BUDAYA MELAYU SUKA MENULIS
Oleh Dr.M.Rakib
Jamari,S.H.,M.Ag. LPMP Pekanbaru Riau
Indonesia. 2016
Budaya baca TULIS, itulah literasi,
Jadikanlah kegemaran, juga hobi.
Dalam bidang ilmu, dan teknologi,
Tantangan zaman makin, bervariasi.
Literasi adalah, budaya baca,
Dimulai, dari sekolah.
Demi untuk, cerdaskan bangsa.
Bermartabat, hidup mulia.
Melihat
orang Jepang kemana-mana selalu membawa buku yang bersampul, baik itu di
kereta, di bis, di taman memang bukan hal yang aneh lagi. Cintanya mereka
terhadap buku sudah tidak bisa dikatakan gemar lagi, tapi membaca buku sudah
jadi budaya mayarakat Jepang. Saya pernah tanya kepada suami saya, “kenapa sih
orang Jepang suka membaca buku? Sejak kapan?” Jawabannya sangat simple, sejak
dulu! Mereka terbiasa karena dibiasakan untuk membaca buku, tentu saja yang
bisa `memaksa` mereka adalah SEKOLAH.
Kata WARTAWAN KOMPAS Saya
jadi ingat pelajaran SD si sulung dengan mata pelajaran, Kokugo-Ondoku, yang
artinya pelajaran Bahasa Jepang, membaca dengan bersuara. Dari kelas satu
sisulung selalu ada PR untuk membaca buku yang sudah ditetapkan dari halaman
berapa sampai halaman berapa si sulung harus membaca dengan suara yang jelas
dan kita orang tua wajib mendengarkan dan mengoreksi kalau ada kata-kata yang
salah pengucapannya. Dan itu setiap hari! Sampai si sulung jadi hafal dan
mengerti apa yang sedang diceritakan dalam buku bacaannya itu. Selain tugas itu
ada lagi, yaitu membaca buku yang ada di rumah, nah ini membuat kami orang tua
harus meluangkan waktu juga untuk selalu meng –up to date- koleksi buku-buku di
rumah.
Walau tugas baca buku koleksi di rumah ini
tidak setiap hari dilakukan, tapi setidaknya cara itu bisa menyulut anak-anak
untuk terus berakrab dengan yang namanya buku dan kegiatan membaca. Kata suami
pun, pelajaran dalam hal membaca buku ini sudah dari dulu, dalam arti waktu
suami SD pun, sekitar hampir 40 tahun yang lalu, ia pun selalu dicecoki untuk
membaca, membaca dan membaca oleh sekolah. Dukungan sekolah untuk urusan
baca membaca ini, adalah dengan melengkapi perpustakaan sekolah dan
perpustakaan kota dengan buku-buku referensi baik itu buku-buku lama bahkan buku
terbaru sehingga membuat semangat anak-anak di Jepang meminjamnya untuk dibawa
pulang ke rumah.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/weedykoshino/budaya-membaca-orang-jepang_54f77558a33311a3648b4590
Literasi dalam praktik
pendidikan,
Perlu menjadikannya, alat
pembelajaran
Semua warganya, dapatkan
kesempatan,
Menimba ilmu, sepanjang zaman.
Oleh Dr.M.Rakib Jamari,S.H.,M.Ag.
Pekanbaru Riau
Indonesia.
2016
Akibat literasi, tumbuhlah
pembelajar,
Kementerian pendidikan yang
menggelar,
Namanya GLS memperkuat nalar,
Gerakan budi pekerti,
terus menjalar.
Peraturan Menteri Nomor 23,
Kegiatan 15 menit harus membaca.
Buku
nonpelajaran, sejak semula.
Menumbuhkan minat
baca, semua peserta.
Agar pengetahuan dapat dikuasai,
Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti,
Kearifan lokal, nasional, dan globalisasi,
Sesuai tahap perkembangan, yang alami.
Terobosan
penting ini, hendaknya melibatkan,
Semua pemangku, yang berkepentingan,
Mulai dari tingkat pusat, sampai pedesaan.
Dari kabupaten/kota, hingga satuan
pendidikan.
Pelibatan orang tua, dan peserta didik,
Juga masyarakat, dan tokoh plitik,
Menjadi komponen, penting untuk mendidik.
Gunakan GLS, sebagai taktik.
No comments:
Post a Comment