PENDAHULAUN
Sebelum membahas
asal-usul masyarakat Indonesia, ada baiknya kita mengetahui batasan antara ras,
rumpun, bangsa, dan suku dalam segi antropologi. Menurut KBBI 2002,
ras adalah golongan masyarakat luas yang terdiri dari berbagai rumpun,
misalnya ras Kaukasoid yang menurunkan beberapa rumpun-bangsa.
Rumpun adalah golongan besar dari bangsa-bangsa yang sama asalnya, misalnya
rumpun Melayu. Bangsa adalah kumpulan manusia yang biasa terikat karena
kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum dan menempati wilayah tertentu,
misalnya India, Cina, atau Indonesia yang terdiri atas pelbagai suku. Sedangkan
suku (atau suku-bangsa) adalah
kesatuan sosial yang disatukan oleh identitas kebudayaan, khususnya dari
identitas bahasa, misalnya Dayak di Kalimantan atau Dani di Papua.Namun,
adakalanya sebuah rumpun bisa disebut bangsa pula, misalnya Melayu.
Para
ahli memiliki pandangan masing-masing mengenai asal- mula bangsa Indonesia.
Masing-masing berpendapat berdasarkan sudut pandang yang berbeda. Ada ahli yang
menyelidiki asal- usul bangsa Indonesia dari persebaran bahasa, ada pula yang
melihatnya dari persebaran peninggalan artefak-artefak (benda- benda rumah
tangga dari batu, tulang dan logam) atau pun fosil- fosil manusia purbanya.
Berikut ini teori-teori para ahli tentang asal-usul masyarakat Indonesia.
Prof. Dr. H. Kern,
ilmuwan asal Belanda, menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Asia. Kern
berpendapat bahwa bahasa- bahasa yang digunakan di kepulauan Indonesia,
Polinesia, Melanesia, Mikronesia memiliki akar bahasa yang sama, yakni bahasa
Austronesia. Kern menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia berawal dari satu daerah
dan menggunakan bahasa Campa. Menurutnya, nenek-moyang bangsa Indonesia
menggunakan perahu-perahu bercadik menuju kepulauan Indonesia. Pendapat Kern
ini didukung oleh adanya persamaan nama dan bahasa yang dipergunakan di daerah Campa
dengan di Indonesia, misalnya kata “kampong” yang banyak digunakan sebagai kata
tempat di Kamboja. Selain nama geografis, iIstilah-istilah binatang dan alat
perang pun banyak kesamaannya. Tetapi pendapat ini disangkal oleh K.
Himly dan P.W. Schmidt berdasarkan perbendaharaan
bahasa Campa.
Van Heine Geldern pun
berpendapat tak jauh berbeda dengan Kern bahwa bahasa Indonesia berasal dari
Asia Tengah. Teori Geldern ini didukung oleh penemuan-penemuan sejumlah
artefak, sebagai perwujudan budaya, yang ditemukan di Indone- sia mempunyai
banyak kesamaan dengan yang ditemukan di daratan Asia. Sedangkan, Max
Muller berpendapat lebih spesifik, yaitu bahwa bangsa Indonesia
berasal dari daerah Asia Tenggara. Namun, alasan Muller tak didukung oleh
alasan yang jelas.
Sementara itu, Willem Smith melihat
asal-usul bangsa Indonesia melalui penggunaan bahasa oleh orang- orang
Indonesia. Willem Smith membagi bangsa-bangsa di Asia atas dasar bahasa yang
dipakai, yakni bangsa yang berbahasa Togon, bangsa yang berbahasa Jerman, dan
bangsa yang berbahasa Austria. Lalu bahasa Austria dibagi dua, yaitu bangsa
yang berbahasa Austro Asia dan bangsa yang berbahasa Austronesia. Bangsa-bangsa
yang berbahasa Austronesia ini mendiami wilayah Indonesia, Melanesia, dan
Polinesia.
Ahli lain yang bernama Hogen menyatakan
bahwa bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatera. Bangsa
Melayu ini kemudian bercampur dengan bangsa Mongol yang disebut bangsa Proto
Melayu (Melayu Tua) dan Deutro Melayu (Melayu Muda).
