Wednesday, February 20, 2013

pantun TERSESAT DI TANAH SUCI


  http://cdn1.searchcompletion.com/images/spacer.gif

KISAH LUCU
TERSESAT DI TANAH SUCI

1.Tertanya kepada penipu

Saat tersesat, sungguh panik!
Di negara asing, sangat unik,
Tiada seorangpun, yang melirik,
Sifat kesabaran, sungguh terusik.


          Kalau tersesat di negeri sendiri, paling tidak masih bisa bertanya karena tak ada hambatan bahasa. Bagaimana kalau di tanah yang asing dan tak tahu bahasanya? Kalau yang ini bukan malu bertanya sesat di jalan, tapi tak bisa bertanya, sesat di jalan.
Pada musim haji, banyak sekali jamaah tersesat. Sampai-sampai, Pemerintah Indonesia menyediakan ambulan khusus untuk orang tersesat. Di Arab, pemerintah membagi daerah kerja Mekah (Daker Mekah) dan Daker Medinah. Daker membawahi Sektor-Sektor. Pegawai Sektor ini terdiri dari Ketua Sektor dari Depag, dokter sektor , Petugas Sanitarian-Survailance, Sopir ambulan dan tenaga musiman (Temus) lainnya. Setiap Sektor dilengkapi ambulance 2 buah, satu untuk mengangkut orang sakit dan satunya untuk mengngkut orang hilang/tersesat. Tapi kadang disesuaikan kebutuhan.
         Petugas sektor berseragam biru muda biru tua, dengan tanda bendera merah putih di lengan kanannya. Petugas inilah yang nantinya mengantar orang hilang/tersesat sampai ke hotel tempat menginap berdasarkan identitas yang ada di gelang resmi haji. Oleh karena itu gelang jangan sampai hilang dan harus selalu dipakai. Maka jamaah haji yang lupa jalan kembali, carilah Temus ini di lokasi-lokasi tertentu. Atau carilah kantor Sektor terdekat yang bertanda bendera merah putih. Asal ketemu Temus atau kantor Sektor insya Allah aman. Sebab bertanya ke orang yang salah bisa berakibat fatal, karena, meskipun itu Tanah Suci, tapi ternyata masih ada saja ada penipu yang memanfaatkan kesempatan. Dan sayangnya, warga Indonesia banyak yang bertangan kotor ini
         Kebanyakan orang hilang atau sesat adalah orang tua yang terpisah dari rombongannya. (bukan binatang jalang dari kumpulannya terbuang ya?) Namun kadang orang yang masih muda pun bisa tersesat. Berbagai sebab bisa membuat kita tersesat. Seorang senior yang pernah jadi dokter TKHI (tenaga kesehatan haji Indonesia) wanti-wanti untuk jangan sombong di Tanah Suci. Beliau mengambil pelajaran, ketika suatu saat dia menasehati seorang kakek yang mau keluar dari hotel menuju Masjidil Haram. Katanya: “Kek, kalau pergi perhatikan kanan kiri hotel, perhatikan jalannya, tanda-tandanya, biar tidak tersesat..” Hanya sebatas itu, tapi ternyata Allah membalas dia dengan kejadian yang sungguh aneh. Saat dia pergi ke Masjidil Haram, dia tidak menemukan jalan pulang, padahal dia ingat benar alamatnya, tanda-tanda hotelnya. Dia berjalan ke sana ke mari. Seharian tidak ketemu. Karena capek sekali, Beliau duduk, merenung. Akhirnya dia sadar, barangkali nasehat tadi untuk si Kakek, tanpa disadari ada unsur dengan sombongnya, sehingga Allah membalasnya. Akhirnya Beliau istighfar, mohon ampun dengan sebenar-benarnya. Sambil menangis Beliau mohon ditunjukkan jalan pulang. Eh tak lama dari selesai berdoa, tampaklah tanda-tanda yang dikenalnya, ternyata hotel tempat menginapnya sebenarnya tak jauh diri tempat tadi berdoa. Allah menutup matanya dari tanda-tanda yang sudah dikenalnya. Padahal seharian sejak subuh baru ketemu menjelang maghrib. Pelajaran yang diperoleh dari Beliau adalah jangan sombong di Tanah Suci.
        Tersesat di Arab bisa terjadi di mana saja. Masuk Masjidil Haram sulit mencari jalan keluar karena bingung sering terjadi. Ini terutama kalau masuk masjid terus cari tempat yang masih kosong tapi tidak diperhatikan arahnya, akhirnya mau pulang muter-muter tidak karuan. Karena masjidil haram berbentuk hampir melingkar. Saya pernah mengalami tahun 2006. Karena mencari tempat yang kosong, akhirnya ke kanan, ke kiri, ke akanan lagi, maju, entah sudah lupa asalnya tadi. Kami lebih senang masuk-keluar lewat pintu 79, itu yang paling dekat dengan hotel kami di Hafair, tapi yang mana pintu no 79, kalau dari tengah masjid serupa semua. Kepada petugas kebersihan, kami tanya dengan bahasa Arab sekenanya: “ Aina Baabu King Fahd?” Setelah itu aku heran sendiri, kok bahasanya gado-gado harusnya “Aina Baabu Malikul Fahd?” Untung petugas itu tahu maksudku, dan dia menunjukkan. Bagi yang belum hafal jalan pulang, masuk dan keluarnya beda pintu bisa tersesat, apalagi bagi yang tergantung orang lain, tidak terbiasa mandiri.
Tersesat habis umrah juga banyak. Ini terutama bagi jamaah haji gelombang kedua yang baru datang dan pertama kali datang ke        Masjidil Haram, belum menghafal jalan pulang. Seperti dialami seorang kakek umur 80-an tahun yang terpisah dari rombongannya. Si Kakek minta ditunjukkan jalan pulang kepada orang muda yang dianggapnya tahu. Kakek sama sekali tidak curiga ketika orang yang ditanya itu menarik ke tempat agak ke pojok, lalu meminta si Kakek untuk melepas sabuk ihromnya, mungkin di situ ada alamat, setelah sabuk ihram di buka, dibawa kabur sama orang yang di tanya tadi. Padahal semua uang si Kakek ada di sabuk itu semua. Akhirnya si Kakek diantar suamiku ke Sektor dekat hotel kami.
         Tersesat di Mina, sangat banyak. Ada sekita 4 juta jamaaah haji dengan jumlah tenda yang tak terhitung. Membingungkan. Sebenarnya ada nomor maktab. Maktab itu yang bertanggungjawab terhadap hotel, tenda di Arafah, Mina, termasuk konsumsi selama di Arafah-Mina. Dalam satu maktab ada beberapa kloter. Misal waktu tahun 2006 maktab kami no.28, kloter 41 Soc. Maka yang dicari adalah no. Maktab dulu, baru masuk ke dalamnya di dalamnya ada kloter 41 Soc. Satu area, dikelilingi oleh jalan, ditempati oleh beberapa maktab. Dan ada nomor maktab di pintu masuk area itu. Tapi bagi yang belum tahu, akan sangat sulit mencari, karena ternyata nomor maktab itu berada pada satu baris dan urutan berikutnya nomor berikutnya berada pada baris dibaliknya. Misal baris sebelah selatan maktab 26,27,28,29,30 maka kalau mencari nomor maktab 31,32,33,34,35 jangan di sebelah barat atau timurnya tapi carilah di baliknya, di sebelah utara. Menyeberang jalan dan terus mencari ke selatan sudah bukan urutannya malah bertambah bingung. Ini berdasarkan pengamatan saya. Teman saya yang satu area beda maktab, tidak ketemu mencari saya, karena tidak mencari ke baliknya, tapi malah menyeberang jalan, kan sudah beda area. Meskipun di sana tidak ditulis ini area A atau B, langsung nomor makatab.
          Sayapun pernah tersesat saat haji tahun 1427 H (Desember 2006- Januari 2007). Waktu itu saya sebagai dokter TKHI/dokter kloter. Pada tanggal 10 Dzulhijah sesudah melempar jumrah Aqobah, saya bersama dr. Nunung atasanku di Subsektor. (Subsektor hanya ada tahun haji 1427 H, setelah itu tidak ada lagi, mungkin penghematan tenaga?). Ini haji yang kedua untuk dr. Nunung, jadi beliau berpengalaman, sementara ini untuk yang pertama untukku. Dari melempar jumrah Aqobah, dr. Nunung mengajakku langsung jalan kaki ke Masjidil Haram untuk towaf Ifadoh, karena Nabi melakukannya tanggal 10 juga. Dari tenda kami pergi sekitar jam 7.30, sampai di Maasjidil Haram sekitar jam 11.30. Empat jam jalan kaki, tidak bisa jalan cepat karena saking padatnya. Tapi tidak leleh mungkin karena pelan dan santai. Hampir semua yang jalan kaki ke Masjidil Haram langsung pada hari itu adalah orang luar negeri. Orang Indonesia ada tapi jumlahnya sedikit, (jamaah haji Indonesia paling banyak, sekitar 200 ribu). Bisa jadi sedikitnya orang Indonesia jalan kaki langsung ke Masjidil Haram karena kebanyakan jamaah haji Indonesia sudah tua dan kondisi fisiknya lemah.
          Namun ketika kami lewat di atas tempat Sa,i mau ke arah Ka,bah untuk towaf, dr. Nunung bilang: “Wah kok padatnya begini? Bisa-bisa kita pulang sampai tenda malam sekali. Padahal kita meninggalkan banyak pasien, takut ada apa-apa. Besok saja kalau dah selesai dari Mina ya” (waktu itu haji akbar, orang-orang Arab ikut haji, jadi luar biasa padat). Ya sudah, kami tidak jadi towaf ifadoh dan Sa’i. Singakt cerita kami pulang lagi ke Mina naik angkutan. Kami diturunkan di jalan, yang ternyata jembatan layang.
          Terlihat ribuan tenda, tapi jalan pulang ke tendaku mana?Ini bukan jalan waktu kami pergi tadi. Maka kamipun bertanya pada salah seorang jamaah yang juga sedng berjalan dekat kami. Tapi rupanya tidak tahu bahasa Inggris. Lalu sekenanya kami tanya dengan bahasa Arab: “ Aina maskanah haji Indonesia? “ Entah benar nahwunya(Grammar) atau tidak, yang jelas saya pernah baca di tembok hotel ada tulisan gundul yang bacaanya menurut wazan/pola bahasa Arab barangkali seperti itu. Yang di tanya Cuma jawab: “Haji Indonesia? Police! “Sambil jarinya mengisyaratkan supaya saya cari polisi, tanya ke polisi. Wah kalau lihat polisi sih tidak tanya sama njenengan Pak.. Kami berjalan menyusuri jembatan layang dengan cemas, yang kami cemaskan bagaimana kalau ada pasien yang gawat? Sebab waktu itu adalah musim haji yang kelaparan. Catering sejak di Arofah tanggal tak datang. Sudah 2 hari mereka tidak makan nasi. Meskipun ada roti, orang Indonesia tidak bisa dalam waktu lebih dari 2 hari hanya makan roti saja. Jadi lumayan banyak yang sakit magh nya kambuh.
          Aku lihat ke bawah (dari jembatan layang) begitu banyak tenda, orang-orang bagaikan semut. Ini orang-orang menuju atau pulang dari jamaraat? Kami menyeberang ke sisi kanan, pemandangan yang sama. Lho itu ada bendera merah putih berjajar-jajar di tepi jalan di kejauhan saana. Itu jalan pulang! Tapi bagaimana cara ke sana? Semakin kami ikuti jembatan ini semakin jauh dari jalan pulang yang baru kamitemukan. Jalan layang ini turun, tapi kok turunnya panjang amat, sementara yang ada benderanya itu ke arah lain. “Hei, itu ada polisi, kamu yang tanya, kan kamu yang bisa bahasa Arab” kata dr. Nunung.

