DETIK-DETIK
YANG MENEGANGKAN
M.Rakib, S.H.,M.Ag
Dari Pekanbaru
Riau,2013
Sabtu Minggu bekerja bakti
Bersih tempat kampung halaman
Bagi kamu, yang menegangkan,
Orang tercinta, dipanggil Tuhan
Bersih tempat kampung halaman
Bagi kamu, yang menegangkan,
Orang tercinta, dipanggil Tuhan
Banyak bulan perkara bulan
Tidak semulia bulan puasa
Banyak manusia, dikutuk Tuhan
Menganggap ekstasi, soal biasa
Daun terap , diatas dulang
Anak udang, mati dituba
Dalam kitab, ada terlarang
Merokok itu haram, jangan coba-coba
Bunga kenanga, di atas kubur,
Pucuk sari, pandan Jawa
Apa guna, sombong dan takabur
Pemelihara tuyul, akhirnya binasa
Anak ayam, turun
sepuluh
Mati seekor , tinggal sembilan
Bangun pagi, sembahyang subuh
Hobi Selingkuh, Segera Tinggalkan.
Pantun Yang Menegangkan
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat dipintu kubur
Istri yang tinggal, dikawini orang
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riangan.
Menangis mayat, dipintu kubur
Teringat di dunia, menipu timbangan.
Rumput jelatang, dalam tangan,
Terasa gatal, kulit terkupas.
Maut datang, sungguh menegangkan,
Rumah mewah, harus dilepas.
Banyak pulut, perkara pulut,
Pulut asli, dalam plaza.
Banyak maut, perkara maut,
Mati syahid, luar biasa.
Kucing kurus, kuat melompat,
Tikus nakal, di karung garam.
Pemabuk penipu, cepatlah tobat,
Sebelum ajal, datang menerkam.
Mati seekor , tinggal sembilan
Bangun pagi, sembahyang subuh
Hobi Selingkuh, Segera Tinggalkan.
Pantun Yang Menegangkan
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat dipintu kubur
Istri yang tinggal, dikawini orang
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riangan.
Menangis mayat, dipintu kubur
Teringat di dunia, menipu timbangan.
Rumput jelatang, dalam tangan,
Terasa gatal, kulit terkupas.
Maut datang, sungguh menegangkan,
Rumah mewah, harus dilepas.
Banyak pulut, perkara pulut,
Pulut asli, dalam plaza.
Banyak maut, perkara maut,
Mati syahid, luar biasa.
Kucing kurus, kuat melompat,
Tikus nakal, di karung garam.
Pemabuk penipu, cepatlah tobat,
Sebelum ajal, datang menerkam.
SAKARATUL MAUT, DETIK-DETIK YANG
MENEGANGKAN LAGI MENYAKITKAN
1. Kematian bersifat memaksa dan
siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko
kematian.
Katakanlah: “Sekiranya kamu
berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah itakdirkan akan mati terbunuh
itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian)
untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada
dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)
2. Kematian akan mengejar
siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di
balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada
di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada,
kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi
lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah
dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan:
“Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang)
dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir
tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:7 8)
3. Kematian akan mengejar
siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: “Sesungguhnya
kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan
menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui
yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62: 8).
Menarik apa yang
ditulis Dr Muhammad bin Abdul Aziz bin Ahmad Al'Ali
Kematian akan
menghadang setiap manusia. Proses tercabutnya nyawa manusia akan diawali dengan
detik-detik menegangkan lagi menyakitkan. Peristiwa ini dikenal sebagai
sakaratul maut.
Ibnu Abi Ad-Dunya
rahimahullah meriwayatkan dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
"Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi
orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan
gunting, panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan
dan menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya
penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam
tidurnya"[2].
Di antara dalil
yang menegaskan terjadinya proses sakaratul maut yang mengiringi perpisahan
jasad dengan ruhnya, firman Allah:
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ
بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
"Dan datanglah
sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari
darinya". [Qaaf: 19]
Maksud sakaratul
maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan himpitan kekuatan kematian yang
mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya. Makna bil haq (perkara yang
benar) adalah perkara akhirat, sehingga manusia sadar, yakin dan mengetahuinya.