Bangsa Proto Melayu kemudian menyebar di sekitar wilayah
Indonesia pada tahun 3.000 hingga 1.500 SM, sedangkan bangsa Deutro Melayu
datang ke Indonesia sekitar tahun 1.500 hingga 500 SM.
Pendapat Hogen tak jauh
beda dengan pendapat Drs. Moh. Ali. Ali menyatakan bahwa bangsa
Indonesia berasal dari daerah Yunan, Cina. Pendapat ini dipengaruhi oleh
pendapat Mens yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal
dari daerah Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa lebih kuat sehingga mereka
pindah ke selatan, termasuk ke Indonesia. Ali mengemukakan bahwa leluhur orang
Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar yang terletak di daratan Asia dan
mereka berdatangan secara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung dari
3.000 hingga
1.500 SM (Proto Melayu)
dan gelombang kedua terjadi pada 1.500 hingga 500 SM (Deutro Melayu). Ciri-ciri
gelombang pertama adalah kebudayaan Neolitikum dengan jenis perahu
bercadik-satu, sedangkan gelombang kedua menggunakan perahu bercadik-dua.
Sementara ituProf. Dr. Krom menguraikan bahwa masyarakat awal
Indonesia berasal dari Cina Tengah karena di daerah Cina Tengah banyak terdapat
sumber sungai besar. Mereka menyebar ke kawasan Indonesia sekitar 2.000 SM
sampai 1.500
SM. Sedangkan Mayundar berpendapat
bahwa bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari India, lalu
menyebar ke wilayah Indocina terus ke daerah Indonesia dan Pasifik. Teori
Mayundar ini didukung oleh penelitiannya bahwa bahasa Austria merupakan bahasa
Muda di India bagian timur.
Ahli lain, Dr.
Brandes, berpendapat bahwa suku-suku yang bermukim di kepulauan Indonesia
memiliki persamaan dengan bangsa-bangsa yang bermukim di daerah- daerah yang
membentang dari sebelah utara Pulau Formosa di Taiwan, sebelah barat Pulau
Madagaskar; sebelah selatan yaitu Jawa, Bali; sebelah timur hingga ke tepi
pantai bata Amerika. Brandes melakukan penelitian ini berdasarkan perbandingan
bahasa.
Sejarawan
Indonesia, Prof. Mohammad Yamin, bahkan menentang teori-teori di
atas. Ia menyangkal bahwa orang Indonesia berasal dari luar kepulauan Indonesia.
Menurut pandangannya, orang Indonesia adalah asli berasal dari wilayah
Indonesia sendiri. Ia bahkan meyakini bahwa ada sebagian bangsa atau suku di
luar negeri yang berasal dari Indonesia. Yamin menyatakan bahwa temuan fosil
dan artefak lebih banyak dan lengkap di Indonesia daripada daerah lainnya di
Asia, misalnya, temuan fosil Homo atau Pithecanthropus soloensis danwajakensis yang
tak ditemukan
di daerah Asia lain termasuk Indocina (Asia Tenggara).
Persebaran ras, rumpun,
bangsa, dan suku, selain dapat diteliti melalui ilmu antropologi juga dapat
dilacak melalui penelitian biologis, yakni pada gen manusia. Gen merupakan
bagian dari kromosom yang menjadi lokasi tempat sifat-sifat keturunan (hereditas)
pada makhluk hidup. Dalam gen inilah terdapat senyawa asam yang bernama deoxyribo
nucleic acidatau DNA. Dari penelitian terhadat zat kimia inilah para
ilmuwan dapat menentukan karakter dan usia manusia secara genetis. Dari sinilah
mereka menafsirkan ke mana sajarah persebaran ras manusia.
Berdasarkan kesimpulan
Kern bahwa nenek-moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa di Vietnam
Utara (Tonkin), Kamboja, dan Kochin Cina (Indocina). Namun, sebelum mereka tiba
di Kepulauan Indonesia, di Indonesia sendiri telah ada bangsa yang lebih dulu
berdiam. Bangsa tersebut berkulit hitam dan berambut keriting (ras Negrito).
