Kisah Jin Yang Berubah Wujud Menjadi Suami - Dunia alam gaib masih terasa asing bagi kebanyakan orang. Cerita tentang alam gaib atau makhluk alam gaib barangkali sering didengar namun belum tentu semua orang mengalami dan menyaksikan. Apa yang diperbuat makhluk alam gaib bisa jadi akan membuat dunia manusia terhenyak. Kebiasaan buruk para makhluk jin seringkali merugikan manusia. Diantara kebiasaan buruk mereka adalah para kaum lelaki dari kalangan makhluk gaib gemar meniduri para wanita manusia.
BERDOALAH SEBELUM BERSETUBUH
AGAR TIDAK DIGANGGU JIN
Ini bukan cerita hayalan, bukan pula isu murahan yang biasa dibuat oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Cerita ini fakta. Agama mengulasnya secara blak-blakan, orang-orang tua dulu pun menyaksikan secara nyata, bahkan memiliki penangkalnya. Lalu kira-kira apalagi yang perlu diragukan?
Ini bukan cerita hayalan, bukan pula isu murahan yang biasa dibuat oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Cerita ini fakta. Agama mengulasnya secara blak-blakan, orang-orang tua dulu pun menyaksikan secara nyata, bahkan memiliki penangkalnya. Lalu kira-kira apalagi yang perlu diragukan?
Sedikit cerita dari dua dunia. Seorang suami berangkat keluar rumah untuk suatu keperluan. Sang istri sunggingkan senyum dan lambaikan tangan. Tanda restu dan doa dari istri bagi suaminya yang hendak keluar rumah. Tak beberapa lama, suaminya datang lagi, berkata bahwa ada sesuatu yang tertinggal. Sang istri membantu mencarikan sesuatu yang dicari suami dengan tulusnya. Entah bagaimana ceritanya suami itu alihkan situasi. Ia meminta istrinya melayaninya di ranjang. Sang istri sambut keinginan suami dengan hati riang. Setelah semuanya usai sang istri tertidur lelap bak pingsan hingga siang menjelang.(Ceritanya dipotong sebentar)
Untukmu Para Pengantin Baru
Bismillah
Berikut ini beberapa hal yang
sebaiknya diketahui oleh para pengantin baru dalam berhubungan dengan
pasangannya.
Menjadi pasangan pengantin baru
merupakan kebahagian tersendiri bagi kedua mempelai. Rasa bahagia itu begitu
menyentuh qalbu yang paling dalam, hati seakan tak mampu menampung rasa bahagia
yang telah meluap memenuhi relung hati. Namun begitu, kebahagian menjadi
pengantin baru akan terasa lebih sempurna tatkala telah melewati kebersamaan
dimalam pertama dengan penuh cinta. Malam dimana seseorang bisa menyalurkan
hasratnya melalui jalan yang diridhai Allah. Sehingga, dengannya tak sekedar
kenikmatan yang diperoleh tapi juga pahala dapat diraih. Nilai pahala akan
lebih bertambah seiring bertambahnya rasa kasih dan sayang antara kedua
mempelai manakala berhias dengan adab-adab saat menuju peraduan cinta,
sebagaimana yang dituntunkan Nabi shallallahu a’laihi wasallam sebagai pembawa
syariat Islam yang sempurna.
Diantara adab-adabnya adalah sebagai
berikut :
Sebelum bermalam pertama, sangat
disukai untuk memperindah diri masing-masing dengan berhias, memakai wewangian,
serta bersiwak.
Berdasarkan sebuah hadits dari Asma’
binti Yasid radhiyallaahu ‘anha ia menuturkan, “Aku merias Aisyah untuk
Rasulullah shallallahu a’laihi wasallam. Setelah selesai, aku pun memanggil
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau pun duduk di sisi Aisyah.
Kemudian diberikan kepada beliau segelas susu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam meminum susu tersebut dan menyerahkannya pada Aisyah. Aisyah
menundukkan kepalanya karena malu. Maka segeralah aku menyuruhnya untuk
mengambil gelas tersebut dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” [HR
Ahmad, sanad hadits ini dikuatkan oleh Al-Allamah Al-Muhadits Al-Albani dalam Adabul Zifaf].