         Aku sebenarnya tidak pintar bahasa Arab, Cuma kebetulan pernah kursus dan itu sudah lama sekali, sudah lupa. Aku Cuma bisa bahasa Arab sedkit dan itu bahasa fushoh/resmi. Aku coba bertanya sekenanya: “Kaifa amsyi ilaa haadza thoriq?” (bagaimana aku bisa ke jalan itu?) tanyaku ke polisi itu. Polisi itu menjawab : “Haadza thoriq?” (= Jalan ini?) Jawabku na’am (ya). Lalu polisi itu menjawab dengan kalimat yang panjang, tapi yang aku tangkap cuma, jalan yang sedang aku lalui nanti turun, terus ke kanan, ada tangga naiklahke jalan ini. Setelah itu baru aku sadar kalau pertanyaanku salah tapi yang penting polisi itu tahu. Harusnya kan “Kaifa amsy hunaak? Atau Kaifa amsyi ila dzalika (bukan hadzaa) thoriq? Kadang memang banyak menggunakan bahasa tarzannya. Setealh mengikuti petunjukanya, kami bisa berjalan di jalan yang ada benderanya. Dari sini sudah hafal. Karena sesungguhnya, tenda jamaah haji Indonesia itu mudah diingat, kalau dari jamaraat, menuju terowongan Moaisem (Mina). Keluar darai terowongan Mina belok kanan, tinggal mencari nomor maktabnya.

        Teman satu rombongan kami pergi melempar jumrah bareng 10 orang, berangkat dari tenda sekitar jam 10 pagi. Rupanya masing-masing mengandalkan yang lain, jadi tidak memperhatikan jalan yang telah dilewati. Sampai di tempat lempar jumrah, semuanya terpisah, ada yang 2 orang ada yang 3 orang. Masing-masing tersesat, ada yang sampai tenda lagi jam 4 ada yang maghrib. Normalnya pulang pergi tidak lebih dari 3 jam, kecuali santai sekali atau padat sekali. Ini pelajaran untuk melihat jalan yang telah dilewati.
         Saya sarankan supaya tidak tersesat saat haji, alangkah baiknya memang jangan pergi sendirian, kecuali yang telah hafal rutenya. Dan sebelum proses Arofah-Mina (mulai tanggal 8 Dzulhijah) sebaiknya survey dulu ke Arofah, Mina. Memang ada tour yang dilakukan atas inisiatif sendiri, berombongan. Nah alangkah baiknya tour itu menyusuri jalan di Mina, melewati melewati jalan yang akan dilalui saat lempar jumrah. Selama ini memang ada survey, tapi hanya ketua kloter, ketua romobongan, ketua regu, TKHI.
          Ketika aku haji lagi tahun 2011, kami survey dulu ke Mina (gambar di atas). Sebenarnya tujuan kami adalah untuk mengetest apakah kami mampu jalan kami untuk seluruh rangkaian haji, dari Mekah-Mina- Arofah-Mina lagi dan kembali ke Mekah? Beberapa penceramah/Ustadz dari Kementrian agama Arab berulang kali mengatakan sunat naik haji berjalan kaki. Waktu tahun 1427 H aku hanya jalan kaki dari Mina ke Masjidil Haram saja. Tapi setelah kami naik bis dari terminal yang searah pintu Marwa, turun di terminal Mina, dan dari situ kami jalan kaki ke tenda kami, akhirnya kami memutuskan semua naik bis kecuali dari Mina ke Mekah.
Selain itu harus berani bertanya meskipun bahasanya gado-gado atau bahasa Isyarat.
         Bagi anda yang dulu senang pramuka, dan mengikuti aturan pramuka sampai sekarang, bisa dipastikan tidak pernah tersesat ya? Karena dalam pramuka kita diajari untuk membawa kompas, dan peta. Ada peta pita, yang bila ditelusuri ke belakang akan sampai ke tempat kita mulai pergi. Saya suka pramuka, dulu, sayang aku tidak berlaku seperti pramuka. Jamannya GPS peta/denah tetap perlu kan? Apa denah tenda di Mina ada di GPS ya?
Bagi yang mau berangkat haji Oktober mendatang, selamat menunaikan ibadah haji, semoga menjadi haji mabrur. Saking banyaknya yang tesesat, ada yang berkelakar, tanda haji mabrur adalah tersesat…Tersesat? Tak apa , yang penting tidak ikut aliran sesat..
Banyak Jamaah Haji Tersesat di Masjid Nabawi
http://www.metrosiantar.com/wp-content/uploads/2012/09/26092012-08-300x225.jpg
Para jamaah haji usai melaksanakan salat Zuhur di Masjid Nabawi.
         Madinah - Sekitar 24.893 jamaah haji Indonesia dari 62 kloter berada di Masjid Nabawi. Pada hari keempat kedatangan jamaah haji Indonesia 1433 H, sekitar Masjid Nabawi Kota Madinah Al Munawarroh semakin dipadati jamaah. Usai salat di masjid, banyak jamaah yang tersesat karena tidak tahu jalan pulang menuju pondokan. Petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 14323 H/2012 semakin sibuk membantu mengantar jamaah tersesat menuju pondokan. “Yang paling banyak menemukan jamaah haji yang tersesat di Sektor Khusus di sekitar Masjid Nabawi,” ungkap Kasie Pengamanan dan Kasus, Letkol Payumi di kantor Misi Haji Indonesia Daker Madinah, Selasa (25/9).
Menurut dia, hampir setiap hari ada jamaah haji yang tersesat seusai salat di masjid. Jamaah tersesat kebanyakan seusai salat Subuh, Ashar dan Isya. Jika dihitung setiap harinya bisa di atas 100 orang setiap harinya.  ”Kebanyakan yang tersesat bapak atau ibu-ibu yang sudah lanjut usia atau terpisah dari rombongan seusai salat” katanya.
Payumi memberikan tips, bila jamaah tersesat tidak perlu bingung mencari langsung teman atau rombongannya. Di sekitar masjid ada sektor khusus atau petugas berseragam PPIH yang akan membantu mengantar menuju pondokan.
Sementara itu, Kepala Daker Madinah Akhmad Jauhari menambahkan kebanyakan jamaah tersesat karena kehilangan orientasi saat melihat banyak gedung tinggi dan hampir sama bentuknya. Selain itu, mereka juga tidak hapal jalan masuk menuju masjid. Namun ada pula yang tersesat karena terpisah dari rombongannya.

        ”Masjid Nabawi kan banyak pintu masuknya. Kadangkala usai salat mereka langsung mengikuti jamaah lainnya dan ternyata keluar ke arah pintu utama. Yang nyasar tidak hanya orang-orang tua, tapi yang muda pun juga ada,” kata Akhmad Jauhari.
Seusai salat subuh hari ini, Selasa (25/9), ada beberapa jamaah yang kebingungan mencari jalan ke pondokan. Jamaah yang tersasar di depan pintu utama masjid Nabawi, oleh petugas langsung di antar menuju sektor khusus maupun sektor yang lebih dekat. Dari tempat itu mereka ada dibawa menuju sektor I yang lebih dekat dan kemudian diantar pulang.

          Jamaah tersebut diantaranya rombongan dari embarkasi Medan MES 1, MES 4, embarkasi Surabaya SUB 1, dan embarkasi Padang PDG 1. Seorang jamaah perempuan asal Pasaman Barat Sumbar ditemukan kebingungan seorang diri di depan pintu utama masjid. Dia mengaku sejak dari hotel sudah ditinggal teman sekamarnya saat akan salat Subuh di masjid. “Saya berangkat sendiri ke masjid. Saya masih sakit kurang enak badan, karena tidak bisa jalan cepat saya ditinggal,” katanya di Sektor I Madinah. (dtc/int)
        Tersesat! Barangkali, itulah satu dari sekian banyak kisah jamaah haji yang sering kita dengar di setiap musim haji. Keluar pondokan menuju Masjidil Haram, tapi bingung saat harus kembali. Wajar, banyak sekali pintu masuk-keluar di Masjidil Haram yang serupa bentuknya. Dari tahun ke tahun, musim ke musim, kasuh jamaah haji yang tersesat selalu saja ada. Sebagai contoh, kasus jamaah tersesat jalan saat musim haji 2011. Tak tanggung-tanggung, jumlah jamaah haji yang tersesat jalan ini mencapai ratusan orang.
Seperti yang diberitakan dalam Indopos, Kepala Sektor Khusus Masjidil Haram Maskat mengatakan bahwa jumlah jamaah haji yang tersesat pada musim haji tahun 2011 lalu mencapai ratusan orang. Sebelumnya saat calhaj datang dari Madinah ke Makkah—gelombang pertama—mulai 11 Oktober lalu, jumlah calhaj yang tersesat hanya berkisar puluhan. Namun, setelah gelombang kedua masuk mulai 14 Oktober lalu, di mana dari Jeddah langsung ke Makkah, jumlah calhaj yang tersesat menembus angka seratus lebih. ’’Hari ini (Rabu malam, Red) yang terdeteksi 140 lebih orang,’’ ujarnya kepada INDOPOS di dekat Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi pada tanggal 19/10/2011.
Malam itu, INDOPOS yang berada di dekat posko Sektor Khusus sekitar 1 jam melihat ada sekitar 10 calhaj yang tersesat. ’’Mereka biasanya baru datang, terus buru-buru melaksanakan ibadah, tanpa mengingat lokasi pemondokan dan saat masuk ke Masjidil Haram,’’ tegas Kepala Daerah Kerja Makkah Arsyad Hidayat yang memantau beberapa jam di sekitar Masjidil Haram.
Untuk mengatasi maraknya kasus jamaah yang tersesat jalan ini, Maskat mengatakan bahwa telah diterjunkan 15 orang personil pengamanan di sektor Masjidil Haram. Untuk meningkatkan pelayanannya, personil di sektor khusus Masjidil Haram ini dibantu oleh tenaga musiman (temus) yang direkrut dari mahasiswa Timur Tengah serta mereka yang mukim atau tinggal di Arab Saudi. Pelayanan di sektor khusus ini dilakukan selama 24 jam penuh.
Jika ada jamaah yang tersesat, mereka akan diistirahatkan dulu di kantor sektor khusus yang telah disediakan. Di sini, jamaah akan di data serta diberi minuman dan snack. Setelah itu, jamaah akan diantar ke pemondokannya masing-masing. Untuk keperluan ini, kantor sektor khusus dilengkapi dengan mobil koster.

3.Kiat agar tidak tersesat
3.1.Amati dan hapalkan lokasi pondokan.

Beberapa hal yang perlu diingat tentang lokasi pemondokan di antaranya nama jalan, nomor pondok, gedung yang mudah dikenal di sekitar pondok, bentuk bangunan pondok. Akan lebih bagus jika mengenal arah benda atau bangunan dari pondok, misal masjidil haram terletak di sebelah barat pondok.
Meskipun setiap tahun dilaksanakan, kisah tersesat pada saat melaksanakan haji merupakan cerita favorit yang tak habis menariknya untuk diperbicangkan. Serupa tapi tak sama. Meskipun kasusnya sama, tetapi pelakunya berbeda. Hal ini sangat wajar terjadi pada jamaah haji yang baru saja melaksanakan hajinya.
Tersesat memang perkara yang biasa. Namun, tersesat di “belantara” manusia dan negeri yang asing bagi kita mungkin akan berbeda cerita. Apalagi bagi kita yang sama sekali tidak bisa berbahasa Arab atau Inggris. Bahkan, pernah dikabarkan ada jamaah yang tertinggal kelompoknya untuk melakukan wukuf karena tersesat. Tentu saja, hal itu akan menjadi masalah serius, bukan?
Nah, agar kasus tersesat tidak menimpa Anda, terdapat 7 kiat yang bisa Anda terapkan selama masa haji berlangsung.
3.2. Menyimpan nomor telepon dan alamat pondokan.

Jika khawatir lupa, tuliskan alamat pemondokan dan nomor teleponnya di buka notes. Gambarkan pula denah jalan sederhana beserta gedung patokan yang dilewati. Nah, denah dan catatan ini bisa dijadikan petunjuk jika kita lupa jalan pulang dan terpisah dari rombongan.
3.3. Selalu berangkat dengan rombongan.

Jika memungkinkan, usahakan untuk terus berada dalam rombongan. Jika tidak ada urusan yang sangat penting, misalnya buang hajat, usahakan agar tidak terlepas dari rombongan jamaah.
3.4. Menghubungi petugas haji.

Jika benar-benar terpisah dari rombongan, cobalah untuk menghubungi petugas haji. Petugas ini biasa mangkal di pos-pos tertentu yang ditandai dengan adanya bendera merah-putih. Nomor kontak petugas haji biasanya sudah tercantum di masing-masing taging atau tanda pengenal jamaah haji.
3.5. Selalu membawa tanda pengenal.

Tanda pengenal sangat penting untuk dibawa. Salah satunya agar kita mudah dikenali dan memudahkan menghubungi petugas haji terkait. Pada tanda pengenal terdapat nama haji, kelompok terbang, serta nomor petugas haji yang bisa dihubungi.
3.6. Mencari teman pendamping.

Bagi jamaah haji yang sudah tua, perlu kiranya mencari teman pendamping dari sesama haji yang masih muda. Selain bisa diandalkan untuk mengingat lokasi, jamaah yang masih muda relatif segap dan bisa dimintai tolong jika ada urusan yang tidak bisa dilakukan oleh orang tua.
3.7. Gunakan identitas unik rombongan.

Identitas unik rombongan berfungsi vital untuk memudahkan mengenal rombongan. Jika ada yang tersesat, dengan melihat identitas unik ini maka petugas haji atau sesama jamaah mudah mengidentifikasi. Contoh identitas unik ini di antaranya selempang, slayer, serta pita pada kerudung dengan corak dan warna khusus. (RA)
“Tersesat” di Jalan yang Benar
Anggito Abimanyu ; Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama
JAWA POS, 23 Juli 2012

SAYA bukan ahli ilmu keagamaan. Saya juga bukan orang yang ahli dalam bidang pengelolaan haji dan umrah. Selama ini saya lebih banyak belajar ilmu keuangan. Mulai S-1 hingga S-3, ilmu yang saya dalami juga terkait dengan keuangan.

Karena latar belakang keilmuan itulah, saya sesungguhnya sempat berkeinginan bisa terpilih sebagai salah seorang anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebuah lembaga yang punya wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap perbankan. Namun, dalam tahap seleksi, saya terpental karena suatu hal di semifinal. 


Tapi, inilah rahasia Allah. Saya, dan mungkin juga kita semua, tidak pernah tahu dan tidak pernah bisa membayangkan apa yang sesungguhnya telah digariskan. Kita maunya A, tapi dapatnya justru B. Saya maunya menjadi (anggota Dewan Komisioner) OJK, tapi dapatnya malah Dirjen haji dan umrah.

Namun, alhamdulillah, Allah itu selalu memberikan yang lebih baik daripada yang kita minta. Saya "tersesat". Tapi, insya Allah tersesat di jalan yang benar.


Mandat mengurusi masalah haji dan umrah, yang sekitar 80 persennya sebenarnya juga urusan manajemen, khususnya keuangan, bukan sebuah amanah yang ringan. Beda, misalnya, ketika masih menjabat kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Saat itu tidak ada perasaan was-was meski harus mengelola uang tidak kurang dari Rp 1.200 triliun. Bahkan, justru waktu itu semakin besar uang yang harus dikelola semakin senang. Sebab, dengan uang yang semakin besar, semakin besar pula ruang untuk bisa membantu masyarakat lewat berbagai program.


Tapi, uang yang terhimpun dari dana haji ini beda. Latar belakangnya jelas berbeda dengan uang yang harus dikelola saat di Kemenkeu. Uang haji dikumpulkan dengan jerih payah masyarakat. Mereka harus menabung sekian tahun dan berjuang sedemikian rupa agar bisa mengumpulkan biaya untuk naik haji. Termasuk, anak-anak muda seperti kita rata-rata memiliki pikiran, jika nanti memiliki tabungan, yang pertama adalah untuk menaikkan haji orang tua. Berapa pun biayanya. 


Sebagai orang yang belajar keuangan, secara teknis, sebenarnya tidak sulit mengelolanya. Misalnya, alhamdulillah, dalam dua kali saja pertemuan dengan DPR, saya sudah bisa meyakinkan kalangan parlemen terkait angka biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) 2012. Tapi, terus terang, saya masih merasa kesulitan untuk menjelaskan kepada ribuan jamaah tentang uang mereka yang sudah dikumpulkan sekian tahun. Uang dari berbagai perjuangan demi bisa naik haji.


Setelah resmi dilantik sebagai Dirjen haji dan umrah akhir Juni lalu, Ramadan tahun ini praktis menjadi hari-hari awal merealisasikan tekad membenahi urusan penyelenggaraan haji dan umrah. Bidang yang dianggap sejumlah pihak memang memiliki banyak persoalan pelik.


Kepercayaan jamaah di sini menjadi kuncinya. Tantangan keberhasilan menjelaskan bahwa uang yang mereka keluarkan telah dipastikan sepenuhnya akan kembali ke jamaah hanya bisa diraih dengan trust. Insya Allah, saya sudah punya sejumlah formulanya.

Bagaimana cara saya supaya bisa dipercaya? Apalagi mengingat nama saya kan hanya Anggito Abimanyu. Tidak ada kata Muhammad atau Ahmad yang bisa membawa orang lebih percaya bahwa saya bisa amanah.


Untuk saat ini, saya mulai saja dari hal-hal sederhana. Yaitu, kita raih dulu kepercayaan seluruh pihak yang terlibat dalam urusan haji dan umrah. Misalnya, saya bilang ke teman-teman di Kemenag, "Bapak-bapak sekalian, kalau salat atau beribadah, saya makmum ya. Tapi, untuk penyelenggaraan haji dan umrah, saya imamnya."


Selanjutnya, sebagai imam, saya hapus hak-hak istimewa saya sebagai Dirjen. Tidak ada itu hak istimewa. Kalau kunjungan ke daerah, kami sama-sama naik ekonomi. Tidurnya juga di asrama haji, tidak boleh tidur di hotel. Selain itu, telah saya tegaskan di depan teman-teman di Kemenag, ke depan tidak boleh ada lagi titipan setoran awal haji. Dari siapa pun harus ditolak alias semua harus ikut urutan. Saya tidak mau menyenangkan satu dua orang, tapi kemudian dihujat ribuan orang,


        Mudah-mudahan dengan komitmen ini, setidaknya dimulai dari teman-teman di Kemenag, masyarakat sudah akan percaya bahwa keberadaan saya di sini memang hanya ikhlas beramal. Sampai sekarang saya juga masih tidak tahu digaji berapa atau dapat honor berapa ketika menerima amanah sebagai Dirjen haji. 


Intinya, di Ramadan kali ini, tekad saya ketika menerima amanah ini telah semakin kuat. Yaitu, saya hanya ingin memberikan hidup saya sekarang ini untuk jamaah haji. Demi pelayanan haji yang lebih baik ke depannya.  
Laporan dari Arab Saudi
Selama Dua Pekan, 600 Jamaah Haji Tersesat
Selasa, 2 Oktober 2012 - 14:34 wib wib
Akmal Irawan - Sindoradio
http://img.okeinfo.net/content/2012/10/02/398/698019/geVutllZhY.jpg
MADINAH - Hingga dua pekan berselang, kasus tersesat jalan bagi jamaah haji Indonesia masih mendominasi, bahkan memliki kecenderungan meningkat. 

Kepala Seksi Pengamanan Daker Madinah Payumi Abdul Azis menyatakan, secara total kasus sesat jalan bagi calon jamaah haji indonesia sebanyak 600 kasus, sejak kedatangannya pada 23 Oktober. "Kecenderungan meningkat, seiring dengan bertambahnya jamaah yang pada pekan ini mencapai 50 ribu jamaah," ungkap Payumi Abdul Azis.


Payumi menjelaskan, sebagian besar mereka yang tersesat di jalan adalah faktor adanya kesamaan bentuk gedung di sekitar Masjid Nabawi. "Mereka biasanya bingung menemukan hotel tempat menginap karena bentuknya yang nyaris serupa. Padahal sebenarnya hotel itu ada di depan mereka," kata Payumi.

Dari ratusan kasus, semua dapat diselesaikan dengan mengembalikan jamaah yang sesat di jalan kembali ke pemondokan. "Mereka dapat dikembalikan ke pemondokan masing-masing," ungkap Payumi.


Di sisi lain,  Payumi Abdul Azis menambahkan sebagian jamaah yang sesat jalan adalah mereka yang  berusia lanjut."Jamaah usia lanjut mendominasi, karena sebagian besar calon jamaah haji Indonesia  adalah usia lanjut," kata Payumi.

Untuk itu Payumi mengimbau agar para jamaah usia lanjut menjadi perhatian jamaah lainnya. "Jangan pisah dari rombongan, kenali jalan dan bantu para jamaah usia lanjut," pintanya. Guna mengatasi kecenderungan bertambahnya jamaah yang sesat di jalan, Daker Madinah telah menambah personel pengamanan. Mereka berjaga pada saat-saat waktu salat yang memang padat dan adanya ribuan jamaah. Sementara itu dalam dua pekan ini, Payumi juga mengungkapkan telah terjadi 18 kasus dan aksi kriminalitas yang menimpa jamaah. "Aksi kejahatan itu di antaranya adalah dua kasus perampasan, dua kasus penipuan, dan sisanya adalah kasus kehilangan barang berharga," tutupnya.

(Akmal Irawan/Sindoradio/mbs)
PERAMPOKAN
        Perampokan yang dilakukan oknum masyarakat Indonesia di Tanah Suci. REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Menteri Agama (Menag) H Suryadharma Ali meminta calon haji untuk mewaspadai perampokan itu. "Tahun lalu, ada pencurian uang dan barang di pemondokan, tapi tahun ini ada jamaah yang dirampok di jalanan yang pelakunya bangsa kita sendiri dengan pura-pura memberi pertolongan," katanya di Surabaya, Selasa (11/10).