Ada yang berpendapat al haq adalah hakikat keimanan sehingga maknanya menjadi
telah tiba sakaratul maut dengan kematian[3].
Juga ayat:
كَلآ إِذَا بَلَغَتِ
التَّرَاقِيَ {26} وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ {27} وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ {28} وَالْتَفَّتِ
السَّاقُ بِالسَّاقِ {29} إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ {30}
"Sekali-kali
jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai kerongkongan. Dan
dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkan". Dan dia
yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan. Dan bertaut betis (kiri)
dengan betis (kanan). Dan kepada Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau".
[Al Qiyamah: 26-30]
Syaikh Sa'di
menjelaskan: "Allah mengingatkan para hamba-Nya dengan keadan orang yang
akan tercabut nyawanya, bahwa ketika ruh sampai pada taraqi yaitu tulang-tulang
yang meliputi ujung leher (kerongkongan), maka pada saat itulah penderitaan
mulai berat, (ia) mencari segala sarana yang dianggap menyebabkan kesembuhan
atau kenyamanan. Karena itu Allah berfiman: "Dan dikatakan (kepadanya):
"Siapakah yang akan menyembuhkan?" artinya siapa yang akan
meruqyahnya dari kata ruqyah. Pasalnya, mereka telah kehilangan segala terapi
umum yang mereka pikirkan, sehingga mereka bergantung sekali pada terapi ilahi.
Namun qadha dan qadar jika datang dan tiba, maka tidak dapat ditolak. Dan dia
yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan dengan dunia. Dan bertaut
betis (kiri) dengan betis (kanan), maksudnya kesengsaraan jadi satu dan
berkumpul. Urusan menjadi berbahaya, penderitaan semakin sulit, nyawa
diharapkan keluar dari badan yang telah ia huni dan masih bersamanya. Maka
dihalau menuju Allah Ta'ala untuk dibalasi amalannya, dan mengakui
perbuatannya. Peringatan yang Allah sebutkan ini akan dapat mendorong hati-hati
untuk bergegas menuju keselamatannya, dan menahannya dari perkara yang menjadi
kebinasaannya. Tetapi, orang yang menantang, orang yang tidak mendapat manfaat
dari ayat-ayat, senantiasa berbuat sesat dan kekufuran dan
penentangan".[4]
Sedangkan beberapa
hadits Nabi yang menguatkan fenomena sakaratul maut:
Imam Bukhari
meriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anhuma, ia bercerita (menjelang ajal
menjemput Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam)
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ رَكْوَةٌ أَوْ عُلْبَةٌ فِيهَا
مَاءٌ فَجَعَلَ يُدْخِلُ يَدَيْهِ فِي الْمَاءِ فَيَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ وَيَقُولُ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ ثُمَّ نَصَبَ يَدَهُ فَجَعَلَ
يَقُولُ فِي أخرجه البخاري ك الرقاق باب سكرات الموت و في المغازي باب مرض النبي ووفاته.
الرَّفِيقِ الْأَعْلَى حَتَّى قُبِضَ وَمَالَتْ
"Bahwa di
hadapan Rasulullah ada satu bejana kecil dari kulit yang berisi air. Beliau
memasukkan tangan ke dalamnya dan membasuh muka dengannya seraya berkata:
"Laa Ilaaha Illa Allah. Sesungguhnya kematian memiliki sakaratul
maut". Dan beliau menegakkan tangannya dan berkata: "Menuju Rafiqil
A'la". Sampai akhirnya nyawa beliau tercabut dan tangannya
melemas"[5]
Dari Anas
Radhiyallahu anhu, berkata:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ لَمَّا
ثَقُلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَعَلَ يَتَغَشَّاهُ فَقَالَتْ
فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلَام وَا أخرجه البخاري في المغازي باب مرض النبي ووفاته.اليَوْمِ
َرْبَ أَبَاهُ فَقَالَ لَهَا لَيْسَ عَلَى أَبِيكِ كَرْبٌ بَعْدَ
"Tatkala
kondisi Nabi makin memburuk, Fathimah berkata: "Alangkah berat
penderitaanmu ayahku". Beliau menjawab: "Tidak ada penderitaan atas
ayahmu setelah hari ini…[al hadits]" [6]
Dalam riwayat
Tirmidzi dengan, 'Aisyah menceritakan:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
مَا أَغْبِطُ أَحَدًا بِهَوْنِ مَوْتٍ بَعْدَ الَّذِي رَأَيْتُ مِنْ شِدَّةِ مَوْتِ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أخرجه الترمذي ك الجنائز باب ما
جاء في التشديد عند الموت وصححه الألباني
"Aku tidak iri
kepada siapapun atas kemudahan kematian(nya), sesudah aku melihat kepedihan
kematian pada Rasulullah".[7]
Dan penderitaan
yang terjadi selama pencabutan nyawa akan dialami setiap makhluk. Dalil
penguatnya, keumuman firman Allah: "Setiap jiwa akan merasakan mati".
