‘BERLAGAK PAKAR’
RUWAIBIDHAH, SIMBOLISASI SESEORANG YANG ‘BERLAGAK PAKAR’
Analisis Dr.M.Rakib Riau Indonesia
Ruwaibidhah, simbolisasi seseorang yang ‘berlagak pakar, padahal:
1. tidak memiliki otoritas untuk berfatwa. Dia, bak “tong kosong (yang) — dalam
terminologi ‘Aidh al-Qarni — disebut sebagai: al-Ahmaq,
2. seorang yang bodoh namun tidak sadar akan kebodohannya, maka dia lebih
tepat disebut sebagai orang ‘pandir’, dan inilah yang disebut oleh para ulama
sebagai “Jâhil Murakkab” (orang yang sangat bodoh), atau “nu bodo tapi
guminter”.
3. Seorang Ruwaibidhah akan selalu mencitrakan diri sebagai seorang pakar,
memerankan dirinya sebagai ‘pengumbar fatwa’ yang berdusta atas nama kebenaran,
yang karena kepiawainnya membangun citra dan kehebatan retorikanya dirinya
menjadi (seolah-olah) ‘Sang Maestro’ pada bidangnya.
4. Karena di’blow-up’ oleh berbagai media, pendapatnya dikutip oleh para
muqallid (pengikut setianya)-nya dengan satu keyakinan bahwa apa pun yang
dikatakannya selalu benar, atau mininal lebih otoritatif dari siapa pun yang
sebenarnya lebih memiliki otoritas dalam bidangnya. Yang diherankan, kenapa
orang-orang seperti ini (Ruwaibidah-ruwaibidah kontemporer) semakin banyak
bermunculan, dengan mengatasnamakan keahliannya yang dikatakannya sendiri dan –
kemudian – di’amini’ oleh banyak orang, karena (antara lain) permainan media
cetak dan elektroinik yang mendukung kemunculannya. Bahkan oleh beberapa media
massa (elektronik dan cetak) – yang entah sengaja atau tidak ketika memunculkannya
— sering disebut sebagai pakar dalam bidang tertentu yang paling layak menjadi
“marja’ taqlid” (nara sumber otoritatif yang tak perlu disangsikan keabsahan
pendapat-pendapatnya). Memang “ironis”, tetapi itulah kenyataannya!
Misalnya Pak Surono — salah seorang pakar vulkanologi — yang sudah sekian
banyak mengemukakan pernyataannya tentang bahaya Gunung Merapi,
pendapat-pendapatnya – untuk kalangan ‘akar-rumput’ — tak lebih populer dan
juga tidak lebih diakui keabsahannya daripada fatwa ‘mbah Maridjan’, sebelum
wafat hampir tidak pernah mengeluarkan pernyataan apa pun tentang Gunung
Merapi. Tetapi, sebagai seorang yang – oleh sebagian kalangan – dianggap lebih
tahu tentang Gunung Merapi, beliau lebih dipercaya daripada Pak Surono.
7. قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّة
Rasul ditanya tentang apa itu “Ruwaibidoh?” beliau menjawab orang bodoh
berperan penting dalam urusan public.
Mereka adalah orang yang pandai merangkai kata, sehingga kata-katanya mudah
memikat hati banyak orang dan mudah menimbulkan kepercayaan. Orang seperti ini,
sering mengemas dirinya dengan penampilan yang dirasa memberikan kesan baik
bagi orang-orang yang tengah dihadapinya. Senang memame ‘BERLAGAK PAKAR’rkan
kekayaannya yang dia anggap sebagai tameng untuk memdapatkan kepercayaan dan
kelas tertentu di hadapan orang banyak. Disamping itu orangA seperti ini tidak
ragu menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan kepercayaan bagi dirinya,
dengan cara memenuhi tuntutan orang-orang yang menjadi sasaran baginya untuk
mendapatkan keuntungan.
D. Beberapa Ibrah
1. Peringatan akan bahaya berbicara tanpa landasan ilmu. Allah ta’ala
berfirman, وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ
وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا “Janganlah kamu mengikuti
sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran,
penglihatan, dan hati, itu semua akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS.
al-Israa’ : 36). Allah ta’ala juga berfirman يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا
مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ () إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ
وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ “Hai umat
manusia, makanlah sebagian yang ada di bumi ini yang halal dan baik, dan
janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya dia adalah
musuh yang nyata bagi kalian. Sesungguhnya dia hanya akan menyuuh kalian kepada
perbuatan dosa dan kekejian, dan agar kalian berkata-kata atas nama Allah dalam
sesuatu yang tidak kalian ketahui ilmunya.” (QS. al-Baqarah : 168-169). Maka
barangsiapa yang gemar berbicara mengatasnamakan agama tanpa ilmu, sesungguhnya
dia adalah antek-antek Syaitan, bukan Hizbullah dan bukan pula pembela keadilan
atau penegak Syari’at Islam!
2. Hadits ini memberi isyarat betapa pentingnya kejujuran dan mengandung
peringatan betapa bahaya kedustaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ
وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ
وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ
وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ
يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ
حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا “Wajib atas kalian untuk bersikap
jujur, karena kejujuran akan menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan
menuntun ke surga. Apabila seseorang terus menerus bersikap jujur dan berjuang
keras untuk senantiasa jujur maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai orang
yang shiddiq. Dan jauhilah kedustaan, karena kedustaan itu akan menyeret kepada
kefajiran, dan kefajiran akan menjerumuskan ke dalam neraka. Apabila seseorang
terus menerus berdusta dan mempertahankan kedustaannya maka di sisi Allah dia
akan dicatat sebagai seorang pendusta.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu’anhu).[7]
3. Hadits ini juga menunjukkan pentingnya menjaga amanah dan memperingatkan
dari bahaya mengkhianati amanah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ
إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ
السَّاعَةَ “Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah datangnya hari
kehancuran.” Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana amanah itu disia-siakan?”. Maka
beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya maka
tunggulah kiamatnya.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).[8]Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, لا إِيمَانَ لِمَنْ لا أَمَانَةَ
لَهُ “Tidak lengkap iman pada diri orang yang tidak memiliki sifat amanah.”
(HR. al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, dan al-Thabarni dalam al-Mu’jam
al-Kabir,[9] dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, dihasankan al-Albani dalam
Takhrij Misykat al-Mashabih [35] as-Syamilah)
4. Bila orang yang tidak punya keahlian sudah dijadikan narasumber,
pedukunan sudah menjadi rujukan, maka kehancuran akan segera tiba. Hadits ini
memberikan peringatan, agar jangan sampai kaum ruwaibidoh terlalu banyak
bermunculan.
5. Jalan keluar ketika menghadapi situasi kacau semacam itu adalah dengan
kembali kepada ilmu dan ulama, yang benar-benar bebas dari pengaruh apa dan
siapapun selain kepentingan da’wah di jalan Allah. Jika mendapatkan fatwa atau
pendapatan, hendaklah mengecek kebenarannya, jangan sampai menetrima pandangan
orang tanpa kritis. Setiap da’I, para pendidik, termasuk orang tua semestinya
membimbing generasi yang kritis terhadap ungkapan tokoh yang tidak diketahui
keahliannya.
6. Dalam mengkaji ilmu, janganlah hanya melihat siapa figure yang bicara,
ataupun dari mana latar belakangnya. Namun perhatikanlah apa yang
disampaikannya. Betapa banyak kebenaran diperoleh dari rakyat jelata yang
dianggap bisa, dan tidak sedikit kekeliruan keluar dari orang yang dianggap
terhormat.
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Sri Rahayu asal Surakarta, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil di daerah surakarta, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat Jl. Letjen Sutoyo No. 12 Jakarta Timur karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Muh Tauhid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalanan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL, alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya tahun ini sudah keluar, bagi anda yang ingin seperti saya silahkan hubungi bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI, siapa tau beliau bisa membantu anda
ReplyDelete