         Ia mengemukakan hal itu ketika melepas calon haji Jatim dari kelompok terbang (kloter) 25 asal Kabupaten Kediri (419 orang) dan Sidoarjo (26 orang) di aula Bir Ali, Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES). Didampingi Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag RI H Slamet Riyanto, Kepala Kanwil Kemenag Jatim HA Sudjak MAg, dan Wagub Jatim H Saifullah Yusuf, ia menjelaskan perampok itu memanfaatkan calon haji yang bingung.


         "Karena itu, pesan saya, hati-hatilah terhadap orang yang berpura-pura menolong tapi sebenarnya menipu. Tidak semua orang yang datang ke Tanah Suci itu pasti orang baik, tapi justru ada orang yang memanfaatkan situasi," katanya. Dalam kesempatan itu, Menag juga berpesan agar calon haji tidak berbelanja secara berlebihan, karena barang yang dibutuhkan orang Indonesia juga ada di Tanah Suci, seperti sayur petai, jengkol, petis, dan sebagainya.

"Sebaliknya, apa yang ada di Tanah Suci juga ada di Indonesia, karena itu jangan berbelanja oleh-oleh (buah tangan) secara berlebihan, sehingga mengundang niat jahat dari orang lain," katanya.


Tentang pelayanan bagi calon haji saat ini, Menag mengatakan pihaknya sudah berhasil mendapatkan tambahan kuota haji dari Pemerintah Arab Saudi untuk mengurangi daftar antrean calon haji yang semakin panjang, bahkan masyarakat Jatim harus menunggu 10 tahunan.


"Penduduk kita mencapai 237 juta jiwa dan kita seharusnya mendapatkan kuota haji sebanyak 237 ribu, namun tahun ini kita masih mendapatkan 221 ribu, karena itu kami akan terus menerus berupaya mendapatkan tambahan kuota," tuturnya. Namun, katanya, pihaknya sudah menyiasati antrean itu dengan memprioritaskan calon haji yang berusia 60 tahun hingga 100 tahun, sehingga mereka akan cepat berangkat dan tidak akan terlalu lama menunggu antrean.


"Tapi, jumlah calon haji lanjut usia itu mencapai 260 ribu orang, sehingga tidak mungkin dituntaskan dalam waktu satu kali pemberangkatan, karena tidak mungkin calon haji kita itu berusia tua semuanya, apalagi calon haji yang tua itu biasanya berangkat bersama 2-3 anggota keluarganya," bebernya.

Oleh karena itu, katanya, pihaknya mungkin akan menghabiskan calon haji yang berusia 90-100 tahun pada tahun mendatang, termasuk mereka yang baru mendaftar, apalagi tahun ini ada calon haji berusia 104 tahun. Dalam kaitan pelayanan itu pula, katanya, pihaknya juga telah mampu mendapatkan pemondokan terdekat bagi calon haji Indonesia, baik di Mekkah maupun Madinah.

"Tahun ini, 93 persen calon haji kita dengan pemondokan hanya berjarak 2000 meter dari Masjidilharam dan tujuh persen berjarak 2000-2500 meter dari Masjidilharam, bahkan di Madinah sudah 100 persen yang berjarak 500 meter dari Masjid Nabawi," katanya. Kendati demikian, Menag berpesan jamaah haji untuk tetap menjaga stamina, sebab ibadah haji merupakan ibadah yang berat, terutama saat wukuf di Arafah. "Kalau terasa sakit, langsung periksa ke dokter," katanya.


Ketika dikonfirmasi ANTARA saat mendampingi Menag, Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag RI H Slamet Riyanto menyatakan pihaknya akan mengoptimalkan pengamanan tertutup (intelijen) untuk mengantisipasi perampokan itu.


"Kita akan optimalkan intelijen, karena kita sudah menempatkan aparat keamanan dari kalangan Polri dan TNI di Tanah Suci, karena itu mereka akan menyikapi kasus perampokan itu," katanya.
Jamaah Haji Indonesia Alami 35 Kasus Kejahatan
Sabtu, 13 Oktober 2012, 15:01 WIB

Heri Ruslan/Republika
http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/petugas-pengamanan-daker-makkah-rajiman-sedang-memeriksa-seorang-jamaah-_121009145645-911.JPG
Petugas Pengamanan Daker Makkah, Rajiman sedang memeriksa seorang jamaah haji gadungan yang masih mengenakan baju ihram.
REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Jamaah calon haji Indonesia terus berdatangan ke kota Makkah. Hingga Sabtu (13/10) pagi waktu Arab Saudi, total jamaah yang sudah tiba di Tanah Suci mencapai 134 ribu orang dari 328 kloter. Semakin banyak jamaah yang telah tiba, kasus kejahatan yang terjadi juga terus meningkat. 


Menurut Kepala Seksi Pengamanan Daerah Kerja Makkah, Letkol Jaetul Muchlis Basyir, angka kejahatan yang dialami jamaah calon haji Indonesia mencapai 35 kasus. ''Dengan total kerugian mencapai Rp 91 juta,'' ujar Jaetul Muchlis. Menurut dia, jamaah harus lebih berwaspada saat berada di Tanah Suci. Sebab, para pelaku kejahatan mengincar jamaah haji asal Indonesia, baik di Masjidil Haram, pemondokan, dan perjalanan.


Menurut Jaetul Muchlis, modus kejahatan di Tanah Suci bisa berupa penipuan, penjambretan, pemerasan, pencurian, hingga pelecehan seksual. Jamaah sepuh dan yang tersesat, kata dia, merupakan sasaran empuk para pelaku kejahatan.

Jumat (12/10), lima jamaah calon haji asal kloter 9 Surabaya, Jawa Timur yang tinggal di rumah nomor 803 yang berada di Sektor VIII wilayah Misfalah, Makkah menjadi korban pencurian. Uang tunai sebesar Rp 15 juta dan 3.300 riyal disikat maling.


Kelima jamaah itu menginap di tiga kamar berbeda dan disatroni maling saat sedang beristirahat di dalam kamar mereka di lantai 3. ''Jamaah terlelap tidur, karena kecapekan setelah beribadah di Masjidil Haram,'' tutur Jaetul Muchlis. Kelima jamaah yang menjadi korban pencurian itu menginap di kamar nomor 310, 315, dan 320. Di kamar 310 ada tiga jamaah yang menjadi korban. Mereka adalah Zainal Arifin (kehilangan 800 riyal dan Rp 3 juta). Abdul Qudus (kehilangan Rp 9,7 juta dan 36o riyal), serta Surati Suratimah (kehilangan 1,5 juta dan 150 riyal).


            Di kamar 315 yang menjadi korban pencurian adalah Muhtar Aziz (kehilangan 2.000 riyal dan Rp 700 ribu). Sedangkan, di kamar 320 yang menjadi korban adalah Sholeh dengan kerugian Rp 200 ribu.Terkait peristiwa itu, kantor Misi Haji Indonesia daerah kerja Makkah menuntut pengelola hotel nomor 803 yang berada di Sektor VIII, kawasan Misfalah, Makkah membayar ganti rugi.


         ''Sesuai kontak, pihak pengelola hotel harus mengganti uang jamaah yang kecurian,'' ungkap Jaetul Muchlis. Pihaknya telah berkoordinasi dengan kordinator maktab untuk melanjutkan kasus tersebut kepada pihak pengelola hotel dan penginapan. Sepekan sebelumnya, di pemondokan nomor 803 juga sempat terjadi kasus pencurian. Jamaah calon haji yang menjadi korban pencurian pada Jumat (5/10) itu bernama Ngatening. Ia kehilangan uang sebesar Rp 8 juta.

Jamaah Wanita Indonesia yang Dilarikan Supir Taksi di Mekkah
REP | 20 November 2011 | 00:12 http://stat.ks.kidsklik.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_baca.gifDibaca: 1575   http://stat.ks.kidsklik.com/statics/kompasiana4.0/images/img_komen.gifKomentar: 35   http://stat.ks.kidsklik.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_nilai.gif9 aktual
Istri saya baru mengirim sms mengenai kondisi terakhir ketiga jamaah wanita kita yang diculik supir taksi di Mekkah, Arab Saudi. Saya melakukan ini (ngupdate) karena ada teman Kompasianer yang juga  terputus komunikasi dengan ibunya   di Mekkah selama tiga hari.
Saat ini kondisi suami salah seorang  korban di Mekkah atau di hotel penginapan itu depresei berat. Ketiga wanita itu diyakini dilarikan atau diculik supir taksi di Mekkah saat mereka sedang ambil Miqat siang tadi ke luar batas wilayah Mekkah. Pada saat itulah si suami diturunkan dan ketiga wanita itu dilarikan ke arah yang tak diketahui.
Saat saya sms bagaimana kondisi ketiga jamaah korban itu, istri saya mengirim sms begini:
“Blm balik, suaminya nangis terus, jamaah dari jawa.”
Istri saya baru nelpon menceritakan ada tiga orang Indonesia perempuan dilarikan supir taksi di Mekkah . Istri tinggal sehotel dengan mereka. Ceritanya berawal ketika ketiga perempuan itu bersama dengan seorang laki Indonesia berencana ambil Miqat di luar mekkah. Ambil Miqat adalah syarat berhaji yaitu harus pergi ke luar mekkah. Lalu masuk lagi ke kota mekkah.
Maka sewalah mereka taksi yang supirnya entah orang Asia Selatan atau Arab kurang jelas. Di tengah jalan yang sepi, taksi itu ‘mogok’. Disuruhlah penumpang laki-laki Indonesia itu turun mendorong taksinya. Ketika turun itulah supir taksi langsung tancap gas dan melarikan ketiga jamaah haji Indonesia itu.
Kejadian ini terjadi hari ini. Si penumpang laki-laki pulang ke hotelnya dan menceritakan kejadian itu ke orang-orang. Seisi hotel gempar terutama orang Indonesia langsung tak bersemangat lagi ambil Miqat.
Saya justru mengira kejahatan di Mekkah atau musim haji itu hanya berupa pencopetan. Ternyata wanita dilarikan pakai taksi itu memang ada. Istri saya cerita lagi, kira kira minggu lalu ketika istri saya serombongan 4 orang, terdiri dari  1 laki dan 3 perempuan naik taksi untuk ambil miqot si supir taksi membawa mereka jauh dan singgah dua kali ke teman2nya. Si supir ngomong lama dengan kedua temannya. Ini mengherankan, untuk apa si supir membawa mereka ke tempat yang di luar jalur miqat? dan berhenti dua kali ke  teman2 supir itu?

         Istri berpikiran aneh, jangan- jangan dia menawarkan perempuan perempuan Indoneisa itu ke kedua orang itu. Iiihh.. Istri sempat bergidik saat kembali ke hotel. Itu kejadian bisa jadi ada kemungkinan berkaitan dengan  peristiwa supir taksi itu  melarikan ketiga perempuan itu. Perempuan-perempuan Indonesia memang berkali kali sudah diingatkan jangan sekali kali ambil miqat tanpa teman laki. Dan yang paling penting tapi kelihatan remeh jangan sekali kali prempuan naik ke taksi duluan baru laki, tapi sebaliknya adalah laki yang duluan naik taksi.
Sampai sekarang ketiga perempuan yang dilarikan itu belum terdengar kabarnya.

          CERITA seram tentang nasib perempuan asing di Arab Saudi kerap jadi oleh-oleh jemaah haji Indonesia. Kisahnya cukup membikin bergidik handai tolan di kampung. ”Katanya ada perempuan dilarikan sopir taksi di hadapan suaminya. Sampai kini tak ketahuan nasibnya,” begitu bunyi satu cerita, yang tambah seram dibumbui ekspresi takjub penuturnya.
Cerita berikutnya, ada jemaah haji wanita diperkosa dan dibunuh di kamar mandi. Pelakunya, menurut cerita tadi, diperkirakan lelaki Arab yang mengenakan abaya (jubah penutup seluruh tubuh) perempuan. Tapi, ada cerita lain yang tak kalah mencengangkan: ”Jemaah haji ternyata sering ditawari berkencan dengan perempuan nakal asal Indonesia”. Busyet!
Kabar burung tentang perempuan diculik sopir taksi, atau diperkosa dan dibunuh di kamar mandi, mungkin saja isapan jempol. Setidaknya, bisa dipastikan kisah itu tak menimpa jemaah haji Indonesia. Lucunya, cerita itu yang biasanya justru dipercaya.Tapi terhadap cerita praktek prostitusi, tidak sedikit yang membelalakkan mata: apa iya ada pelacuran di sana, melibatkan orang Indonesia pula? Maklum, Arab Saudi kadung diidentikkan tempat suci. Lagi pula, negeri minyak itu menerapkan hukuman keras bagi pelaku perzinahan: bisa dirajam! Siapa yang berani coba-coba?
        Logikanya memang begitu. Faktanya, prostitusi yang melibatkan perempuan Indonesia meruyak di sana. Sebagian saudara kita yang malang itu terbukti digaruk polisi setempat. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Jacob Nuwa Wea, menyebutkan, 118 wanita Indonesia ditahan di penjara atas sangkaan prostitusi. Ikut ditahan, tiga mucikari, juga orang Indonesia. Mereka terjaring razia sejak tahun lalu. ”Sangat memalukan,” kata Jacob kepada Rini Anggraini dari GATRA .
          Laporan Utama: Praktek pelacuran merambah pula ke Mekah dan Madinah. Kaki tangan germo, biasanya lelaki Indonesia, Pakistan atau Bangladesh, tak segan menawarkan jasa perempuan pemuas syahwat asal Nusantara. Seorang jemaah haji Indonesia menuturkan, saat di Mekah, ia sempat ditawari jasa itu, namun ditampiknya. ”Tadinya saya tidak percaya,” katanya, masygul.
Diperkirakan, sedikitnya ratusan perempuan Indonesia terjebak menjadi budak pemuas nafsu kaum lelaki di sana. Kaum hawa itu berusia 20-30 tahun. Ada pula pelacur dari Filipina, Afrika, Syria, Lebanon dan Yordania. Disinyalir, praktek pelacuran ini mulai marak sejak beberapa puluh tahun silam. Ketika itu Saudi mengimpor tenaga kerja besar-besaran, termasuk dari Indonesia.
Pelacur Indonesia sangat mencolok karena paling banyak dan berkelas jalanan. Sebagian besar gentayangan di Jedah, kota industri dan perdagangan yang lebih bebas di banding kota-kota lain di Saudi. Dari sekitar 1,6 juta penduduknya, seperempatnya ekspatriat mancanegara. Terbanyak berasal dari Indonesia, Filipina, Pakistan, dan India.
Tidak sulit mengintip aksi mesum perempuan Indonesia, khususnya di Jedah. Wartawan GATRA melaporkan, mereka biasanya mejeng di banyak tempat, di antaranya di sekitar toko Bandung atau Restoran Bali di distrik Syarafiyyah. Para perempuan itu nongol pukul 23.00 menumpang taksi. Mereka mengenakan kabaya dan kerudung, namun dibiarkan agak terbuka menampakkan kepala, rambut, dan leher.
Menurut Mamad, sebut saja begitu, sopir taksi asal Indonesia di Jedah, kain kebaya dan kerudung terbuka merupakan isyarat tambahan bahwa si perempuan bisa diajak bermesum. Konon, warga Arab sudah ser-seran dibuatnya. Maklumlah, hal-hal yang langka memang lebih mengundang rasa ser-seran. Maraknya peredaran gelap VCD porno juga jadi pendongkrak syahwat.
Para pramusyahwat tadi tak perlu mejeng lama-lama. Sejurus berselang, biasanya satu per satu dijemput lelaki hidung belang, menggunakan taksi atau mobil pribadi. Ke mana mereka bergelut? Kalau si hidung belangnya Arab, biasanya ”main” di hotel. Mereka jelas berduit, meski tak royal.
Bila si lelaki orang Pakistan atau Bangladesh, pasangan mesum itu biasanya melepas hajat di imarah alias apartemen, mirip rumah susun. Imarah tadi bisa tempat tinggal lelaki hidung belang bersangkutan, bisa pula hunian temannya. Si hidung belang ini umumnya sopir taksi atau pekerja kasar.
Toko Bandung (GATRA/Abdullah)Di sana, menyelundupkan wanita bukan muhrim ke imarah sudah jadi perkara mudah. Peraturan pemerintah setempat yang mensyaratkan penyewaan apartemen harus dengan bukti ailah atawa surat keluarga, tidak berlaku ketat. Di samping itu, pemilik imarah juga jarang mengontrol. Jadilah pasangan-pasangan itu bercinta sesukanya tanpa risih atau waswas.
Berapa harga keringat pramunikmat tadi? Pelanggan boleh beda, tapi bayarannya nyaris selalu sama. Untuk kencan singkat, rata-rata syarmuth Indonesia itu cuma dibayar 50 riyal, atau sekitar Rp 150.000. Bayaran ini jauh lebih rendah dibanding pelacur Filipina, yang meski sama-sama kelas jalanan, bayarannya mencapai 200 riyal. Dijajarkan dengan bayaran pelacur Arab yang 500 riyal sekali kencan singkat, nilai cewek kita makin melorot.
Syarmuth Indonesia juga sering dipesan semalaman. Tarifnya 200 riyal. Celakanya, sering digambreng oleh empat lelaki, yang masing-masing membayar cuma 50 riyal. ”Itulah liciknya warga Arab,” ujar seorang sopir taksi yang tahu banyak perihal prostitusi. Herannya, cewek Indonesia jarang protes.
Memang, ada kalanya syarmuth Indonesia mendapat pelanggan Arab cukup royal yang mau membayar 100 riyal atau lebih. Itu bila perempuannya cantik dan pandai merayu. Bagi syarmuth, bayaran ini jelas jauh menggiurkan dibanding menjadi pembantu rumah tangga yang bergaji 400-600 riyal sebulan penuh.
Apa boleh buat, pelacur Indonesia di sana telanjur dikenal sebagai barang murahan. Sampai-sampai melekat julukan melecehkan: abu khomsin. Dalam bahasa Arab artinya barang seharga 50 riyal. Dibandingkan dengan harga sebuah jam tangan biasa, ia cuma bernilai seperempatnya. Kalau dipadankan dengan kudapan di sana, si ”abu khomsin” hanya setara lima mangkok bakso.
Flat di Distrik Bawadi Jeddah (GATRA/Abdullah)Tidak jarang, lelaki hidung belang memanggil syarmuth Indonesia sebagai siti rohmah. Sepintas, kedengaran indah, karena berarti wanita pemberi kasih sayang. Namun, panggilan itu diucapkan dengan cibiran dalam nada dan makna berkonotasi syahwat. Menyedihkan.
Sudah begitu, mereka kerap pula dicemooh pelanggan, menyangkut –maaf– servis di kasur. ”Barang wanita Indonesia kecil, permainannya pelan,” begitu komentar seorang sopir taksi dari Bangladesh kepada GATRA, sambil mencibir. Padahal, menurut seorang syarmuth asal Jawa Barat, sebut saja Yuyun, setiap kali kencan, mereka berupaya maksimal mengimbangi pasangannya.
          Namun Yuyun mengakui, orang Arab, India atau Bangladesh bertenaga besar. Soal daya tahan? ”Ah, sama saja dengan orang kita, ada yang lama, ada sebentar,” kata Yuyun, mesam-mesem. Perempuan 23 tahun ini mengaku baru beberapa bulan melacur setelah kabur dari majikannya di Mekah. Katanya sih, ia belum lama menjadi pembantu rumah tangga di sana. Ia kabur atas bantuan sopir taksi orang Indonesia, yang belakangan justru menjerumuskannya ke dunia prostitusi. Sayang ia tidak mau cerita lebih banyak.
           Menurut keterangan yang dikumpulkan GATRA , tenaga kerja wanita (TKW) yang kabur, lari dari tempat majikannya sangat berpotensi menjadi pelacur. Soalnya, si ”dewa penolong” lebih sering kawanan kaki tangan mucikari. ”Ada semacam sindikatnya,” kata Abdul Wahid Maktub, mantan Konsulat Jenderal RI di Jedah tahun 2001-2002.
            Kawanan sindikat itu biasanya sudah mengincar mangsanya sejak tiba di Kedutaan Besar RI atau kantor konsulat di Arab Saudi. Kawanan ini dengan mudah memperoleh nomor kontak dan alamat calon majikan si TKW. Beberapa waktu berselang, si TKW dikontak, ditanyakan bagaimana keadaannya. Jika TKW tidak betah-bisa lantaran disiksa, gaji tidak dibayar, atau mengalami pelecehan seksual– ia dibujuk agar kabur. Si TKW percaya karena merasa sesama orang Indonesia.
           TKW Siap Berangkat di Cengkareng (GATRA/Wisnu Prabowo)Lalu diaturlah agar TKW membuang sampah, atau berbelanja. Kemudian dijemput mobil. Pakaian abaya memungkinkan si TKW berlagak sebagai muhrim sang penjemput. TKW pelarian tadi dibawa ke penampungan milik mucikari. Biasanya berupa apartemen, atau gedung bekas hotel yang disewa bulanan. ”Hampir di tiap kota di Saudi ada penampungan ini,” kata Wahyu Susilo, Sekretaris Eksekutif Konsorsium Pembela Buruh Migran Indonesia, kepada Rury Feriana dari GATRA.
Menurut penuturan Syafril Syafei, seorang sopir yang pernah bekerja di Mekah kepada Yohansyah dari GATRA, dari penampungan itulah para TKW pelarian tadi dijerumuskan ke dunia prostitusi. Mereka tak berdaya. Sudah tak ada uang, surat identitas tercecer pula. Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang mengirimnya juga tak mau tahu lagi.
Modus seperti ini berlaku pula bagi TKW yang datang dengan visa umroh. Atau, para TKW yang nekat kabur begitu saja dari majikannya. Mereka luntang-lantung di negeri orang, dan akhirnya jatuh ke tangan germo. Sebagian di antaranya memang pernah menjadi perek di Tanah Air. Walhasil mereka gampang nyemplung lagi ke praktek nista itu.
         Awalnya, para TKW pelarian menjadi simpanan sopir penolongnya. Ada yang dinikahi secara sirri, ada pula yang ”ditancap” begitu saja. ”Setelah kenyang, dijual ke temannya dengan bayaran 50 riyal sekali pakai,” kata Ustadz Fudoili, aktivis Partai Keadilan Arab Saudi, yang banyak memantau masalah pelacuran ini. Belakangan, sebagian syarmuth itu lebih suka memilih pelanggan mukimin (orang asing yang menetap di Arab) non-Indonesia. ”Sekarang, kalau (main) dengan orang Indonesia saya malu,” kata Lulu, nama samaran pelacur asal Kalimantan.
          Aktivitas esek-esek yang ini memang diatur cukup rapi. Umumnya mucikari melayani pesanan lewat telepon selular (ponsel). Pelanggan cukup mengirim SMS, syarmuth diantarkan sopir taksi yang dipercaya mucikari. Tempat ”penjajakan” dilakukan di pasar swalayan atau di rumah sakit. Bila cocok, pasangan itu segera menuju apartemen atau hotel.Tapi, tidak sedikit dijumpai syarmuth Indonesia yang beroperasi sendiri. Para wanita penghibur ini menggunakan beberapa trik. Bisa dengan menyebar nomor ponselnya, atau kadang mejeng langsung. Di Madinah, misalnya, mereka berkeliaran di warung dan pertokoan dengan menyematkan pita kecil berwarna merah di pundaknya.

          Penjara Briman (GATRA/Abdullah)Lelaki hidung belang biasanya mahfum. Kalau syur, ia langsung menggandeng si wanita. Selanjutnya terserah mereka. Kadang, justru si lelaki yang aktif memberi sinyal bahwa ia butuh cewek. Caranya, berjalan bolak-balik sembari memainkan jari tangan. Acap lelaki Arab kelewat agresif. Mengira setiap perempuan Indonesia adalah perek, hingga main sosor sembarangan. Kontributor GATRA Abdullah dan Wahid di Saudi melaporkan, di keramaian sering terlihat lelaki Arab mengejar setiap perempuan Indonesia sembari menyodorkan nomor ponselnya. Maksudnya, minta dihubungi guna mengatur kencan. ”Akibatnya, sering kejadian saling hardik,” tutur H. Abdullah Umar, staf Konjen RI di Jedah.
Sebetulnya, praktek prostitusi ini sudah lama dan jadi rahasia umum di Saudi. ”Kami sudah tahu sejak 1980-an. Di Mekah, pelacurnya orang kita semua,” kata Ustadz Habib Muhammad Rizieq, Ketua Umum Front Pembela Islam, kepada Luqman Hakim Arifin dari GATRA. Gusar dia.Herannya, selama ini jarang ada razia oleh polisi setempat. Kabarnya, polisi kesulitan menangkap pelaku zina yang kerap berlindung dibalik ”ayat” perkawinan sirri. Rumor lain yang belum dikonfirmasi, polisi main mata dengan pelaku prostitusi, termasuk mendapat jatah ”dilayani”.
Entah kenapa, baru setahun lalu kepolisian getol merazia. Ratusan mukimin Indonesia kena garuk. Sebagian karena tidak punya dokumen keimigrasian lengkap, sebagian lagi -118 wanita plus tiga pria– disangka terkait prostitusi. Ada yang malah tertangkap basah bermesum. Harian Okaz yang terbit di Jedah, Februari silam melaporkan perihal seorang wanita Indonesia digrebek sedang bermesraan dengan lelaki Thailand di Mekah.
Kini para tersangka meringkuk di penjara briman, Saudi. Menteri Jakob Nuwa Wea telah meminta bantuan KBRI di Riyadh untuk membantu penyelesaian kasus itu. Namun, sejauh ini pihak KBRI baru mengirim penerjemah. Bantuan hukum belum diupayakan kongkrit.
Suasana Tempat Penampungan TKI di Jeddah (Dok. GATRA/Mauludin Anwar)Terkuaknya kasus prostitusi ini kembali menunjukkan amburadulnya nasib TKW di luar negeri, khususnya di Saudi. Betapa tidak, di rumah majikan mereka kerap disiksa dan dilecehkan secara seksual. Tidak jarang ada yang sampai hamil, dan melahirkan anak di kampung halaman. ”Ada TKW diperkosa majikannya, kemudian dipaksa melacur di Mekah,” tutur Salwa dari Solidaritas Perempuan, mengutip pengaduan yang masuk ke lembaga itu pada 2000.
Ketika kabur dari tindasan majikan, mereka disambar teman sebangsa sendiri untuk dijadikan pelacur, dengan harga banting pula. ”Citra Indonesia sudah busuk di sini (Arab). Martabat bangsa telah jatuh ke titik terendah,” ucap Ustadz Fudoili, yang sangat aktif di Islamic Center Jedah. Semua itu terjadi lantaran TKW kelihatan bodoh dan penakut. ”Sehingga sama sekali tak punya posisi tawar,” kata Iva Kusuma dari divisi hukum Solidaritas Perempuan. Maklumlah, TKW yang dikirim kebanyakan orang udik yang tak berpendidikan.
Selain itu, setiba di tujuan, praktis tak ada koordinasi sama sekali dengan PJTKI yang memang tak peduli, atau KBRI. Rekan sebangsa pun tega mematuk mereka. Dalam pandangan Brigjen Aryanto Sutadi, Direktur I Keamanan dan Transnasional Mabes Polri, semua karakter tadi, ditambah sikap suka ”gelap-gelapan” dari TKW/TKI, membuat kasus itu sulit diberantas.
Itulah sebabnya, jauh sebelum kasus prostitusi ini terkuak lebar, sudah kencang desakan agar pemerintah menyetop pengiriman TKW ke Arab. Toh, program itu jalan terus, demi devisa. Baru setelah sejumlah negara Islam menyetop pengiriman tenaga kerjanya ke Saudi, pemerintah RI menetapkan larangan serupa, Februari 2003.
Tapi, tiga bulan berselang larangan itu dicabut. Habib Rizieq kecewa. ”Seharusnya pengiriman TKW distop total. Harga diri bangsa lebih penting daripada devisa,” ujarnya. Mudah-mudahan, suatu ketika suara-suara bermartabat semacam itu direspon serius pemerintah.Taufik Alwie, Sujud Dwi Prastisto, dan Mahrus Ali (Arab Saudi).
[Laporan Utama, GATRA, Nomor 33 Beredar Senin 30 Juni 2003]
13 Responses to Mekah ada pelacur Indonesia
  1. jihad says:
Mulutmu bangsat jngn ngomong sembarangan aq bunuh km PKI…mr nunusaku BANGSAT , ASU, ANJING,BIADAB KM BAJINGAN…tolong polisi untuk menangkap bajingan ini,atau biarkan umat islam yg membunuhnya…saya tidak terima nabi MUHAMAD SAW di hina seperti itu…”ALLAHU AKBAR”…
Balas  
Buat mas jihad ini ga ada hub dgn agama,tapi sy juga pernah ke jedah dan ada yg menawarkan seperti itu,sy hanya berharap pengiriman TKI kesaudi distop krn mereka menindas martabat bangsa dan perlakuan ke TKI yang sangat tidak senonoh.TKI yg lari dari majikan trus jadi pelacur itu benar,biasanya mereka melacur hanya unk cari ongkos pulang krn majikan ga mau membiayai onkos pulang.
                      



                        BAB      II
            SYAIR MANASIK HAJI

Ada tiga macam, persiapan haji,
Pertama harta, dizakati.
Kedua tobat, petang dan pagi,
Ketiga, maafkan orang, zalim dan dengki.
                                         
                    Jauhi pesan tetangga, berbau munkar,
                    Misalnya disuruh, menguburkan gambar.
                    Di padang Arafah, luas dan besar,
                    Dari problem apapun, mudah keluar.

Ada yang minta, dibawakan kerikil,
Bekas melontar, batunya kecil.
Tolong dibawa, ke tanah air.
Untuk menangkal, ilmu sihir.

                    Berbuat syirik, mata berubah,
                    Tidak bisa, melihat ka’bah.
                    Dalam hayalannya, ada gempa.
                    Masjid  roboh, dirasakannya.

Janganlah dosa, jadi penghalang,
Kepada orang tua, dan semua orang.
Harta warisan, dibuat terang,
Jangan gelap, dan remang-remang.

                     Gelombang kedua, kalau diambil,
                     Letakkan pakaian, dalam tas kecil.
                     Memakai ihram bisa, dari tanah air,
                      Langsung ke Makkah, terus bergilir.

Tentengan kecil, berisi buku kesehatan,
Surat muhrim, diperlihatkan.
Semua dokumen, harus aman,
Jangan sampai, ketinggalan.

                         Misalnya berangkat, hari senin,
                         Kopor di antar, sejak kemarin,
                         Supaya tersusun, sesuai disiplin,
                         Isinya jangan, padat berpilin.

Tas kecil, dibnawa, ke Batam,
Anduk dan sabun, satu macam.
Beratnya tidak lebih, tujuh kilogram,
Semua dokumen, sudah digenggam.

                  Pasport dipegang, pimpinan maktab,
                  Kemudian dipegang, supir bus yang tetap.
                  Bisa disimpan, di tempat menginap.
                  Jangan sampai, salah dan khilaf.

Pasport tertinggal, atau hilang,
Jika banyak, membawa barang.
Karena sulit, untuk mengenang,
Pikiran selalu, melayang-layang.

                   Jika anda, diberi gelang,
                   Dipakai terus, jangan hilang,
                   Di sana tertulis, nama setiap orang.
                   Serta alamat, jelas dan terang.

Kadang-kadang terpisah, suami isteri,
Karena kamarnya, dibatasi.
Nomor-nomor penting, dihafal secara pasti.
Mudah dalam, saling mencari.

                   Berangkat ke Bandara, memakai batik,
                   Seragam Indonesia, terasa cantik.
                   Ketetapan pemerintah, jangan diusik,
                   Rasa kebersamaan, sangat simpatik.

Uang seribu, lima ratus rial,
Dikembalikan secara, individual.
Di tanah suci, itulah bekal,
Di tali pinggang, dapat disempal.

                    Tidak semua doa, wajib dihafal,
                    Sekedarnya saja, sebagai modal,
                    Bahasa apapun, tidak disangkal,
                    Asalkan permintaan, yang masuk akal.

TENTANG NAIK HAJI
Kecap disimpan diatas tempayan
Tudong saji lebar  dibuat topi
kami ucapkan selamat jalan
Jemaah haji kal bar ketanah suci

Anak tupai  memakai topi
           Lagi berkemah di sebuah  pondok
  Kalau sampai ketanah suci
            beli kan saya , kurma dan songkok

memakai kemeje warna merah
dapat hadiah main drama
tempat belanje bukan di mekah
tapi ibadah niat utama

      Meggiling mangga, jauhkan biji
Ambil sari, buang tempulur
        Diiringi doa keluarga dan famili
       Agar menjadi, haji yang mabrur.
                              
Sepiring pengat,  ditudong saji
Campur pengkang dari peniti
Jangan sekedar ,  bergelar haji.
Biar terpandang, dan minta puji.

                                   
                                 Di tepi kali, menanam mangga.
                                 Ada petani, memasang jerat,
                                 Orang tua jangan disanggah
                                 Agar selamat, dunia akhirat.

Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

                                 Banyak sayur, dijual di pasar
                                 Banyak juga, menjual ikan
                                 Maafkan kesalahan, yang besar,
                                 Kesalahan yang besar, dilupakan.