Adapun disunnahkannya bersiwak,
karena adab yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa
beliau selalu bersiwak setiap setiap hendak masuk rumah sebagaimana disebutkan
oleh Aisyah radhiyallaahu ‘anha dalam Shahih Muslim. Selain itu akan sangat
baik pula jika disertai dengan mempercantik kamar pengantin sehingga menjadi
sempurnalah sebab-sebab yang memunculkan kecintaan dan suasana romantis pada
saat itu.
Hendaknya suami meletakkan tangannya
pada ubun-ubun istrinya seraya mendoakan kebaikan dengan doa yang Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan :
اللّهمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ
مِنْ خَيْرِهَا وَخَيْرِ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ
مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon
kepada-Mu dari kebaikannya (istri) dan kebaikan tabiatnya, dan aku berlindung
kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan tabiatnya.”[HR. Bukhari dari sahabat
Abdullah bin Amr bin Al Ash radhiyallaahu 'anhu].
Disunnahkan bagi keduanya untuk
melakukan shalat dua rakaat bersama-sama. Syaikh Al Albani dalam Adabuz Zifaf
menyebutkan dua atsar yang salah satunya diriwayatkan oleh Abu Bakr Ibnu Abi
Syaiban dalam Al-Mushannaf dari sahabat Abu Sa’id, bekat budak sahabat Abu
Usaid, beliau mengisahkan bahwa semasa masih menjadi budak ia pernah
melangsungkan pernikahan. Ia mengundang beberapa sahabat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, diantaranya Abdullah bin Mas’ud, Abu Dzarr, dan Hudzaifah.
Abu Sa’id mengatakan, “Mereka pun membimbingku,
mengatakan, ‘Apabila istrimu masuk menemuimu maka shalatlah dua rakaat.
Mintalah perlindungan kepada Allah dan berlindunglah kepada-Nya dari kejelekan
istrimu. Setelah itu urusannya terserah engkau dan istrimu. “Dalam riwayat
Atsar yang lain Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu mengatakan, perintahkan
isrtimu shalat dibelakangmu.”
Ketika menjumpai istri, hendaknya
seorang suami berprilaku santun kepada istrinya semisal dengan memberikan
segelas minuman atau yang lainnya
sebagimana dalam hadits di atas, bisa juga dengan menyerahkan maharnya. Selain
itu hendaknya si suami untuk bertutur kata yang lembut yang menggambarkan
kebahagiaannya atas pernikahan ini. Sehingga hilanglah perasaan cemas, takut,
atau asing yang menghinggapi hati istrinya. Dengan kelembutan dalam ucapan dan
perbuatan akan bersemi keakraban da keharmonisan di antara keduanya.
Bagi suami yang akan menjima’i istri
hanya diperbolehkan ketika istri hanya diperbolehkan ketika istri tidak dalam
keadaan haid dan pada tempatnya saja, yaitu kemaluan. Adapun arah dan caranya
terserah yang dia sukai. Allah berfirman yang artinya, “Mereka bertanya
kepadamu tentang haid. Katakanlah, “Haid itu adalah suatu kotoran.” Oleh sebab
itu hendaklah kalian menjauhi (tidak menjima’i) wanita diwaktu haid, dan
janganlah kalian mendekati (menjima’i) mereka, sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, maka campurilah mereka itu pada tempat yang diperintahkan
Allah kepad kalian (kemaluan saja). Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang mensucikan diri. Istri-istri kalian adalah (seperti) tanah tempat kalian
bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat itu bagaimana saja kalian
kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk diri kalian, bertakwalah
kepada Allah, ketahuilah bahwa kalian kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar
gembira kepada orang-orang yang beriman.” [Q.S. Al Baqarah: 222-223].