(Ali 'Imran: 185). Dan sabda Nabi: "Sesungguhnya kematian ada
kepedihannya". Namun tingkat kepedihan setiap orang berbeda-beda. [8]
KABAR GEMBIRA UNTUK
ORANG-ORANG YANG BERIMAN.
Orang yang beriman,
ruhnya akan lepas dengan mudah dan ringan. Malaikat yang mendatangi orang yang
beriman untuk mengambil nyawanya dengan kesan yang baik lagi menggembirakan.
Dalilnya, hadits Al Bara` bin 'Azib Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam berkata tentang proses kematian seorang mukmin:
إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ
إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنْ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنْ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ
مَلَائِكَةٌ مِنْ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الشَّمْسُ مَعَهُمْ
كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوا
مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلَام حَتَّى
يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِي إِلَى
مَغْفِرَةٍ مِنْ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ قَالَ فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ
مِنْ فِي السِّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ
عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِي ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِي ذَلِكَ الْحَنُوطِ
وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ
"Seorang hamba
mukmin, jika telah berpisah dengan dunia, menyongsong akhirat, maka malaikat
akan mendatanginya dari langit, dengan wajah yang putih. Rona muka mereka
layaknya sinar matahari. Mereka membawa kafan dari syurga, serta hanuth
(wewangian) dari syurga. Mereka duduk di sampingnya sejauh mata memandang.
Berikutnya, malaikat maut hadir dan duduk di dekat kepalanya sembari berkata:
"Wahai jiwa yang baik –dalam riwayat- jiwa yang tenang keluarlah menuju
ampunan Allah dan keridhaannya". Ruhnya keluar bagaikan aliran cucuran air
dari mulut kantong kulit. Setelah keluar ruhnya, maka setiap malaikat maut
mengambilnya. Jika telah diambil, para malaikat lainnya tidak membiarkannya di
tangannya (malaikat maut) sejenak saja, untuk mereka ambil dan diletakkan di
kafan dan hanuth tadi. Dari jenazah, semerbak aroma misk terwangi yang ada di
bumi.."[al hadits].[9]
Malaikat memberi
kabar gembira kepada insan mukmin dengan ampunan dengan ridla Allah untuknya.
Secara tegas dalam kitab-Nya, Allah menyatakan bahwa para malaikat menghampiri
orang-orang yang beriman, dengan mengatakan janganlah takut dan sedih serta
membawa berita gembira tentang syurga. Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا
رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا
وَلاَتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ {30} نَحْنُ
أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلأَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَشْتَهِي
أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَدَّعُونَ
"Sesungguhnya
orang-orang yang berkata: "Rabb kami adalah Allah kemudian mereka
beristiqomah, maka para malaikat turun kepada mereka (sembari berkata):"
Janganlah kamu bersedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang
telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan
akhirat di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh
(pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". [Fushshilat: 30]
Ibnu Katsir
mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang yang ikhlas dalam amalannya untuk
Allah semata dan mengamalkan ketaatan-Nya berdasarkan syariat Allah niscaya
para malaikat akan menghampiri mereka tatkala kematian menyongsong mereka
dengan berkata "janganlah kalian takut atas amalan yang kalian
persembahkan untuk akhirat dan jangan bersedih atas perkara dunia yang akan
kalian tinggalkan, baik itu anak, istri, harta atau agama sebab kami akan
mewakili kalian dalam perkara itu. Mereka (para malaikat) memberi kabar gembira
berupa sirnanya kejelekan dan turunnya kebaikan".
Kemudian Ibnu
Katsir menukil perkataan Zaid bin Aslam: "Kabar gembira akan terjadi pada
saat kematian, di alam kubur, dan pada hari Kebangkitan". Dan
mengomentarinya dengan: "Tafsiran ini menghimpun seluruh tafsiran, sebuah
tafsiran yang bagus sekali dan memang demikian kenyataannya".
Firman-Nya:
"Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat maksudnya para
malaikat berkata kepada orang-orang beriman ketika akan tercabut nyawanya, kami
adalah kawan-kawan kalian di dunia, dengan meluruskan, memberi kemudahan dan
menjaga kalian atas perintah Allah, demikian juga kami bersama kalian di
akhirat, dengan menenangkan keterasinganmu di alam kubur, di tiupan sangkakala
dan kami akan mengamankan kalian pada hari Kebangkitan, Penghimpunan, kami akan
membalasi kalian dengan shirathal mustaqim dan mengantarkan kalian menuju
kenikmatan syurga".[10]
Dalam ayat lain,
Allah mengabarkan kondisi kematian orang mukmin dalam keadaan baik dengan
firman-Nya:
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ
الْمَلاَئِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلاَمٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا
كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
"(Yaitu)
orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan
mengatakan (kepada mereka): "Salamun 'alaikum (keselamatan sejahtera
bagimu)", masuklah ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu
kerjakan". [An Nahl: 32]
.
Syaikh Asy
Syinqithi mengatakan: "Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa orang yang
bertakwa, yang melaksanakan perintah Rabb mereka dan menjauhi larangan-Nya akan
diwafatkan para malaikat yaitu dengan mencabut nyawa-nyawa mereka dalam keadaan
thayyibin (baik), yakni bersih dari syirik dan maksiat, (ini) menurut tafsiran
yang paling shahih, (juga) memberi kabar gembira berupa syurga dan menyambangi
mereka mereka dengan salam…[11]
MENGAPA RASULULLAH
SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM MENDERITA SAAT SAKARATUL MAUT?
Kondisi umum proses
pencabutan nyawa seorang mukmin mudah lagi ringan. Namun kadang-kadang derita
sakarul maut juga mendera sebagian orang sholeh. Tujuannya untuk menghapus
dosa-dosa dan juga mengangkat kedudukannya. Sebagaimana yang dialami
Rasulullah. Beliau Shallallallahu 'alaihi wa sallam merasakan pedihnya sakaratul
maut seperti diungkapkan Bukhari dalam hadits 'Aisyah di atas.
Ibnu Hajar
mengatakan: "Dalam hadits tersebut, kesengsaran (dalam) sakaratul maut
bukan petunjuk atas kehinaan martabat (seseorang). Dalam konteks orang yang
beriman bisa untuk menambah kebaikannya atau menghapus
kesalahan-kesalahannya"[12]
Menurut Al Qurthubi
dahsyatnya kematian dan sakaratul maut yang menimpa para nabi, maka mengandung
manfaat :
Pertama : Supaya
orang-orang mengetahui kadar sakitnya kematian dan ia (sakaratul maut) tidak
kasat mata. Kadang ada seseorang melihat orang lain yang akan meninggal. Tidak
ada gerakan atau keguncangan. Terlihat ruh keluar dengan mudah. Sehingga ia
berfikir, perkara ini (sakaratul maut) ringan. Ia tidak mengetahui apa yang
terjadi pada mayat (sebenarnya). Tatkala para nabi, mengabarkan tentang
dahsyatnya penderitaan dalam kematian, kendati mereka mulia di sisi Allah, dan
kemudahannya untuk sebagian mereka, maka orang akan yakin dengan kepedihan
kematian yang akan ia rasakan dan dihadapi mayit secara mutlak, berdasarkan
kabar dari para nabi yang jujur kecuali orang yang mati syahid.
Kedua : Mungkin
akan terbetik di benak sebagian orang, mereka adalah para kekasih Allah dan
para nabi dan rasul-Nya, mengapa mengalami kesengsaraan yang berat ini?.
Padahal Allah mampu meringankannya bagi mereka?. Jawabnya, bahwa orang yang
paling berat ujiannya di dunia adalah para nabi kemudian orang yang menyerupai
mereka dan orang yang semakin mirip dengan mereka seperti dikatakan Nabi kita.
Hadits ini dikeluarkan Bukhari dan lainnya. Allah ingin menguji mereka untuk
melengkapi keutamaan dan peningkatan derajat mereka di sisi-Nya. Ini bukan
sebuah aib bagi mereka juga bukan bentuk siksaan. Allah menginginkan menutup
hidup mereka dengan penderitaan ini meski mampu meringankan dan mengurangi
(kadar penderitaan) mereka dengan tujuan mengangkat kedudukan mereka dan
memperbesar pahala-pahala mereka sebelum meninggal. Tapi bukan berarti Allah
mempersulit proses kematian mereka melebihi kepedihan orang-orang yang
bermaksiat. Sebab (kepedihan) ini adalah hukuman bagi mereka dan sanksi untuk kejahatan
mereka. Maka tidak bisa disamakan".[13]
…
KABAR BURUK DARI
PARA MALAIKAT KEPADA ORANG-ORANG KAFIR.
Sedangkan orang
kafir, maka ruhnya akan keluar dengan susah payah, ia tersiksa dengannya. Nabi
menceritakan kondisi sakaratul maut orang kafir atau orang yang jahat dengan
sabdanya:
"Sesungguhnya
hamba yang kafir -dalam riwayat lain- yang jahat jika akan telah berpisah
dengan dunia, menyongsong akhirat, maka malaikat-malaikat yang kasar akan dari
langit dengan wajah yang buruk dengan membawa dari neraka. Mereka duduk
sepanjang mata memandang. Kemudian malaikat maut hadir dan duduk di atas
kepalanya dan berkata: “Wahai jiwa yang keji keluarlah engkau menuju kemurkaan
Allah dan kemarahan-Nya". Maka ia mencabut (ruhnya) layaknya mencabut
saffud (penggerek yang) banyak mata besinya dari bulu wol yang basah. [14]
Secara ekspilisit,
Al Quran telah menjelaskan bahwa para malaikat akan memberi kabar buruk kepada
orang kafir dengan siksa. Allah berfirman: "
"Alangkah
dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim (berada)
dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat mumukul dengan
tangannya, (Sambil berkata): "Keluarkan nyawamu". Di hari ini kamu
dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan
terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayatnya". [Al An'am: 93]
Maksudnya, para
malaikat membentangkan tangan-tangannya untuk memukuli dan menyiksa sampai
nyawa mereka keluar dari badan. Karena itu, para malaikat mengatakan:
"Keluarkan nyawamu". Pasalnya, orang kafir yang sudah datang ajalnya,
malaikat akan memberi kabar buruk kepadanya yang berbentuk azab, siksa,
belenggu, dan rantai, neraka jahim, air mendidih dan kemurkaan Ar Rahman (Allah).
Maka nyawanya bercerai-berai dalam jasadnya, tidak mau taat dan enggan untuk
keluar.
Para malaikat
memukulimya supaya nyawanya keluar dari tubuhnya. Seketika itu, malaikat
mengatakan: "Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat
menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang
tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap
ayat-ayatnya".. artinya pada hari ini, kalian akan dihinakan dengan
penghinaan yang tidak terukur karena mendustakan Allah dan (lantaran)
kecongkakan kalian dalam mengikuti ayat-ayat-Nya dan tunduk kepaada para
rasul-Nya.
Saat detik-detik
kematian datang, orang kafir mintai dikembalikan agar bisa masuk Islam.
Sedangkan orang yang jahat mohon dikembalikan ke dunia untuk bertaubat, dan
beramal sholeh. Namun sudah tentu, permintaan mereka tidak akan terkabulkan.