Kalau harimau, sedang mengaum,
Bunyinya sangat berirama,
Baca bismillah, sebelum minum,
Agar penyakit, semuanya sirna.

                                  Hati-hati menyeberang
                                  Jangan sampai titian patah
                                  Hati-hati di rantau orang
                                  Jangan sampai berbuat salah

Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan

Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah

                             Anak ayam turun sepuluh
                             Mati satu tinggal sembilan
                             Tuntutlah ilmu, dengan sungguh-sungguh
                              Supaya terjawab, tantangan zaman.


Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan putus harapan

                               Anak ayam turun delapan
                              Mati satu tinggal tujuh
                              Hidup harus penuh harapan
                              Jadikan itu jalan yang dituju.

Ada ubi,  ada  atas talas
Seloka lama, sangat terkenal,
Ketika muda, bermalas-malas.
Di hari tua, pasti menyesal.

Sebab pulut, santan binasa,
Ungkapan kuno,mudah diingat,
Jahat mulut, badan binasa,
Salah ucap, segera bertobat.


                        Bunga mawar, bunga melati
                        Kalau dicium, harum baunya
                        Banyak cara, sembuhkan hati
                        Baca Quran, paham maknanya

Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati

                        Ke hulu membuat pagar
                        Jangan terpotong batang durian
                       Cari guru tempat belajar
                        Supaya jangan sesal kemudian

Tiap nafas tiadalah kekal
Siapkan bekal menjelang wafat
Turutlah Nabi siapkan bekal
Ajarkanlah  ilmu, yang bermanfaat
Kumpulan Pantun Nasihat Pilihan
Kayu cendana diatas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Ada dunia memang begitu
Benda yang buruk, memang terbuang


Roboh kemuning,  di tengah badai,
Tmbuh lagi,  semakin tinggi.
Berunding dengan, orang tak pandai
Bagaikan alu, pencungkil duri.

                         Parang ditelak, ke batang sena
                         Belah buluh teruhlah temu
                         Kalau pekerjaan, tidak sempurna,
                         Tandanya tak sungguh, menimba ilmu.

Padang temu padang baiduri
Tempat raja membangun kota
Bijak bertemu dengan jauhari
Bagaikan cincin dengan permata

                        Nenek sihir, membeli peniti,
                        Panah beracun, banyak diikat.
                        Bilanya emas, banyak di peti,
                        Apapun kerja,  bisa dibuat.

Jalan-jalan, minum jamu,
Jangan lupa,  beli sukun.
Jika ingin, jadi penemu.
Buatlah percobaan, dengan tekun.


                           Monyet bergelar si buruk rupa
                           Suka memanjat, pohon jambu
                           Ayo kawan,  selagi muda
                           Kita berlomba, mencari ilmu.

Buah jambu,  mudah  dipetik,
Disimpan orang, di sisi jalan.
Wahai anakku, ganteng dan  cantik.
Lambat bangun, mewarisi kemiskinan!

                           Kemana kancil,  kita kejar
                           Dalam belukar,bisa dicari.
                           Ketika kecil, rajin belajar
                           Setelah besar, senanglah diri.

Jangan bersembunyi di kolong
Di kolong meja ada hewan
Janganlah engkau menjadi sombong
Orang sombong sedikit kawan

                          Ular terkapar, di tengah jalan,
                          Terhambat orang , menuntun sapi.
                          Belajar cuma asal-asalan
                          Bagai bunga, kembang tak jadi.

Oleh-oleh dari Sukabumi
Jangan sekedar sepatu sandal
Boleh kita krisis ekonomi
Asalkan jangan krisis moral

                                 Anak raja, Inderagiri.
                                 Di pagi raya, makan ketupat,
                                Konsumsilah, makanan bergizi.
                                Agar tubuh,  menjadi kuat.

Makan tahu di tepi jalan
Sambil lihat kuda lari kencang
Anakku yang kubanggakan
Jangan pernah lupa sembahyang

                               Sang penyair, naik kereta,
                               Sang Puteri, selalu, mendekat.
                               Tidak ada artinya,  kaya harta
                               Jika sampai,  lupa akhirat.

Baju penyair, tersiram tanah,
Kerja di sawah, sampai malam.
Janganlah anda, suka memfitnah,
Fitnah itu, amatlah kejam.

                                Sebulan tidak, terlalu lama,
                                Berpisah penyair, dengan Putri.
                                Tak jadi soal, beda agama.
                                Persaudaraan,  tetap bersemi.

Tersesat penyair, di satu lorong,
Lorong bertenda, di hujan rintik.
Jika engkau suka berbohong
Itulah tanda, orang munafik.

                              Padi merunduk,  tanda berisi,
                              Kupu-kupu, hinggap di bara.
                              Jangan terpaku, di depan televisi
                              Ambil buku, belajar   segera.!

Di Airtiris,  makan keladi,
Jangan lupa,  duduk beralas.
Jika kita,  berhutang budi
Jangan lupa,  untuk membalas.

                             Ada kaca, berwarna merah,
                             Dibawa nenek, minum jamu.
                             Daripada, bersandiwara,
                             Lebih baik,  menuntut ilmu.

Buat apa menyeterika
Kalau bajunya basah
Buat apa mencari dia
Kalau dia putus sekolah

                             Naik sepeda menerjang pagar
                             Sungguh malu jatuh terjengkang
                             Zaman sekarang, malas belajar
                             Kelak hidupnya,  dihina  orang.

Satu dua tiga dan empat
Lima enam tujuh delapan
Tuntutlah ilmu sampai dapat
Sudah tua menyesal, jangan

                           Buaya Afrika, menggigit belalai,
                           Gajah tersentak, terperanjat.
                           Wahai kawan,  janganlah lalai,
                           Mari belajar, dengan giat.







                                        

  Disertasi

ANALISIS YURIDIS TENTANG  HUKUMAN FISIK TERHADAP ANAK-ANAK
(Perbandingan Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Dan Hukum Islam)
Oleh
 Mhd. Rakib
  Nim : 08 S3 007





Diajukan Kepada Sekretariat Program Pasca Sarjana S3
Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Doktor
Pada Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim
Riau, Di Pekanbaru 2012




LEMBAR PENGESAHAN
PENULISAN DISERTASI HUKUM ISLAM
ANALISIS YURIDIS TENTANG  HUKUMAN FISIK
TERHADAP ANAK-ANAK
   (Perbandingan Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Dan Hukum Islam)
Disusun dan diajukan Oleh :

Mhd. Rakib
Nim : 08 S3 07

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk dilakukan
Ujian Tertutup Hukum Islam
Pada Tanggal :
 DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I                                                      Pembimbing II


Prof.Dr.Sudirman M.Johan, M.A.                              Prof.Dr. Syafrinaldi, M.CL

Mengetahui
Direktur Pascasarjana UIN Suska

Prof.Dr. Mahdini, M.A.
Pernyataan Keaslian Karya ilmiah


 Dengan pernyataan  ini saya, yang bertantangan di bawah ini dengan sesungguhnya:

              Nama     :     Mhd.Rakib
              NIM       :     08  S3  07
              Status     :     Mahasiswa  S 3 UIN Suska Riau

Menyatakan bahwa karya ilmiah / disertasi  ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan Karya Ilmiah ini belum pernah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk menempuh gelar Kesarjanaan Strata Tiga (S3) dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau. maupun Perguruan Tinggi lain.

Semua informasi yang dimuat dalam karya Ilmiah ini yang berasal dari penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak, telah diberikan penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari karya Ilmiah / Tesis ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis.

                                                                  Pekanbaru,  18 Maret     2012
                                                            Penulis


                                                                                Mhd.Rakib

                    Quran Surah  al-Taghabun 64:14

 (Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.)


ABSTRAK
            Orang tua dan guru, diancam dengan hukuman penjara, jika memukul anak didiknya, atau memberikan hukuman fisik lainnya. Karena itu, disertasi ini berupaya mengungkap permasalahan yang ditimbulkan oleh hukuman fisik, serta sebab-sebab   diperlukannya  hukuman fisik yang tidak melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Hal ini mendesak untuk ditelti, karena  sudah  banyak korban, baik dari pihak anak didik, maupun dari pihak orang tua dan guru. Kesenjangan ini, terjadi di sekolah umum, maupun di sekolah agama. Masalah pokok disertasi ini adalah  hukuman fisik, yang dilarang oleh Undang-undang secara tegas, bahwa guru dan siapapun, di sekolah dilarang untuk memberikan hukuman fisik kepada anak-anak. Kemudian diperkuat oleh konvensi PBB untuk hak-hak Anak, bahwa: ”Tak seorang anakpun boleh mendapatkan hukuman, yang merendahkan martabat kemanusiaan. Tetapi hukum Islam mempunyai ketentuan lain yang lebih detil(Lex specialis).       
          Penulis menggunakan metode analisis, yang merupakan pengembangan  dari metode deskriptif. Fokus untuk mendeskripsikan, membahas, mengkritisi dari sisi formal dan material terhadap Undang-Undang RI, Nomor 23 tahun 2002, secara induktif. Temuan baru yang penulis dapatkan adalah paradigma psikologi hukum, berkaitan dengan teori Gannoe, yang menyatakan bahwa anak umur 6 tahun boleh dipukul ringan. Walaupun dalam Hukum Islam anak tidak shalat, boleh dipukul setelah berumur sepuluh tahun, namun teori Ganneo in, secara tidak lansung, ada kaitannya dengan maqashid al-syari’,tentang mafsadat dan maslahat memukul anak.  Kemudian sebagai acuan  penelitian ini, juga memakai doctrinal research (sosiologis) melalui library research yang bersifat komparatif antara Undang-Undang perlidungan anak Indonesia yang berdasarkan HAM dan Hukum Islam yang berdasarkan Al-qur’an dan hadits.

Kata kunci: Hukuman fisik tanpa kekerasan





ABSTRACT


             Parents and teachers, is punishable by imprisonment, if it hit their students, or other physical punishment. Therefore, this dissertation attempt to uncover the problems posed by physical punishment, as well as the causes of the need for physical punishment does not violate human rights (Human Rights). It is urgent to research, because so many victims, both from the students, as well as from the parents and teachers. This gap, took place in public schools, as well as in religious schools. The subject matter of this dissertation is a physical punishment, which is prohibited by the Act expressly, that teachers and anyone else at school is prohibited to give corporal punishment to children. Then amplified by the UN convention for the rights of children, that: "No child should be punished, that undermine human dignity.But Islamic law has other more detailed provisions (lex specialis).

           The author uses the method of analysis, which is the development of descriptive methods. Focus to describe, discuss, criticize from the formal and material to the Indonesian Republic Act, No. 23 of 2002, is inductive. The new finding is that the authors get psychological paradigms of law, linked with Gunnoe theory, which states that children age 6 years may be beaten lightly. Although Islamic law children do not pray, be struck after the age of ten years, but Gunneo in theory, if only indirectly, anything to do with the maqasid al-shari'ah ', about mafsadat and beneficiaries are hitting the child. Then as the reference study, also using doctrinal research (sociological) through library research that is comparative between the child Protection Act of Indonesia based on human rights and Islamic law is based on the Qur'an and hadith.

Key words: Physical punishment without violence.