Hingga sekarang bangsa tersebut mendiami Indonesia bagian timur pedalaman dan
sebagian Australia. Jadi, sebetulnya bangsa berkulit hitam inilah yang
merupakan penduduk asli Indonesia.
Sementara itu, sekitar tahun 1.500 SM, bangsa
dari Campa terdesak oleh bangsa lain yang lebih kuat yang datang dari Asia
Tengah (sekitar Mongol). Bangsa yang terdesak ini lalu bermigrasi ke Kamboja
dan meneruskannya ke Semenanjung Malaka. Dari Malaka, mereka melanjutkan
pelariannya ke daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Filipina. Yang di Filipina
lalu melanjutkan perjalanannya ke Sulawesi dan Maluku.
Selanjutnya, mereka yang mendiami wilayah Indonesia
membentuk komunitas masing-masing. Mereka berkembang menjadi suku-suku
tersendiri, seperti Aceh, Batak, Padang, Palembang, di Sumatera; Sunda dan Jawa
di Pulau Jawa; Dayak di Kalimantan, Minahasa, Bugis, Toraja, Makassar di
Sulawesi; Ambon di Maluku. Sedangkan mereka yang bercampur dengan bangsa asli
yang berkulit hitam berkembang menjadi suku-suku tersendiri, seperti di Flores.
Selain teori di atas,
ada pendapat yang menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah
orang-orang Melayu. Bangsa Melayu ini telah mendiami Indonesia bagian barat dan
Semenanjung Melayu (Malaysia) sejak dulu. Para ahli membagi dua bangsa Melayu
ini: Proto Melayu atau Melayu Tua dan Deutro
Melayu atau Melayu Muda.
1. Melayu Tua (Proto Melayu)
Bangsa Melayu Tua ini
memasuki wilayah Indonesia sekitar tahun 1.500 hingga 500 SM. Mereka masuk
melalui dua rute: jalan barat dan jalan timur. Jalan barat adalah melalui
Semenanjung Melayu kemudian terus ke Sumatera dan selanjutnya menyebar ke
seluruh Indonesia. Sementara jalan timur adalah melalui Kepulauan Filipina
terus ke Sulawesi dan kemudian tersebar ke seluruh Indonesia. Para ahli
memperkirakan bahwa bangsa Melayu Tua ini peradabannya satu tingkat lebih
tinggi dibandingkan dengan manusia purba yang ada di Indonesia. Orang-orang
Melayu Tua ini berkebudayaan Batu Muda (Neolitikum). Benda-benda buatan mereka
masih menggunakan batu namun telah sangat halus. Kebudayaan kapak persegi
dibawa bangsa Proto Melayu melalui jalan barat, sedangkan kebudayaan kapak
lonjong melalui jalan timur. Sebagian dari mereka ada yang bercampur dengan ras
kulit hitam.
Pada perkembangan selanjutnya, mereka terdesak
ke arah timur karena kedatangan bangsa Melayu Muda. Keturunan Proto Melayu ini
sampai kini masih berdiam di Indonesia bagian timur, seperti di Dayak, Toraja,
Mentawai, Nias, dan Papua. Sementara itu, bangsa kulit hitam (Ras
Negrito) yang tidak mau bercampur dengan bangsa Proto Melayu lalu
berpindah ke pedalaman atau pulau terpencil agar terhindar dari pertemuan
dengan suku atau bangsa lain yang mereka anggap sebagai “peganggu”. Keturunan
mereka hingga kini masih dapat dilihat meski populasinya sedikit, antara lain
orang Sakai di Siak, orang Kubu di Palembang, dan orang Semang di Malaka.
2. Melayu Muda (Deutro
Melayu)
Bangsa Melayu Muda
memasuki kawasan Indonesia sekitar 500 SM secara bergelombang. Mereka masuk
melalui jalur barat, yaitu melalui daerah Semenanjung Melayu terus ke Sumatera
dan tersebar ke wilayah Indonesia yang lain. Kebudayaan mereka lebih maju
daripada bangsa Proto Melayu. Mereka telah pandai membuat benda-benda logam
(perunggu). Kepandaian ini lalu berkembang menjadi membuat besi. Kebudayaan
Melayu Muda ini sering disebut kebudayaan Dong Son. Nama Dong Son ini
disesuaikan dengan nama daerah di sekitar Teluk Tonkin (Vietnam) yang banyak
ditemukan benda-benda peninggalan dari logam. Daerah Dong Son ini ditafsir
sebagai tempat asal bangsa Melayu Muda sebelum pergi menuju Indonesia.