Apabila seorang suami ingin menggauli
istrinya, janganlah ia terburu-buru sampai keadaan istrinya benar-benar siap,
baik secara fisik, maupun secara psikis, yaitu istri sudah sepenuhnya menerima
keberadaan suami sebagai bagian dari dirinya, bukan orang lain. Begitu pula
ketika suami telah menyelesaikan hajatnya, jangan pula dirinya terburu-buru
meninggalkan istrinya sampai terpenuhi hajat istrinya. Artinya, seorang suami
harus memperhatikan keadaan, perasaan, dan keinginan istri. Kebahagian yang
hendak ia raih, ia upayakan pula bisa dirasakan oleh istrinya.
Ingat, diharamkan melalui dubur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda yang artinya, “Barang siapa yang menggauli istrinya ketika sedang haid
atau melalui duburnya, maka ia telah kufur dengan apa yang diturunkan kepada
Muhammad.” [HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan yang lainnya, dishahihkan oleh
Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud]. Kata ‘kufur’ dalam hadits ini
menunjukkan betapa besarnya dosa orang yang melakukan hal ini. Meskipun, kata
para ulama, ‘kufur’ yang dimaksud dalam hadits ini adalah kufur kecil yang
belum mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Telah kita ketahui bersama bahwa
syaitan selalu menyertai, mengintai untuk berusaha menjerumuskan Bani Adam
dalam setiap keadaan. Begitu pula saat jima’, kecuali apabila dia senantiasa
berdzikir kepada Allah. Maka hendaknya berdo’a sebelum melakukan jima’ agar hal
tersebut menjadi sebab kebaikan dan keberkahan. Do’a yang diajarkan adalah:
بِسْمِ اللهِ اللَّهُمَّ
جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan nama Allah. Ya Allah,
jauhkanlah kami dari syaithan dan jauhkanlah syaithan dari apa yang Engkau
karuniakan kepada kami.”[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abdullah bin
Abbas radhiyallaahu 'anhu]. Dalam hadits tersebut disebutkan bahwa seandainya
Allah mengkaruniakan anak, maka syaithan tidak akan bisa memudharati anak
tersebut. Al Qadhi menjelaskan maksudnya adalah syaithan tidak akan bias
mearsukinya. Sebagaimana dinukilkan dari Al Minhaj.
Diperbolehkan bagi suami dan istri
untuk saling melihat aurat satu sama lain. Diperbolehkan pula mandi bersama.
Dari Aisyah radhiyallaahu ‘anha berkata, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah
dalam satu bejana dan kami berdua dalam keadaan junub.” [HR. Al Bukhari dan
Muslim.]
Tidak boleh menyebarkan rahasia ranjang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya diantara manusia yang paling
buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah laki-laki yang
mendatangi istrinya dan istrinya memberikan kepuasan kepadanya, kemudian ia
menyebarkan rahasianya.” [HR. Muslim dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri
radhiyallaahu 'anhu]
Diwajibkan bagi suami istri yang telah
bersenggama untuk mandi apabila hendak shalat. Waktu mandi boleh ketika sebelum
tidur atau setelah tidur. Namun apabila dalam mengakhirkan mandi maka
disunnahkan terlebih dahulu wudhu sebelum tidur. Berdasarkan hadits Abdullah
bin Qais, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Aisyah, ‘Apa yang dilakukan
Nabi ketika junub? Apakah beliau mandi sebelum tidur ataukah tidur sebelum
mandi?’ Aisyah menjawab, ‘Semua itu pernah dilakukan Rasulullah. Terkadang
beliau mandi dahulu kemudian tidur dan terkadang pula beliau hanya wudhu
kemudian tidur.”[HR. Ahmad dalam Al Musnad]
Dari poin-poin yang telah dijelaskan
nampaklah betapa agungnya kesempurnaan syariat Islam dalam mengatur semua sisi
kehidupan ini. Sehingga pada setiap gerak hamba ada nilai ibadah yang bisa
direngkuh pahalanya. Tidak sekedar aktivitas rutin tanpa faedah, tak semua
pemenuhan kebutuhan tanpa hikmah. Oleh sebab itu tak ada yang sia-sia dalam
mengikuti aturan Ilahi dan meneladani
sunnah Nabi. Semuanya memiliki makna serta mengandung kemaslahatan, karena
datangnya dari Allah Dzat Yang Maha Tinggi Ilmu-Nya lagi Maha sempurna Hikmah-Nya.
Maka dari itu syariat yang Allah turunkan selaras dengan fitrah hamba-Nya
sebagai manusia, sebagimana disyariatkan pernikahan.
Kesempurnaan syariat Islam ini
menunjukkan betapa besarnya perhatian Allah terhadap hamba-Nya melebihi
perhatian hamba terhadap dirinya sendiri. Oleh karenanya, hendaklah setiap
hamba tetap berada di atas fitrah tersebut di atas agama allah agar dirinya
selalu berada di atas jalan yang lurus, “(Tetaplah di atas fitrah) yang
Allahtelah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” [QS. Ar Rum: 30]. Allahu
a’lam.
Dikutip dari Majalah Tashfiyyah Edisi
09 Vol. 01 1432 H-2011M
By Pencari Ilmu • Posted in Keluarga • Tagged Adab Malam pertama sesuai
syariat, adab pengantin bagi muslim dan muslimah, doa sebelum bersetubuh, doa
sebelum dan sesudah jima, doa setelah berhubungan badan, Malam pengantin baru
Sambungan Cerita di atas
Esoknya, masih dalam keadaan rambut basah setelah mandi sang istri memuji keperkasaan suami malam tadi sambil bertanya ramuan apa yang diminum suaminya hingga berubah menjadi kuda liar tiada tanding. Tiba-tiba suami terlonjak. Suami seketika mengelak dari pujian, karena semalaman ia berada diluar rumah dan tidak menginjakkan kakinya kerumah lagi sejak pertama ia keluar rumah hingga jelang pagi. Sang istri balas menuding suami telah lupa ingatan.
Suami jadi emosi, suaranya meninggi. Ia bersumpah tidak melakukan apa yang dikatakan istri. Istri dimaki seenak hati. Percikan api rumah tangga tiba-tiba berkobar. Sang istri kebingungan, antara melanjutkan pertengkaran ataukah berpikir jernih. Jika semalam sang suami tidak kembali untuk mengambil sesuatu yang tertinggal, jika semalam bukan suaminya yang minta dilayani, lalu siapa lelaki yang telah memuaskannya hingga membuat dirinya letih setengah mati?
Api rumah tangga mungkin bisa padam mungkin juga tidak. Namun sebulan setelah peristiwa malam itu sang istri dinyatakan positif hamil 1 bulan. Padahal karena kesibukan yang sangat padat, suaminya selama 2 bulan belum sempat menyentuh istrinya. Lalu bagaimana bisa sang istri dinyatakan positif hamil dengan usia kandungan 1 bulan? Disini, alur cerita mulai terkuak. Sang istri ternyata kecolongan melayani makhluk gaib dimalam lalu itu. Bahkan peristiwa dimalam naas itu telah membuahi janin dalam rahimnya. Dan anak dalam kandungan akan segera lahir mengisi dunia sebagaimana anak-anak lainnya. Setelah dewasa nanti, bisa jadi ia berfisik manusia akan tetapi prilakunya non manusia.
Kejadian seperti ini sebenarnya bukan lagi rahasia, kebanyakan orang malah sudah mengetahuinya, tidak sedikit juga yang pernah mendengarnya bahkan pernah menyaksikan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Agama pun mewanti-wanti setiap pasangan suami istri untuk mendahulukan doa sebelum melaksanakan kewajiban jasmani dan rohani. Bisa dibayangkan, begitu teramat pentingnya doa itu hingga saat napsu sudah diubun-ubun justru doa yang segera dibaca oleh pasangan suami istri itu. Setelah usai, kembali dilanjutkan lagi oleh doa-doa penutup. Jika ingin melakukannya lagi, lagi-lagi harus kembali membaca doa, dan begitu seterusnya.
No comments:
Post a Comment