KATA PENGANTAR
             Berkat rahmat dan hidayah Allah Yamg Mahakuasa penulis dapat menyelesaikan penyusunan disertasi ini, dengan judul “ANALISIS YURIDIS TENTANG HUKUMAN FISIK TERHADAP ANAK-ANAK (Perbandingan Antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 dan Hukum Islam).  Penelitian ini, dilakukan berdasarkan fenomena kekerasan yang terjadi di tengah-tengah masarakat, berupa hukuman fisik oleh orang tua dan guru, terhadap anak-anak, untuk menanamkan disiplin terhadap anak-anak binaannya.

                Pertama kali penulis masuk program S3 adalah di UNRI, kerjasama dengan UGM, tahun 2003. Proposal tentatif yang penulis ajukan tentang konflik etnis yang berujung di pengadilan, tapi kuliah ini, sabtu minggu, akhirnya dilarang oleh Dirjen Diknas waktu itu. Kemudian Unri bekerjasama pula dengan UI Depok, juga terhenti, padahal proposalnya sudah penulis ajukan tentang sosiologi pendidikan. Kemudian penulis mendaftar pula di University Malaya (UM) di Kuala Lumpur,tahun 2007. Proposal yang penulis ajukan  tentang perbendaharaan falsafah Melayu mengenai etos kerja. Tetapi juga tidak berlanjut. Nah inilah baru berlanjut, setelah penulis kuliah lagi untuk kelima kalinya di UIN Suska Riau, mulai tahun 2008 dengan mengambil kajian tentang hukuman fisik terhadap anak-anak di lingkungan sekolah.        
             Tidak dapat dielakkan kejadian yang benar-benar nyata, khususnya di Kepri, tersiar di surat kabar Sijori, Batam, Selasa, 03 November 2009 . Gara-gara Tidak Bisa Membaca ,seorang murid SD di Ranai-Natuna dihukum dengan dipaksa meminum  air liur di depan kelas. Berbagai tindakan kekerasan dan pelecehan yang terjadi pada anak, dalam istilah psikologi dan kriminologi kerap disebut sebagai child abuse, perlakuan kejam pada anak. Ada empat model child abuse. Pertama emotional abuse, perlakuan ini muncul dengan modus membiarkan dalam kondisi tidak menyenangkan yang dialaminya. Kedua, Verbal abuse, terjadi ketika si ibu –atau siapa saja yang dekat saat itu dengan anak-, membalas atau merespon reaksi anak dengan kata-kata perintah dan larangan, misalnya menyuruh anak itu untuk “diam” . Sebaliknya guru-guru saat ini, merasa tidak dilindungi oleh undang-undang, ketika melaksanakan profesinya, khususnya ketika harus menegakkan disiplin, di mana anak didiknya harus diberikan sanksi hukuman, yang kadang-kadang dituduh melakukan kekerasan, sehingga dilaporkan kepada pihak kepolisian. Bahkan guru-guru dituntut dengan hukuman penjara, atau denda sampai puluhan juta rupiah.
             Bahkan Komnas Perlindungan Anak mencatat terjadinya 688 kasus kekerasan pada anak, 381 meliputi kekerasan fisik dan psikologis. Dan 80 persen pelaku kekerasan adalah ibu kandung korban.
Keluarga dan orang terdekat (significant others) yang seharusnya melindungi dan menyayangi anak justru terkadang menjadi penyebab anak menemui ajalnya. Lantas bagaimana? Lazimnya interaksi antara orangtua dan anak dalam kehidupan sehari-hari melahirkan model transformasi nilai atau bahkan pewarisan budaya yang dianut orangtua. Nilai-nilai itulah yang kemudian dijadikan sebagai pegangan bagi anak untuk berinteraksi dengan dunia yang lebih luas pada fase kehidupan selanjutnya. Dengan begitu jelas nilai-nilai yang dimiliki orangtua memberi pengaruh besar terhadap kehidupan seorang anak memiliki pengaruh langsung terhadap anak, dibanding nilai-nilai masyarakat.
              Studi yang penulis lakukan, memilki aspek kebaruan atau hal yang “baru” yaitu  adanya sedikit keterkaitan  teori di luar hukum, dengan maqashid al-syari’ah, misalnya teori yang mengatakan bahwa anak yang dipukul waktu kecil, akan lebih sukses dan lebih kuat daya juangnya di masa depan. Teori itu disebut teori Gannoe, berasal dari ahli psikologi Inggris yang bernama Marjorie Gannoe. Kemudian penulis mengungkapkan sisi kesamaan dan perbedaan antara UU Perlindungan anak dan Hukum Islam. Apa pula hukumnya memberikan hukuman fisik terhadap anak-anak?.Hal ini sangat mendesak untuk dijawab. Karena terjadi di seluruh wilayah nusantara, dengan berbagai macam variasi. Inilah arti pentingnya kehadiran disertasi ini.
                    Setelah berkonsultasi dengan pembimbing, disertasi ini, out line nya sedikit berubah, yaitu makin diperkuat, menjadi enam bab, yaitu Bab I Pendahuluan. Bab II Identifikasi Hukum Islam. Bab III Dimensi Hukum Islam. Bab IV Identifikasi Undang-Undang Perlindungan Anak. Bab V Undang-Undang Perlindungan anak, dalam perspektif Hukum Islam. Bab VI Simpulan. Sistematika ini, merupakan suatu wawasan yang baru bagi penulis. Diertasi ini, sudah menggunakan lebih kurang 660 catatan kaki, dan 675 halaman. Setelah penulisan draft disertasi ini selesai, penulis melakukan konsultasi  dengan Bapak Dr.Arravi Abduh,M.A., sebagai sekretaris PPS, UIN Suska Riau. Penulis melakukan konsultasi beberapa kali dengan Prof.Dr. Amir Lutfi dan Prof. Dr. Alayiddin Koto, MA. Kemudian penulis diberi dua orang pembimbing tetap, yaitu Bapak Prof.Dr.Sudirman M.Djohan M.A dan Prof.Dr.Syafrinaldi,M.Cl. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak  yang telah berjasa kepada penulis mulai sejak awal masa kuliah penulis , sampai  disertasi ini selesai ditulis, antara lain:
1.     Prof. Dr. H.Muhammad Nazir, M.A., Rektor UIN Suska Riau, karena telah membuka  program doktor (S 3) di Pekanbaru, sehingga penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program ini, tanpa hambatan apapun.
2.     Prof. Dr. Mahdini, M.A., karena telah mempermudah urusan admintsrasi perkuliahan, sehingga semua kegiatan perkuliahan dapat berjalan menurut yang semestinya.
3.      Prof.Dr.Sudirman M.Djohan M.A., karena telah mengoreksi setiap bab, bahkan setiap lembar dari draft disertasi ini, sehingga mengurangi kejanggalan kata dan pragraf yang terlanjur penulis tampilkan.
4.      Prof.Dr.Syafrinaldi,M.CL. karena telah meluangkan waktu begitu banyak untuk penulis, di sela kesibukan beliau sebagai direktur Pascasarjana UIR dan sekaligus, sebagai dekan fakultas hukum UIR, pada pertengahan tahun 2012. Perubahan demi perubahan yang beliau turunkan dalam koreksian beliau, dirasakan samgat menambah wawasan penulis.
5.      Kepala perpustkaan pascasarjana UIN Suska, karena telah meminjamkan banyak buku yang penulis perlukan.
6.      Deci Masdiani, M.Pd.,Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan(LPMP) Provinsi Riau yang telah memberikan izin belajar di program S 3, sehingga penulis dapat meinggalkan tugas di kantor, secara legal dan tidak mengganggu tugas pokok penulis.
7.      Dra. Syarifah Yusuf, Kepala SMP Tunas Harapan Yayasan Masjid Al-Mujahdin Labuhbaru Pekanbaru- Riau, sekaligus sebagai penulis dalam rumah tangga, dan telah dikaruniai empat orang putra-putri. Penulis merasa sangat termotivasi dengan dan terbantu dalam bidang dana dan sarana untuk merampungkan penulisan disertasi ini.

            Masih banyak nama lain yang berjasa yang membantu penulis dalam penyelesaian disertasi ini, yang belum disebutkan, karena ingin menyederhanakan sebagaimana layaknya sebuah kata pengantar. Kepada yang belum disebut namanya, penulis hanya mendoakan kepada Allah, semoga jasa mereka diberi ganjaran yang baik di sisi Allah SWT.
                                                                         Pekanabaru 23 Maret 2012.
                                                                                           Penulis
                                                                              


                                                                                   Muhammad Rakib






DAFTAR ISI

Motto..................................................................................................................................................... i
ABSTRAK............................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................iii
BAB     I  PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................................................13
C. Signifikansi penelitian..............................................................................................................20
D.Tinjauan Pustaka.........................................................................................................................37
E. Metode Penelitian......................................................................................................................38

BAB    II  IDENTIFIKASI HUKUM ISLAM
A.Sumber Hukum Islam..............................................................................................................41
B.Kakateristik Hukum Islam.....................................................................................................69
C.Maqasid al- Syari’ah Dalam Hukum Islam........................................................................76
D.Subjek dan Objek Hukum Islam.........................................................................................198

BAB     III  DIMENSI HUKUM PIDANA ISLAM......................................................................81
A.Esensi Hukum Pidana Islam...................................................................................................81
B.Karakteristik Hukum Islam....................................................................................................84
C.Subjek dan Objek Hukum Pidana Islam.............................................................................89
D.Hukum Hudud............................................................................................................................94
E.Hukum Ta’zir..............................................................................................................................103

BAB       IV   IDENTIFIKASI UNDANG-UNDANG  RI NOMOR 23 TAHUN 2002…130
A.Ruang lingkup Perlindungan anak Indonesia..............................................................130
B. Urgensi Undang-Undang Perlindungan Anak.............................................................136
C.Signifikansi Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002.............................,,......... 142
D.Sanksi Hukum Terhadap Pelanggaran UU Nomor 23  Tahun 2002……….…...154

BAB     V  KETENTUAN  PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM   DAN PER BANDINGANNYA DENGAN UU NOMOR 23 TAHUN 2002  ...180
A.Perlindungan Anak.................................................................................................................180
B.Status Anak Dalam Subjek dan Objek Hukum Islam................................................188.
C.Hak-Hak dan Kewajiban Anak............................................................................................198
D.Sanksi Hukum Terhadap Pelanggaran Hak-Hak Anak.............................................254

BAB    VI   KESIMPULAN
A.Kesimpulan..................................................................................................................................305
B.Imlikasi.........................................................................................................................................307
C.Rekomendasi............................................................................................................................ 309

LAMPIRAN……………………………………………………………………..………………………….357




DAFTAR TABEL                                                                                                      Halaman
1.     Tabel penelitian terdahulu……………………………………………………….   48
2.     Tempat terjadinya hukuman fisik atau bullyng…………………………  55
3.     Bentuk kekerasan bullying…………………………………………….…………..55
4.     Pro kontra hukuman fisik terhadap anak-anak………………………...211
5.     Perbedaan UU RI Nomor 23 Tahun dan Hukum Islam………….……470
6.     Kesamaan UU RI Nomor 23 Tahun dan Hukum Islam………..………514
7.     Kebiasaan internasional , usia pertanggungjawaban pidana……..548
8.     Kemiripan kata memukul dalam Al-Quran dan hadits……….………653
9.     Perbedaan batas usia dewasa menurut undang-undang……………658








No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook