danu Kholil Dinata Ev. Danu Kholil Dinata
alias Theofilus Daniel alis Amin Al Barokah, mengaku sebagai sarjana agama
Islam, yang pindah menjadi pemeluk Kristen setelah mempelajari Nabi Isa versi
Islam di STAI Cirebon. Setelah dilacak, ternyata ijazah sarjana yang dipakai
untuk kesaksian adalah PALSU.
Para murtadin pembohong lainnya adalah Drs. H. A. Poernomo
Winangun alias Drs. H. Amos, Ev Hj. Christina Fatimah alias Tin Rustini (nama
asli dikampung Sutini alias Bu Nonot, Pdt. Rudy Muhammad Nurdin, Pdt. M.
Mathius, Pdt. Akmal Sani, Niang Dewi Ratu Epon Irma F. Intan Duana Paken Nata
Sastranagara (Ev. Ivone Felicia IDp.). Mengaku telah mengkristenkan 60 kiyai
Banden, dll.
Perlawanan oleh Abu Deedat Shihabuddin MH, Ahli Kristologi
“Kasus Terbanyak, Pemuda Kristen Hamili Gadis Muslimah”
Pertengahan bulan lalu, harian Republika menurunkan laporan tentang puluhan
sekolah agama di Yogyakarta dan Temanggung yang tidak mau menyelenggarakan
Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) untuk pelajaran agama bagi siswa-siswa
beragama lain di sekolah itu. Padahal sudah ada ketentuan hukum yang mengatur
hal itu secara tegas yakni Surat Keputusan Bersama (SKB) No. 2/U/SKB/2001.
Namun, SKB yang ditandatangani oleh Mendiknas, Mendagri dan Menag
itu sengaja mereka abaikan. Alasan mereka, mengutip pernyataan sejumlah pejabat
Diknas setempat, mereka ingin menjaga kekhasan sebagai sekolah agama. Bahkan
beberapa yayasan pengelola sekolah-sekolah tersebut secara tegas menolak SKB
itu karena ingin mengemban misi tertentu untuk kepentingan agama mereka
(Republika, 12/6).
Menanggapi berita tersebut, da’i dan Kristolog (ahli tentang
Kristen), Abu Deedat Shihabuddin MH berkomentar enteng. Menurutnya, itu tidak
aneh dan belum seberapa gawat, karena sebetulnya masih banyak bentuk-bentuk
pembangkangan mereka lainnya yang lebih parah. Yang aneh, bagi Sekjen Forum
Antisipasi Kegiatan Pemurtadan (FAKTA) itu, justru sikap harian tersebut yang
tidak mau secara tegas mengatakan bahwa sekolah-sekolah itu tidak lain adalah
sekolah-sekolah Kristen. “Mengapa mesti takut,” tanyanya heran.
Sebagai seorang kristolog, ustadz yang biasa dipanggil Abud oleh
rekan-rekan seprofesinya itu, memang bukan hanya menguasai disiplin ilmu
tentang agama Kristen secara mendalam. Tapi ia juga banyak tahu tentang
seluk-beluk dan kiprah licik para misionaris Kristen dalam memurtadkan kaum
Muslimin.
Maklum, pria berkaca mata tebal ini sering menangani berbagai
kasus pemurtadan di berbagai daerah, baik berupa advokasi maupun terapi
langsung. Selain itu Abud juga kerap melakukan investigasi langsung ke ‘garis
belakang’ untuk memperoleh data. Jadi wajar kalau ia tahu banyak.
Sudah banyak murtadin yang terselamatkan kembali ke pangkuan Islam
setelah diterapi Abud. Uniknya, para pasien yang ditangani mubaligh kalem ini
bukan hanya dari kalangan Muslim KTP saja. Tapi juga ada yang justru berasal
dari kalangan santri. Misalnya, anak seorang kyai asal Salatiga yang selain
dimurtadkan juga dihamili oleh seorang aktivis gereja. “Ini bukti bahwa gerakan
pemurtadan memang semakin hebat dan terencana serius,” jelasnya prihatin.
Melalui Abud juga, sejumlah pendeta dan aktivis gereja kembali
berdiri di bawah panji Syahadat. Mereka mengakui kekeliruan yang ada pada
ajaran mereka setelah berdebat panjang dengan Abud. “Bahkan, ada salah satu
pendeta setelah berdebat di rumah saya membanting Injilnya karena kesal,”
cerita pria yang kutubuku ini.
