Rakib Jamari menambahkan 4 foto baru — bersama Dok MAnstar.
Renungan pagi ahad tentang wajar, tidak wajar
By M.R. Jamari, Pekanbaru Riau Indonesia
By M.R. Jamari, Pekanbaru Riau Indonesia
1.UMAT BUDHA, WAJAR TIDAK BERNIAT MEMILIH PEMIMPINNYA YANG TIDAK SEIMANNYA, DI TENGAH MASYARAKATNYA YANG MAYORITAS BERAGAMA BUDHA
2. UMAT KRISTEN SANGAT WAJAR, TIDAK BERINIAT SEDIKITPUN UNTUK MENJADIKAN ORANG ISLAM SEBAGAI PEMIMPINNYA, DI TENGAH MASYARAKATNYA YANG MAYORITAS BERAGAMA KRISTEN
3. TETAPI MENGAPA ADA UMAT ISLAM, DI TENGAH MAYORITAS UMATNYA YANG BERGAMA ISLAM, JUSATRU ADA YANG BERNIAT UNTUK MENJADIKAN ORANG YANG BERAGAMA LAIN, SEBAGAI PEMIMPINNYA?, BERARTI ADA SESUATU YANG TIDAK WAJAR.
Kata habib, berarit ada logika mereka yang sakit. Logika yang tidak wajar itu mungkin logika tersebut dipakai untuk hal yang lain. Dan justru berbahaya bagi aqidah seorang muslim.
“Ini merupakan pendangkalan aqidah, bayangkan, kalau begitu nanti ada ungkapan, lebih baik suami kafir yang penting setia daripada suami muslim tapi tidak setia,” ujarnya dalam acara, ‘Silaturrahim dan Doa untuk Kepemimpinan Ibu Kota’ di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (18/09/2016).
Dalam acara yang juga dihadiri puluhan tokoh Islam ini membahas satu tema, pentingnya kepemimpinan di tangan Muslim.
Menurutnya, hal itu sangat berbahaya. Karena, kata dia, dalam Islam tidak boleh seorang wanita muslimah menjadikan laki-laki ahli kitab (kafir) sebagai suaminya.
Silaturahim Akbar Umat Islam Hasilkan “Risalah Istiqlal”
Habib Rizieq juga mempertanyakan, kenapa untuk kafir disematkan sifat yang baik, sedangkan kalau muslim selalu dicitrakan buruk.
Habib Rizieq juga mempertanyakan, kenapa untuk kafir disematkan sifat yang baik, sedangkan kalau muslim selalu dicitrakan buruk.
“Jadi muncul persoalan. Ini ungkapan jahat. Saya tidak menafikkan ada pemimpin muslim yang korupsi, tapi jangan mengeneralisir,” tukasnya geram.
Amien Rais: Terhadap Pemimpin Dzalim, Kita Lawan!
Selain itu, menurut Habib Rizieq, perbandingan tersebut bukan perbandingan yang apple to apple (berimbang).
Selain itu, menurut Habib Rizieq, perbandingan tersebut bukan perbandingan yang apple to apple (berimbang).
“Ini tidak seimbang. Kalau perbandingan ada metodenya, (jargon ini) dari mana rumusnya,” tandasnya.
Di akhir tausyiahnya, ia juga berpesan, terutama kepada generasi muda, agar tidak mudah terpengaruh oleh propaganda semacam itu yang justru merusak keyakinan berislam.
Acara dipadati kaum Muslim dari berbagai sudut ibu kota. Diperkirakan lebih 20 ribu yang hadir memenuhi lantai satu, lantai dua dan lantai tiga Masjid Istiqlal.*
Baca: Ibnu Thawus dan Racun ‘Pemimpin Kafir Tapi Adil itu Lebih Baik’
No comments:
Post a Comment