Hasil-hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia di antaranya adalah
kapak corong (kapak sepatu), nekara, dan bejana perunggu. Benda-benda logam ini
umumnya terbuat dari tuangan (cetakan).
Keturunan bangsa Deutro
Melayu ini selanjutnya berkembang menjadi suku-suku tersendiri, misalnya
Melayu, Jawa, Sunda, Bugis, Minang, dan lain-lain. Kern menyimpulkan hasil
penelitian bahasa yang tersebar di Nusantara adalah serumpun karena berasal
dari bahasa Austronesia Perbedaan bahasa yang terjadi di daerah-daerah
Nusantara seperti bahasa Jawa, Sunda, Madura, Aceh, Batak, Minangkabau, dan
lain- lainnya, merupakan akibat dari keadaan alam Indonesia sendiri yang
dipisahkan oleh laut dan selat.
Di samping dipisahkan oleh selat dan samudera,
perbedaan bahasa pun disebabkan karena setiap pulau di Indonesia memiliki
karakteristik alam yang berbeda-beda. Semula bahasa bangsa Deutro Melayu ini
sama, namun setelah menetap di tempat masing-masing mereka pun mengembangkan
bahasa tersendiri. Kosakata yang dulu dipakai dan masih diingat tetap
digunakan, sedangkan untuk menamai benda-benda yang baru dilihat di tempat
tinggal yang baru (Indonesia) mereka membuat kata-kata mereka sendiri. Jadi,
jangan heran, bila ada sejumlah kata yang terkadang sama bunyinya di antara dua
suku namun memiliki arti yang berbeda sama sekali, tak ada hubungan. Ada pula
kata yang memiliki arti yang masih berhubungan meski tak identik, seperti kata
“awak”. Kata awak bagi orang Minang berarti “saya”, sedangkan
menurut orang Sunda berarti “badan”.
Selanjutnya, bangsa Melayu Muda inilah yang
berhasil mengembangkan peradaban dan kebudayaan yang lebih maju daripada bangsa
Proto Melayu dan bangsa Negrito yang menjadi penduduk di pedalaman. Hingga
sekarang keturunan bangsa Proto Melayu dan Negrito masih bermasyarakat secara
sederhana, mengikuti pola moyang mereka, dan kurang bersentuhan dengan budaya
luar seperti India, Islam, dan Eropa. Sedangkan bangsa Deutro Melayu mampu
berasimilasi dengan kebudayaan Hindu- Budha, Islam, dan Barat.
BAB II
LIMA
BELAS TEORI ASAL ORANG INDONESIA
Label: Edukasi
Hai sobat semuanya,
jumpa lagi bersama besama For Your Information | Leading Education.
Kali ini 4UI akan memberikan informasi sekaligus pengetahuan untuk sobat
semuanya. Informasi kali ini, mungkin juga berguna bagi sobat yang sedang
menjalani proses belajar di SMA kelas X, karena informasi yang sedang sobat
baca ini adalah salah satu Bab dalam pelajaran Sejarah sobat, " Asal -
Usul & Persebaran Manusia di Indonesia ". Pada bab tersebut, sobat
akan mempelajari tentang darimana nenek moyang kita berasal.
Banyak ahli - ahli yang
menyampaikan pendapatnya tentang Asal - Usul Bangsa Indonesia.
Ada pendapat yang diterima dan ada juga yang tidak, dan pendapat yang diterima
itulah yang disebut sebuah teori. Berikut adalah 15 Nama Ahli beserta
pendapatnya tentang Asal - Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia :
1. Drs. Moh. Ali
Ali menyatakan
bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan, Cina. Pendapat
ini dipengaruhi oleh pendapat Mens yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia
berasal dari daerah Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa lebih kuat sehingga
mereka pindah ke selatan, termasuk ke Indonesia. Ali mengemukakan bahwa leluhur
orang Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar yang terletak di daratan
Asia dan mereka berdatangan secara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung
dari 3.000 hingga 1.500 SM (Proto Melayu) dan gelombang kedua terjadi pada
1.500 hingga 500 SM (Deutro Melayu). Ciri-ciri gelombang pertama adalah
kebudayaan Neolitikum dengan jenis perahu bercadik-satu, sedangkan gelombang
kedua menggunakan perahu bercadik-dua.
2. Prof. Dr. H.
Kern
Ilmuwan asal Belanda ini
menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Asia. Kern berpendapat
bahwa bahasa - bahasa yang digunakan di kepulauan Indonesia,
Polinesia, Melanesia, Mikronesia memiliki akar bahasa yang sama, yakni bahasa
Austronesia. Kern menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia berawal dari satu daerah
dan menggunakan bahasa Campa. Menurutnya, nenek-moyang bangsa Indonesia
menggunakan perahu-perahu bercadik menuju kepulauan Indonesia. Pendapat Kern
ini didukung oleh adanya persamaan nama dan bahasa yang dipergunakan di daerah
Campa dengan di Indonesia, misalnya kata “kampong” yang banyak
digunakan sebagai kata tempat di Kamboja. Selain nama geografis,
istilah-istilah binatang dan alat perang pun banyak kesamaannya. Tetapi
pendapat ini disangkal oleh K. Himly dan P.W. Schmidt berdasarkan
perbendaharaan bahasa Campa.
3. Willem Smith
Melihat asal-usul bangsa
Indonesia melalui penggunaan bahasa oleh orang-orang Indonesia.
Willem Smith membagi bangsa-bangsa di Asia atas dasar bahasa yang dipakai,
yakni bangsa yang berbahasa Togon, bangsa yang berbahasa Jerman, dan bangsa
yang berbahasa Austria. Lalu bahasa Austria dibagi dua, yaitu
bangsa yang berbahasa Austro Asia dan bangsa yang berbahasa Austronesia. Bangsa-bangsa
yang berbahasa Austronesia ini mendiami wilayah Indonesia, Melanesia,
dan Polinesia
4. Prof. Dr.
Sangkot Marzuki
Menyatakan bahwa nenek
moyang bangsa Indonesia berasal dari Austronesia dataran Sunda. Hal
ini didasarkan hasil penelusuran DNA fosil. Ia menyanggah bahwa
nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, karena Homo Erectus atau
Phitecantropus Erectus ini tidak ada kelanjutannya pada manusia saat ini.
Mereka punah dan digantikan oleh manusia dengan species baru, yang sementara
ini diyakini sebagai nenek moyang manusia yang ditemukan di Afrika.
5. Van Heine
Geldern
Pendapatnya tak jauh berbeda dengan Kern bahwa bahasa Indonesia
berasal dari Asia Tengah. Teori Geldern ini didukung oleh penemuan-penemuan
sejumlah artefak, sebagai perwujudan budaya, yang ditemukan di Indonesia
mempunyai banyak kesamaan dengan yang ditemukan di daratan Asia.
6. Prof. Mohammad
Yamin
Yamin menentang
teori-teori di atas. Ia menyangkal bahwa orang Indonesia berasal dari luar
kepulauan Indonesia. Menurut pandangannya, orang Indonesia adalah asli
berasal dari wilayah Indonesia sendiri. Ia bahkan meyakini bahwa ada
sebagian bangsa atau suku di luar negeri yang berasal dari Indonesia. Yamin
menyatakan bahwa temuan fosil dan artefak lebih banyak
dan lengkap di Indonesia daripada daerah lainnya di Asia,
misalnya, temuan fosil Homo atau Pithecanthropus soloensis dan wajakensis yang tak
ditemukan di daerah Asia lain termasuk Indocina (Asia Tenggara).
7. Prof. Dr. Krom
Menguraikan bahwa
masyarakat awal Indonesia berasal dari Cina Tengah karena di
daerah Cina Tengah banyak terdapat sumber sungai besar. Mereka
menyebar ke kawasan Indonesia sekitar 2.000 SM sampai 1.500 SM.