Di tengah kesibukannya keliling daerah untuk mengisi ceramah,
seminar dan pelatihan tentang antisipasi gerakan pemurtadan (harakatul
irtidad), mantan aktivis PII ini berkenan meluangkan waktunya untuk
diwawancarai Suara Hidayatullah. Di ruang tamu rumahnya yang sempit, karena
dipenuhi ribuan buku serta pakaian, sendal dan sepatu, barang dagangan
istrinya, Abud menerima Deka Kurniawan dan reporter lepas Hidayaturrahman.
Berikut petikan wawancara Abu Deedat:
Ustadz
Abu Deedat Shihabuddin MH
Anda begitu mendalami dunia Kristen. Pernahkah terbersit di hati
Anda untuk masuk Kristen?
Tidak ada keinginan untuk masuk Kristen walaupun saya sudah banyak
sekali membedah Bibel. Justru keyakinan saya terhadap kebenaran Islam semakin
kuat, karena setiap saya membaca Bibel selalu ada perbedaan redaksi dalam
setiap edisi cetakannya. Misalnya dalam edisi lama ada istilah Tuhan. Tapi di
edisi baru pada tempat yang sama ditulis Tuan. Begitu juga istilah Babi diganti
menjadi Babi Hutan.
Abud mengoleksi 49 kitab Injil modern dan klasik, termasuk Injil
dalam sejumlah bahasa daerah yakni Jawa, Minang dan Sunda. Sebagian besar
didapatnya secara cuma-cuma dari diskusi yang dilakukannya bersama pendeta.
Selebihnya didapat dari hasil investigasi dan membeli di pasar loak.
Setelah sekian lama menggeluti ajaran Kristen, apakah Anda
menemukan sisi positifnya?
Al-Quran sendiri menyatakan, telah terjadi percampuradukan antara
yang benar dan yang batil dalam ajaran ahlul kitab. Ini berarti menunjukkan ada
juga kebenarannya. Hanya saja memang madu dan racun itu sudah digabung menjadi
satu. Seperti ayat-ayat tauhid dalam Markus pasal 12 ayat 25 Yesus berkata,
“Dengarlah wahai Bani Israel Tuhan kita dalah Tuhan Esa.” Ini menunjukkan Tuhan
mereka adalah esa disamping memang ajaran mereka khusus hanya kepada golongan
Bani Israel. Tapi ada juga racunnya, apa yang dikatakan Paulus dalam Roma pasal
9 ayat 5 misalnya, “Yesus adalah Allah yang harus disembah.” Datanglah ayat
Al-quran sebagai korektor bagi mereka, misalnya surah Al-Maidah ayat 72
menyebutkan, “Telah kafir orang yang mengatakan al-Masih adalah Tuhan.”
Makanya, kalau kita berinteraksi dengan para aktivis Kristen kita jangan hanya
mengatakan kitab Injil sudah tidak asli atau palsu, lebih baik kita tunjukkan
yang menyimpang dan salah pada Injil tersebut.
Apa yang menyebabkan kaum Nasrani tidak menyadarinya?
Di samping kekuatan dana, mereka ada dogma, bahwa apapun yang
terjadi apakah ajaran itu rasional atau tidak, harus diterima karena ia
merupakan firman Tuhan. Dan ditanamkan kepada mereka hanya orang Kristen saja
yang selamat, yang lain tidak selamat dan harus diselamatkan. Misi inilah yang
membuat mereka agresif untuk melakukan pemurtadan. Apalagi misi itu didukung
dengan fasilitas yang cukup. Mereka tidak lagi memikirkan urusan kebutuhan
keluarga, karena sudah dijamin. Lain dengan dai-dai kita yang dikirim ke
pelosok paling hanya digaji Rp 50.000-150.000 per bulan.
Apa yang membuat mereka menerima dogma tersebut, sehingga mereka
tetap menjadi umat terbesar?
Secara umum orang ingin mencari yang gampang. Dan di Kristen itu
memang gampang. Kalau melakukan tindakan yang tidak berakhlaq tidak ada masalah
karena nantinya akan diampuni juga, dan cukup hanya sekali seminggu datang ke
gereja. Paulus mengatakan dalam Roma pasal 5 ayat 20, “Semakin banyak dosa
semakin melimpah kurnia Tuhan.”
Makanya di Barat kita ketahui kehidupan mereka rusak, terutama
dalam kebebasan seks. Dan kerusakan itu mengacu kepada ajaran Bibel yang memang
banyak memuat cerita-cerita porno yang vulgar. Misalnya diceritakan bagaimana
Nabi Daud sebagai orang yang rusak moralnya menghamili Batseba istri Uria.
Begitu pula Nabi Luth diceritakan menghamili anaknya sendiri. Makanya, Jasmen
Alfa, seorang Sosiolog Kristen, mengatakan Bibel itu jangan sampai dibaca
anak-anak, lebih baik ia dimasukkan ke dalam peti besi, kemudian petinya
dikunci dan kuncinya dibuang ke laut.
Bagaimana reaksi mereka bila mendengar hal itu dari Anda?
Mereka membenarkan dan meyakini kebenaran cerita persundelan itu.
Misalnya sebuah acara di televisi pernah menampilkan dua orang pelacur yang
menjadi germo kemudian bertaubat menjadi hamba Tuhan. Saya sampaikan bahwa
cerita ini mirip dengan apa yang ada dalam Bibel. Pembawa acara yang Kristen
itu kemudian membenarkan. Kemudian saya balikkan, berarti Yesus anak pezina
karena dalam Matius ayat 1 dan seterusnya menceritakan bahwa silsilah keturunan
Yesus bertemu dengan raja Daud yang menzinai Batseba. Tapi telepon saya
akhirnya ditutup.
Kalau sudah mentok biasanya apa yang mereka lakukan?
Ada yang jujur dan mengatakan ini PR buat saya. Ada yang tidak
jujur dengan cara menghindar dan lari ke masalah lain. Maka kalau debat dengan
mereka jangan beri kesempatan buat beralih pembicaraan.
Mereka meyakini semua orang berdosa dari Adam sampai manusia
kemudian, kecuali Yesus yang tidak berdosa. Inilah sebenarnya skenario Paulus
menjalankan misinya, yang membuat citra bahwa Yesus itu juru selamat.
Apakah Anda hafal Injil sehingga fasih menyebutkan ayat demi ayat?
Tidak hafal. Hanya tahu saja.
Selama beraktivitas di bidang ini Anda sudah terjun kemana?
Seluruh wilayah Jawa Timur sudah, begitu pula Jawa Tengah dan
Sumatera juga serta Kalimantan. Program ke depan adalah Irian dan Sulawesi.
Kalau ini sudah berarti semua pulau besar sudah. Jadwal terbang Abud memang
padat. Ketika kami menemuinya seusai berkhutbah Jumat di sebuah perkan-toran ia
mengaku baru tiba dari Kalimantan. Sesudah itu ia punya agenda di dua tempat
sampai malam.
Karena waktu yang terbatas wawancara itu urung dilangsungkan.
Karena esok siangnya ia berceramah di Universitas Trisakti untuk selanjutnya
terbang ke Palembang, Sahid mewawancarainya pagi hari selama waktu menunggu
jemputan dan dalam perjalanan menuju lokasi seminar. Itu pun masih sering
disela oleh telepon, antara lain dari daerah yang memintanya datang yakni
Pekalongan dan Padang.
Apa yang biasanya Anda lakukan di berbagai tempat itu?
Kita memberikan informasi sekitar cara-cara pemurtadan dan kita
dorong mereka memperdalam pemahaman keislaman. Jangan sampai nanti kawan
dibilang lawan dan lawan dibilang kawan, karena memang gerakan mereka ibarat
musang berbulu ayam, lihai dan licik.
Misalnya sekarang di Meruya Ilir (Jakarta) mereka mendirikan
Sekolah Tinggi Theologia Kalimatullah, yang semua mahasiswanya memakai kopiah
dan mahasiswinya memakai jilbab. SKS Islamologinya yang dulu hanya 20 SKS
sekarang menjadi 40 SKS. Semester dua saja mereka sudah dilatih berdiskusi
dengan para ustadz. Sedang mahasiswa IAIN saja tidak dipersiapkan untuk
menghadapi para pendeta. Ada juga yang mengaku-ngaku anak kiai, mantan ustadz
dan lain-lain.