Allah berfirman:
حَتَّى إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ
الْمَوْتَ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ {99} لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ
كَلآ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
{100}
"(Demikianlah
keadaan orang-orang kafir), hingga apabila datang kematian kepada seseorang
dari mereka, dia berkata: "Ya Rabbi kembalikan aku ke dunia. Agar aku
berbuat amal sholeh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka
ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan". [Al Mukminun: 99-100]
Setiap orang yang
teledor di dunia ini, baik dengan kekufuran maupun perbuatan maksiat lainnya
akan dilanda gulungan penyesalan, dan akan meminta dikembalikan ke dunia meski
sejenak saja, untuk menjadi orang yang insan muslim yang sholeh. Namun
kesempatan untuk itu sudah hilang, tidak mungkin disusul lagi. Jadi, persiapan
harus dilakukan sejak dini dengan tetap memohon agar kita semua diwafatkan
dalam keadaan memegang agama Allah. Wallahu a'lamu bishshawab. Washallallahu
'ala Muhamaad wa 'ala alihi ajmain.
[Disalin dari
majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun VIII/1426H/2005. Diterbitkan Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183
Telp. 0271-761016]
_________
Footnotes
[1]. Diadaptasi
oleh M. Ashim dari kitab Ahwalu Al Muhtazhir (Dirasah Naqdiyyah) karya Dr.
Muhammad bin 'Abdul 'Aziz bin Ahmad Al 'Ali, dosen fakultas Ushuluddin di
Riyadh. Majalah Jam'iah Islamiyah edisi 124 tahun XXXVI -1424 H.
[2]. Al Maut hlm.
69
[3]. ihat Jami'u Al
Bayan Fii Tafsiri Al Quran (26/100-101) dan Fathul Qadir (5/75).
[4]. Taisir Al
Karimi Ar Rahman Fi Tafsiri Kalami Al Mannan hlm. 833.
[5]. HR. Bukhari
kitab Riqaq bab sakaratul maut (6510) dan kitab Maghazi bab sakit dan wafatnya
Nabi (4446).
[6]. HR. Bukhari
kitab Maghazi bab sakit dan wafatnya Nabi (4446).
[7]. HR. Tirmidzi
kitab Janaiz bab penderitaan dalam kematian (979). Lihat Shahih Sunan Tirmidzi
(1/502 no: 979).
[8]. At Tadzkirah
Fi Ahwali Al Mauta Wa umuri Al Akhirah (1/50-51).
[9]. HR. Ahmad
(4/2876, 295, 296) dan Abu Dawud kitab Sunnah bab pertanyaan di alam kubur dan
siksanya (4753).
[10]. Tafsiru Al
Quranil 'Azhim (4/100-101).
[11]. Adhwaul Bayan
(3/266).
[12]. Fathul Bari
Syarhu Shahihil Bukhari (11/363).
[13]. At Tadzkirah
Fi Ahwali Al Mauta Wa umuri Al Akhirah (1/48-50) dengan diringkas
[14]. HR. HR. Ahmad
(4/2876, 295, 296) dan Abu Dawud kitab Sunnah bab pertanyaan di alam kubur dan
siksanya (4753).
ARSIP
ARTIKELTAUHIDMUSLIMAHREDAKSI
Kaidah Ke. 30 :
Orang Yang Berserikat, Saling Menanggung Penambahan, Pengurangan Dan Perbaikan
Kaidah Ke. 29 :
Memahami Keumuman Dan Kekhususan Sebuah Kalimat
Kemana Perginya
Uang Umat Islam?
Mengemis Dan
Meminta Sumbangan Dalam Perspektif Hukum Islam
Zakat Hasil
Pertanian Dan Perkebunan
Panduan Praktis
Zakat Harta Karun Dan Barang Tambang
Panduan Praktis
Zakat Uang Kertas
Panduan Praktis
Menghitung Dan Mengeluarkan Zakat Perhiasan
Panduan Praktis
Zakat Barang Perdagangan
Mendahulukan
Mashlahat Tertinggi Dan Mengutamakan Keburukan Terkecil
Ajaran Tasawuf
Merusak Aqidah Islam
Jihad Melawan
Syaithan
Asy-Syaafi, Yang
Maha Penyembuh
Nahkoda Yang
Kehilangan Haluan
Mutiara Introspeksi
Diri
No comments:
Post a Comment