8. Dr. Brandes
Berpendapat bahwa
suku-suku yang bermukim di kepulauan Indonesia memiliki persamaan dengan
bangsa-bangsa yang bermukim di daerah-daerah yang membentang dari sebelah utara
Pulau Formosa di Taiwan, sebelah barat Pulau Madagaskar; sebelah selatan yaitu
Jawa, Bali; sebelah timur hingga ke tepi pantai bata Amerika. Brandes
melakukan penelitian ini berdasarkan perbandingan bahasa.
9. Hogen
Menyatakan bahwa bangsa
yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatera. Bangsa
Melayu ini kemudian bercampur dengan bangsa Mongol yang disebut bangsa Proto
Melayu (Melayu Tua) dan Deutro Melayu (Melayu Muda). Bangsa Proto Melayu
kemudian menyebar di sekitar wilayah Indonesia pada tahun 3.000 hingga 1.500
SM, sedangkan bangsa Deutro Melayu datang ke Indonesia sekitar tahun 1.500
hingga 500 SM.
10. Max Muller
Berpendapat lebih
spesifik, yaitu bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia
Tenggara. Namun, alasan Muller tak didukung oleh alasan yang jelas.
11. Mayundar
Berpendapat bahwa bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari India, lalu menyebar ke wilayah Indocina terus ke daerah Indonesia dan Pasifik. Teori Mayundar ini didukung oleh penelitiannya bahwa bahasa Austria merupakan bahasa Muda di India bagian timur.
Berpendapat bahwa bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari India, lalu menyebar ke wilayah Indocina terus ke daerah Indonesia dan Pasifik. Teori Mayundar ini didukung oleh penelitiannya bahwa bahasa Austria merupakan bahasa Muda di India bagian timur.
12. Mens
Berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari bangsa Mongol yang terdesak oleh bangsa - bangsa yang lebih kuat, sehingga mereka terdesak ke selatan termasuk kawasan Indonesia.
Berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari bangsa Mongol yang terdesak oleh bangsa - bangsa yang lebih kuat, sehingga mereka terdesak ke selatan termasuk kawasan Indonesia.
13. Sultan Takdir Alisyahbana
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berasal dari melayu karena berdasarkan rumpun bahasa yang memiliki kesamaan.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berasal dari melayu karena berdasarkan rumpun bahasa yang memiliki kesamaan.
14. Gorys Kraf
Indonesia kebudayaannya lebih tinggi dari kebudayaan wilayah sekitarnya, yang berarti induknya berasal dari Indonesia.
Indonesia kebudayaannya lebih tinggi dari kebudayaan wilayah sekitarnya, yang berarti induknya berasal dari Indonesia.
15. Harry Truman Simandjutak
Bahwa bahasa yang banyak digunakan di Indonesia berasal
dari Bahasa Austronesia yang induknya ada di Pulau Formosa, Taiwan.
# Menurut Prof. H.R.
Fischer (pengantar Antropologi kebudayaan Indonesia) bangsa indonesia terbagi
menjadi 3 bangsa :
Negroid (orang Tapiro
Irian/Papua).
Ciri-ciri : kulit
hitam, rambut keriting, bertubuh kecil.
Weddoid (orang Senoi di
Malaya, Sakai di Siak, Kubu di Palembang).
Ciri-ciri :
rambut berombak tegang, lengkung alis menonjol ke depan, kulit agak
coklat.
Melayu (Suku jawa).
Ciri-ciri : tubuh
tinggi & ramping, wajah bulat, hidung pesek, rambut hitam, kulit sawo
matang.
Teori hanyalah sebuah
teori, namun dari sebuah teori kita dapat mengambil sebuah pengetahuan. Terlalu
fanatik juga memperburuk keadaan kita, karena kita belum mengetahui kepastian
pendapat tersebut. Namun tidak memperdulikan berarti kita tidak menghargai para
ahli yang berniat membantu kita dalam menyelesaikan problema ketidaktahuan
kita. Jumpa lagi di Informasi unik selanjutnya.
No comments:
Post a Comment