Mereka menggunakan cara-cara itu untuk mencari legitimasi?
Semacam itu. Tidak jarang yang mengaku pernah jadi aktivis
Muhammadiyah. Bahkan di rumah sakit pun mereka beraksi. Pasien yang tidak
berdaya disuruh beriman kepada Yesus agar sembuh. Padahal kalau mau jujur, saya
mempunyai tetangga Katolik yang mengeluh karena habis biaya untuk berobat strok
tapi tidak juga sembuh, terus saya balikkan saja, katanya Tuhan Anda bisa
menyembuhkan. Jadi semua akal-akalan orang Kristen untuk menjerat orang Islam.
Kalau sudah menjadi Kristen ya akhirnya diterlantarkan.
Seberapa sering Anda menangani kasus-kasus pemurtadan?
Banyak sekali. Yang paling sering biasanya kasus pemuda Kristen
memacari dan menghamili pemudi Muslimah. Ada juga kasus nikah beda agama yang
belakangan menim-bulkan masalah besar.
Apa hikmah terbesar menjadi seorang Kristolog?
Di sini saya bisa menguji kemampuan lewat berdebat dengan mereka,
kalau ada yang kurang saya pelajari terus. Di samping itu memudahkan saya
berda’wah kepada mereka, karena Islam ini juga wajib dida’wahkan kepada mereka.
Lihat saja surah Ali-Imron ayat 71. Sementara perintah bagi mereka untuk
berdakwah kepada orang Islam itu batal karena dalilnya di Matius pasal 28 ayat
16 dibuat setelah Yesus mati.
Karenanya, kalau Anda didatangi misionaris Kristen, jangan diusir.
Da’wahi mereka.
Tapi kan tidak semua orang punya bekal?
Makanya para aktivis da’wah harus menyiapkan bekal itu. Tim FAKTA
insya Allah siap membantu. Dimana saja, sampai ke Irian sekalipun, kami siap
memberikan bekal.
FAKTA didirikan 1998 dengan latar belakang belum banyaknya lembaga
yang secara khusus menangani persoalan Kristenisasi. Dengan fasilitas yang
sangat terbatas 7 dari 20 relawan (diantaranya bekas pendeta) yang aktif hingga
kini masih rutin melakukan berbagai kegiatan antisipasi pemurtadan antara lain
dengan menerbitkan buletin, membuka ruang konsultasi akidah di sebuah majalah
Islam, memberikan seminar, ceramah dan pelatihan Kristologi di berbagai kota,
dan belakangan di kampus-kampus. Melalui lembaga inilah Abud membangun jaringan
anti pemurtadan secara nasional. Sayangnya, untuk kebutuhan operasional FAKTA
masih mengandalkan kocek para relawannya sendiri.
Apa saja langkah yang harus diambil jika sebuah masyarakat
berhadapan dengan kristenisasi?
Kristenisasi ini bervariasi. Kalau mereka mengadakan santunan
sosial, pembagian sembako atau lainnya, maka umat Islam harus melakukan hal
yang sama sebagai counternya. Kalau mereka menyerang lewat buku kita juga
mempersiapkan buku dan tulisan-tulisan, sekaligus menyerang balik kepada
mereka. Tapi kalau kasusnya hipnotis maka kita harus laporkan kepada pihak yang
berwajib dan melakukan upaya advokasi bertemu dengan upaya hukum. Aparat juga
harus peka. Kalau tak ada langkah hukum masyarakat bisa kehilangan kesabaran.
Kepada para misionaris, langkah pertama, tolak mereka dengan cara
yang baik, karena Islam tidak mengajarkan cara kekerasan jika kita tidak
diperlakukan keras. Konkritnya kalau menemukan sudah ada bukti-bukti itu, ambil
bukti-bukti itu kemudian serahkan kepada ulama setempat dan beritahukan kepada
aparat, lantas jelaskan kepada mereka ini melanggar kode etik penyebaran agama.
Kalau mereka berbuat zhalim baru kita lakukan hal yang sama tapi tidak boleh
berlebihan. Ummat Islam jangan menjadi ummat yang bodoh karena Islam bukan
agama yang sempit. Kepada ummat Kristen yang tidak menggangu jangan diganggu
pula mereka.
Tindakan ummat Islam selama ini cenderung reaktif terhadap isu-isu
kristenisasi, misalnya seperti yang terjadi di Doulos. Bagaimana menurut Anda?
Jangan salah tafsir. Ummat Islam tidak pernah mengadakan aksi.
Mereka hanya bereaksi. Karena aksi-aksi Kristen melanggar kode etik maka ummat
Islam bereaksi.
Mungkin, karena begitu concernnya terhadap bidang Kristologi,
dosen Institut Agama Islam Al-Ghuraba ini, sampai menamakan anak keduanya
dengan seorang tokoh Kristologi terkemuka dari Afrika, Ahmad Deedat. “Saya
memang mengaguminya dan ingin agar dia menjadi ulama seperti Ahmad Deedat,”
jelas Kristolog yang mengaku memiliki kemiripan jalan hidup dengan Ahmad Deedat
itu. Itulah sebabnya di kalangan teman-temannya, serta belakangan di kalangan
media dan umat, anak ketujuh dari 13 bersaudara pasangan Mahfudz dan Hanafiyah
itu lebih sering dikenal sebagai Abu Deedat. Padahal nama aslinya adalah
Shihabuddin.
Mengapa Anda tertarik dan tekun menekuni Kristologi?
Saya terjun di dunia Kristologi tahun 1982, ketika bekerja di
sebuah perusahaan swasta. Di perusahaan itu kebetulan direkturnya seorang
pendeta. Begitu pula para pimpinan lainnya yang memegang posisi penting rata-rata
adalah aktivis gereja. Salah satu dari mereka, yakni kepala bagian keuangan
berusaha menginjili (‘mendakwahkan’ injil) para karyawan Muslim melalui
berbagai tulisan dan diktat tentang potongan-potongan ayat Qur’an yang terkesan
seperti mendukung agama mereka.
Saya penasaran. Maka saya datangi orang itu. Ketika saya tanya,
katanya tulisan-tulisan itu disusun oleh orang yang sudah berpuluh-puluh kali
naik haji. Saya pun terlibat diskusi kecil-kecilan dengan mereka.
Apa bekal Anda waktu itu?
Bekal saya waktu itu Injil pemberian seorang Kristen Manado yang
saya pelajari. Kebetulan juga saya lulusan Fakultas Ushuluddin, jurusan
Penyiaran Islam di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di sana ada mata kuliah
khusus tentang Kristologi. Dengan modal itu saya terus menggeluti dunia
Kristologi secara otodidak, selain mengikuti kursus-kursus Kristologi secara
tertulis. Misalnya di Pelita Hidup tahun 1986 dengan menggunakan nama samaran.
Alhamdulillah dari situ saya banyak mendapatkan dokumen penting yang berguna untuk
antisipasi gerakan mereka.
Ia dibesarkan di pesantren NU sampai SMP di Tasikmalaya, Jawa
Barat. Orang tuanya juga berlatar belakang NU. Karena banyak berinteraksi
dengan aktivis Persis, ayahnya lalu banyak mendorong untuk berdakwah. Berbagai
diskusi dan kegiatan PII ditekuninya.
Di rumahnya Abud sering meladeni permintaan debat dari para
pendeta dan aktivis gereja. Hal yang sama juga dilakukan di berbagai tempat.
Dan itu sudah berlangsung ratusan kali. Dari kalangan Budha dan Aliran
Kepercayaan ada juga yang pernah menjadi lawan debat Abud. Menurut Abud, banyak
di antara mereka yang menyerah tapi tidak mau mengakui kesalahannya. Kalau pun
ada yang mengaku salah, mereka khawatir kalau masuk Islam akan miskin. Tidak
sedikit juga yang mendapat hidayah.
Buku apa saja yang Anda jadikan pegangan untuk mendebat mereka?
Ketika masih SMU di kampung, saya sudah memiliki referensi
buku-buku Islam, kurang lebih 500 judul. Yang pertama saya pelajari adalah
dialog Islam-Kristen berjudul “Bibel lawan Bibel” karangan A Hassan dan
buku-buku Pak Abdullah Wasian tentang Kristologi.
Bagaimana Anda mendidik anak Anda, Deedat, supata kelak jadi
seperti Ahmad Deedat?
Saya sekarang sedang berusaha menyiapkannya menjadi aktivis
da’wah. Ketika saya menangani kasus pemurtadan di rumah, saya sengaja
menyuruhnya untuk melihat.
Bagaimana mengatur kesibukan da’wah dengan keluarga?
Saya mencoba bagaimana kebutuhan rumah tangga bisa terpenuhi,
karenanya saya juga berwiraswasta. Istri saya banyak sekali membantu dan
mendorong saya ketika menangani kasus-kasus pemurtadan terutama terhadap
Muslimah. Jadi antara saya dan istri sejalan. Dia juga tahu tugas saya,
sehingga untuk anak-anak kita beri penjelasan kepada mereka.
Anda pernah mengalami teror?
Iya, sebatas teror telepon dan surat kaleng biasa. Istri saya juga
pernah diancam melalui telepon. Berjuang harus ada tantangan dan itulah risiko.
Peristiwa apa yang paling berkesan bagi Anda?
Yang tidak pernah bisa saya lupakan adalah ketika saya mengobati
anaknya kiai, di mana seumur hidup baru kali itu saya menceramahi kiai secara
langsung. Anaknya kuliah di salah satu perguruan tinggi di Semarang, dibawa
kabur oleh anak pendeta kemudian di-Kristenkan, bahkan sudah dihamili. Akhirnya
pak kiai ini mendatangi saya dan minta tolong kepada saya untuk menangani kasus
ini. Alhamdulillah, saya pun dapat melakukan penyadaran kepada anak tersebut
dan kepada kiai itu sekaligus yang merasa terpukul dengan keadaan anaknya.
Kesan lain, ketika saya menghadapi kasus-kasus Muslimah yang termurtadkan. Ini
sering membuat saya sedih.
Apakah perhatian yang mendalam itu tidak membuat Anda emosional?
Saya sangat prihatin sekali, karena lembaga yang lain masih sangat
minim perhatiannya terhadap masalah seperti ini. Inilah kelemahan di kalangan
kita. Kalau kejadian seperti ini belum menimpa keluarga kita sendiri, hal itu
dianggap biasa saja. Kalau sudah tertimpa musibah baru merasa.
(Wawancara bersama Abu Deedat oleh Deka Kurniawan)
Sepucuk surat tergeletak di meja redaksi kami, Maret lalu. Surat
itu dari seberang pulau, Kalimantan Timur. Nama pengirimnya singkat saja, Dewi.
Tetapi persoalan yang diadukan tak sesingkat namanya. Coba simak isi surat itu:
“Saya seorang ibu 29 tahun dan suami 31 tahun. Kami telah
dikaruniai dua anak. Yang pertama pria (6), dan kedua putri (2). Kami menikah 7
tahun yang lalu, dia adalah teman sekampus saya. Saat pertama mengenalnya, saya
benar-benar benci. Maklum, saya lahir dari keluarga Muslim yang taat, sementara
dia pemeluk Protestan. Tapi entahlah, mungkin karena dia tak pernah putus asa,
saya kemudian menerimanya menjadi pacar. Saya benar-benar semakin sayang
setelah dia kemudian menerima menikah dalam Islam. Saya benar-benar bahagia
sekali.” Tetapi setelah datangnya anak pertama lalu disusul anak kedua, banyak
perubahan yang terjadi pada suami saya. Tiba-tiba dia jarang shalat dan sering
keluar tanpa pamit. Belakangan saya tahu ternyata dia tidak benar-benar
meninggalkan agamanya. Bahkan, sejak anak kedua kami lahir, secara
terang-terangan dia pernah mengatakan kepada saya. `Saya masih seperti dulu,
jadi jangan harap ada perubahan.’” “Mendengar kata-katanya, saya hampir tidak
percaya. Suami saya yang tadinya pendiam itu tiba-tiba seperti itu. Yang
membuat saya benar-benar takut dan sedih, hari-hari ini, dia sering memaksa
saya mengikuti jejaknya untuk datang di kebaktian.’
Kisah memilukan itu tidak cuma dialami Dewi, tapi juga seorang ibu
asal Palu yang datang ke kantor Suara Hidayatullah (Sahid) Surabaya, Juli lalu.
Wanita berperawakan sedang ini datang bersama suaminya dengan wajah sembab.
Kepada Sahid, ia menceritakan musibah yang menimpa keluarganya. Singkat cerita,
sang adik diketahui hamil di luar nikah sesaat sebelum menyelesaikan gelar
sarjananya. Yang membuat musibah itu terasa amat berat, pacar sang adik itu
ternyata pemuda beragama lain. “Adik saya dihamili oleh pemuda Kristen,”
ucapnya sembari menyeka linangan air matanya. Padahal, sang adik dikenal
sebagai wanita pendiam dan jarang keluar rumah. Selain itu, selama ini, dia
dibesarkan dan dididik dalam lingkungan keluarga Muslim yang sangat taat.
Peristiwa memalukan itu memang kemudian bisa dicarikan solusinya. Singkatnya,
sang adik akhirnya menikah dengan pacarnya pemuda Kristen dalam upacara Islam.
Setelah itu, keduanya pindah kota yang jauh dari keluarga, di Palu. Hanya saja,
kepergiannya masih tetap menyisakan luka yang mendalam bagi pihak keluarga.
Terutama setelah diketahui bila sang adik telah ikut sang suami menjadi aktifis
gereja bersama semua anaknya.
Kisah cinta seperti Dewi dan adik si ibu tadi bukan hal baru di
negeri ini. Banyak pemuda dan pemudi pernah mengalami hal serupa. Memiliki
teman dekat atau calon suami yang berbeda agama. Ujung-ujungnya, dalam banyak
kasus, hubungan keduanya kemudian terhambat karena adanya perbedaan agama. Bagi
yang taat pada agama, mereka memutuskan untuk berpisah. Sebagian lagi memilih
kompromi, yakni memilih mengikuti salah satu dari agama yang dianut
pasangannya. Pada pilihan yang terakhir inilah yang perlu diwaspadai, utamanya
para gadis muslimah.
Kejahatan kristenisasi itu, kini dilengkapi dengan kenyataan
kristenisasi yang sangat menghina umat Islam, yaitu memperkosa muslimah murid
Madrasah Aliyah di Padang yang selanjutnya dimurtadkan. Khairiyah Enisnawati
alias Wawah (17 thn) pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Gunung Pangilun,
Padang, Sumatera Barat adalah salah satu dari 500 orang Minang yang
dimurtadkan. Gadis berjilbab itu diculik, diperkosa dan dipaksa keluar dari
agamanya lewat misi rahasia yang dijalankan sekelompok orang Kristen, di rumah
Salmon seorang Jemaat Gereja Protestan di Jl. Bagindo Aziz Chan, Padang tempat
memaksa Wawah untuk membuka jilbab dan masuk Kristen. Gereja itu dipimpin
Pendeta Willy, sedang Salmon adalah jemaat yang juga karyawan PDAM Padang.
(Dialog Jumat, 6 Agustus 1999).
Tentu saja saya punya data mengenai itu, kan tinggal kontak FAKTA.
untuk pemanasan nich ada data hamilisasi yang pernah terjadi di Tambun – dan
Kranji Bekasi!!
Banyak muslimah telah jadi korban pemurtadan. Hanya orang-orang
yang tinggal di selatan Pasar Tambun yang mengenal H Kacep. Mungkin sebab itu,
kasus kematian mubaligh kondang untuk ukuran kampungnya yang sungguh
mengenaskan, sama sekali luput dari pemberitaan media massa. Kejadiannya
sekitar setahun yang lalu. Berawal dari pertemuan puterinya dengan seorang
pemuda. Pertemuan itu berlanjut. Kian hari kian akrab. Gadis muslimah itu kian
sering dijumpai berduaan dengan sang pemuda. Sang ayah, H. Kacep, suatu waktu
memanggil keduanya. Mubaligh itu bagaimana pun tahu bahwa berpacaran adalah
sesuatu yang dilarang dalam Islam. “Wa la taqrabuu zina, demikian peringatan
Allah SWT dalam al-Qur’an.” Karena hubungan antara puterinya dengan sang pemuda
sudah terlihat begitu erat dan berjalan sudah relatif lama, maka sebagai
seorang ayah yang bertanggungjawab, H. Kacep berniat untuk meresmikan hubungan
kedua insan itu ke dalam jenjang pernikahan..
No comments:
Post a Comment