Friday, June 26, 2020

SEMUA MAKHLUK TUNDUK KEPADA MANUSIA

RAHASIA ROH

Catatan Kecil Dr.Mura Mubalig IKMI Pekanbaru
Quran Surat Al-Hijr Ayat 29
فَإِذَا سَوَّيْتُهُۥ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِى فَقَعُوا۟ لَهُۥ سَٰجِدِينَ
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Tafsir Quran Surat Al-Hijr Ayat 29 29.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 29.
فَإِذَا سَوَّيْتُهُۥ
(Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya) Telah serasi bentuk rupanya dan telah sempurna anggota tubuhnya.
وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِى

(dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku) Imam al-Qurthubi berkata: ruh adalah jasad halus yang dijadikan Allah untuk menciptakan kehidupan pada badan. Allah menisbatkan ruh kepada diri-Nya sebagai nisbat makhluk kepada Penciptanya, karena ruh adalah makhluk menakjubkan diantara makhluk-makhluk-Nya.
فَقَعُوا۟ لَهُۥ سٰجِدِينَ 

(maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud) Sujud sebagai penghormatan, dan bukan sujud sebagai penyembahan. Dan Allah memuliakan makhluk-Nya yang Dia kehendaki dengan cara yang Dia kehendaki pula.
Titisan secara bahasa bermakna “sesuatu yang menitis atau menetes”. Titisan air hujan sama artinya dengan tetesan air hujan. Artinya, dalam kata “titisan” terkandung tiga pihak: ada sumber titisan, substansi titisan, dan objek titisan. Dalam titisan atau tetesan air hujan: ada sumber hujan, air hujan itu sendiri, dan obyek yang ditetesi air hujan.
Dalam makna kebahasaan ini, kalimat titisan Tuhan tidak ada yang salah. Kita semua adalah titisan Tuhan. Tuhan sebagai sumber dan manusia sebagai obyek titisan. Nah, yang menjadi pertanyaan: apa yang menitis dari Tuhan kepada manusia sehingga manusia disebut titisan Tuhan?
Dalam firman Allah Swt disebutkan, “wa nafakhtu fihi min ruhi” “dan Aku tiupkan padanya (ketika manusia diciptakan) ruh-Ku” (Al-Hijr: 29).
Firman Tuhan di atas adalah salah satu dalil yang diajukan oleh banyak pemikir sejak dahulu kala dalam membahas masalah “Manifestasi Tuhan” dalam diri manusia. Sebut saja misalnya, Ibn Arabi melalui konsep “wahdatul wujud”-nya (kesatuan wujud), teori emanasi, teori illuminasi, dan sebagainya.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook