PUISI KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN
M.RAKIB JAMARI, S.H.,
M.Ag
KALAU TUAN, MENCARI KUTU
JANGAN DISURUH,
ORANG BUTA
KALAU PENDIDIKAN,
INGIN BERMUTU
TANAMKAN PRINSIP, BERWIRASWASTA
WIRASWASTA ITU, ENTREPRENEUR
TERAMPIL BEKERJA, JANGAN LUNTUR
TAMAT MAN-SMA, JANGAN MENGANGGUR
RENCANAKAN KURIKULUM, SIAP TEMPUR
WIRASWASTA ITU, ENTREPRENEUR
TERAMPIL BEKERJA, JANGAN LUNTUR
TAMAT MAN-SMA, JANGAN MENGANGGUR
RENCANAKAN KURIKULUM, SIAP TEMPUR
Kuucapkan selamat pagi kaum penindas
Kaum yang mengorbanklan simiskin
Mengorbankan para penganggur
Karena pendidikan tidak memmberikan
keterampilan apapun
hari ini aku mulai lagi
Aku membuka hari di balik dinding pabrik
Ratusan karyawannya sudah jadi tumabal
Setan
Diawali dengan kibasan handuk putih
Seminggu kemudian dia, digilas truk
langsung mati
Darahnya dijilat jin, peminta tumbal
Bsku makin kaya, dengan kesenagan
duniawi, tanpa cela
Bosku menjadi hamba pemilik modal
memproduksi banyak laba
dengan tenaga tanpa tersisa
selamat pagi penderitaan
selamat pagi keringat-keringat kecapaian
Kemiskinan dan pengangguran dan dalam proses
elaborasi dan diskusi, isu tersebut menyinggung atau dikaitkan dengan factor
pendidikan. Baik oleh KPU, Moderator dan para Calon President sangat memahami
bahwa berbicara tentang kemiskinan itu terkait dengan pengangguran, dan
berbicara tentang pengangguran itu sangat terkait dengan ketersediaan lapangan
kerja. Dan dalam sudut pandang lain, pengangguran dan kemiskinan adalah juga merupakan dampak dari kultur, karakter
dan kualitas sumber daya manusia yang menjadi focus dari fungsi pendidikan.
Artinya factor pendidikan merupakan salah satu factor utama yang harus dibenahi
di samping factor penyediaan lapangan pekerjaan, jika kita ingin mengurangi
angka pengangguran dan kemiskinan.
Di tempat
ini, hari ini telah aku mulai semua
seperti kemarin
dan esok pagi, memberi peringatan
kepada pemilik tumbal Setan.
M A R A H KARENA MERUSAK AQIDAH
Kini aku
marah padanya, karena aqidahnya rusak
Pelihara jin peminta darah dan nyawa bangsaku
Pemiliknya bangsa asing, tiada takut SARA.
ketika aku kelaparan, dia berpesta dengan
rekan-rekan
malah menumpuk banyak makanan di gudang
tuan tanpa memberi sedikit pun untukku
aku tambah marah padanya
dia menutup telinga ketika aku bicara
menyunati hak-hak dan kemauanku
sementara tuan paksakan kehendaknya padaku
agar dipatuhi dan dituruti
aku semakin marah, muak, dan benci
ternyata tuan bermuka dua
dewa dan Raja Fir’aun
maka aku tak suka dan bilang "TIDAK" atas
kehendaknya.
Jangan Biarkan
jangan biarkan!
tirani menguasai diri
perbudakan masih selalu meraja
karena hak asasi ada
maka jangan ragu ‘tuk bersuara
jangan relakan
harga diri hanyalah sumpah
nasib hidup dimonopoli
karena saatnya telah tiba
untuk tak terbuai palsunya janji
satukan semangat baja
satukan keberanian dan asa
bulatkan tekad di hati
tirani harus segera sirna
dan enyah dari kehidupan buruh
P a B r i k
kau ada di mana-mana
menguasai kota negeriku
berdiri kokoh menentang langit
memamerkan keangkuhan
dengan tembok tinggi mengelilingi
lengkap dengan anjing penjaga
siap melindungi
manakala gerbang pintumu terbuka
berduyun ribuan anak manusia
berlomba memasukimu
tak peduli kawan ataupun famili
saling jegal bukan hal yang aneh lagi
(adakah janji untuk mereka? Apa?)
Perempuan-Perempuan Malam
di jantung malam yang sunyi
di saat tidur buahkan mimpi
di sudut-sudut kota yang remang
bermunculan perempuan-perempuan
melangkah di antara bising malam
menyapa purnama yang enggan tersenyum
mereka tinggalkan anak dan suami
kerja keras demi sesuap nasi
waktu telah
menciptanya
menjadi robot-robot kapitalis
malam kian larut
embun yang tak lagi bersih menetes ke
bumi
dingin menusuk tulang-tulang
namun mereka tetap tak memejamkan mata
mereka terus bekerja dan bekerja
kenangan
dalam diam dalam sunyi
tergambar semua yang pernah terjadi
teringat kenangan demi kenangan
dalam kehidupan sehari-hari
Memang perlunya intervensi pemerintah pada
dunia pendidikan, disamping intervensi pada dunia usaha dan industri. Dunia
pendidikan harus mampu memberikan ketrampilan serta semangat enterpreneurship
kepada pelajar Indonesia. Penciptaan sekolah kejuruan dipandang perlu agar
dapat memberikan ketrampilan dan kemampuan kerja untuk hidup secara lebih layak
kepada penduduk Indonesia. Demikian pula halnya kurikulum yang terintegrasi
dengan sistem perencanaan tenaga kerja nasional menjadi mutlak untuk
dikerjakan. Kurikulum pendidikan harus berbobot dan operasional mengantarkan
pelajar Indonesia mampu bersaing di tingkat global, bukan hanya ketika mereka
masih di bangsu sekolah, tetapi juga setelah mereka keluar dari bangku sekolah,
yakni menjadi enterpreneur dan pelaku pembangunan yang produktif, kompetitif,
peduli dan bertanggung jawab.
Dalam disiplin sekolah, ada senyum dan
rasa sedih tiba-tiba
teringat ada kawan buruh kencing di
celana dalam
ketika sedang menjahit
karena tidak kebagian kartu ke WC
ada rindu dan benci
teringat kekasih yang pergi tanpa
kembali
ada semangat, harapan
juga sesal diam-diam menyelinap tanpa
batas
semua hadir bersama lamunan
kenangan memang memberi warna tersendiri
dalam kehidupan
tak memandang gelandangan, bangsawan,
ataupun konglomerat
terkadang ada yang menyakitkan
terkadang justru menjadi acuan masa
depan
dan cerita kehidupan
Tumbal-tumbal dari
orang pengangguran
sunyi dalam keramaian kota Jakarta
terasa melelahkan
otak hanya berisi berjuta hayalan
menjadi bunga-bunga mimpi malam hari
tapi alam senantiasa jadi saksi
membuka hari dengan melipat kaki bukan
niat hati
melewati hari-hari dengan lamunan bukan
tujuan
karena hidup memerlukan kebutuhan
rindu dan cinta harus jadi nyata
tak hanya tumpah pada kebisuan buku
harian
pengangguran, pengangguran
begitu susah mencari sesuap nasi
sementara kota yang kutinggali seolah
mengusir
dari tepi-tepi, sudut-sudut, dan
lorong-lorongnya
entah mesti apa lagi yang harus aku
lakukan
karena burung pipit yang menganggu
petani
telah berganti gemuruh mesin-mesin
sawah ladang kebanggan telah tertanam
bangunan-bangunan megah
bahkan menjadi kawasan industri
pengangguran, penganguran
seharusnya tak membludak seperti
sekarang
sebab para penjajah telah lama pergi.
Penyediaan lapangan kerja (oleh dunia
industri), pengangguran dipandang sebagai sesuatu yang terjadi karena seseorang
tidak mendapatkan pekerjaan yang disebabkan oleh lapangan kerja yang kurang.
Seseorang akan menganggur karena ia tidak melamar kerja atau karena lamarannya
ditolak atau karena ia di PHK. Dunia industri selalu dipandang sebagai aktor
yang bertanggung jawab atas meningkatnya jumlah orang yang tidak memiliki
pekerjaan. Pemerintahpun disalahkan karena tidak mampu menciptakan iklim atau
mengkondisikan atau memprakondisikan tumbuhnya dunia industri yang baik yang dapat
menyerap banyak tenaga kerja.
Oleh karena itu pemerintah didesak dan
/ atau merasa dirinya perlu mendorong agar dunia industri tumbuh dan berkembang
secara baik yang secara kuantitas dapat menyerap seluruh tenaga kerja yang ada
di pasar kerja. Untuk itu kita mengenal ada paket program dan insentif yang
diberikan oleh pemerintah kepada dunia dan pelaku industri, bahkan bukan hanya
pelaku industri dalam negeri tetapi pemerintah diminta dan merasa dirinya perlu
untuk memberikan kemudahan kepada dunia industri luar negeri agar berinvestasi
di Indonesia.
Sementara dalam perspektif pendidikan, pengangguran dipandang
sebagai ketidak mampuan atau sebagai kekurangan kemampuan (lack of competency)
dan keterampilan (skill) untuk bekerja dan mencari nafkah menopang
kehidupannya. Jadi seseorang menganggur lebih dipandang sebagai ketidakmampuan
bekerja, dan tidak perlu menyalahkan faktor lain di luar dirinya (misalnya
tidak ada peluang kerja) pada dunia industri. Seseorang yang tidak memiliki
kompetensi dan keterampilan untuk hidup tentu merupakan urusan pendidikan.
Dengan demikian secara
makro, jumlah pengangguran yang ada di suatu negara merupakan hasil atau
pengaruh dari fungsi sistem pendidikan nasional yang dijalankan oleh bangsa
tersebut. Seperti juga disebutkan oleh Moderator Debat Capres tadi malam (Dr.
Aviliani) bahwa saat ini jumlah pengangguran terdidik di negara kita sebesar
53% dari total (kurang lebih) 9 juta pengangguran. Jumlah prosentase tersebut
sangat besar karena lebih dari setengah atau mayoritas pengangguran kita adalah
mereka yang menamatkan pendidikan SMP, SMA, SMK, MA, M.Ts, Universitas, Sekolah
Tinggi atau Institut, danlain-lain.
Kehadiran pengangguran
terpelajar (dengan prosentase yang besar) sepenuhnya harus menjadi tanggung
jawab sektor pendidikan. Dunia usaha dan industri tidak patut disalahkan atas
fakta adanya pengangguran terpelajar.
Semoga isu tersebut
tidak hanya sekedar diwacanakan tetapi menjadi komitmen yang akan dirumuskan
dalam bentuk rencana aksi program dan kebijakan setelah mereka terpilih menjadi
pemimpin bangsa pada tahun 2009 hingga tahun 2014.
No comments:
Post a Comment