MEREKA YANG MENIPU TUHAN
JANGAN MENANGIS
TOPENG KEIMANAN
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal
mereka hanya menipu diri sendiri, namun mereka tidak menyadari-nya." –
(QS.2:9)
|
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلا
أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
|
|
M.RAKIB LPMP RIAU INDONESIA.2014
TOPENG KEIMANAN,
dogma
agama dan slogan ketuhanan anda lepaskan. Disamping itu sebaiknya anda berpikir
rasional dan obyektif dalam merenungi eksistensi kemanusiaan. Saat jubah
keimanan tidak terlepaskan, niscaya slogan “Tuhan Maha Adil” akan terus
mencandui kita. Tulisan ini hanyalah suatu bagian perjalanan hasil perenungan
dan diskusi yang tidak diperuntukkan bagi mereka yang memahami agama secara
dogmatis, gemar mengkafirkan dan suka menghalalkan darah. Tapi tulisan ini
diperuntukkan bagi mereka yang berpikir merdeka, dan gelisah akan
eksistensinya.
Saat kita merenungi realitas dengan segala kemajemukannya maka akan timbul pertanyaan, mengapa mesti ada kaya dan miskin, pintar dan bodoh, cantik dan jelek, dan sebagainya. Ada yang mencoba menjawab seperti ini :”Kalau semua kaya atau semua miskin maka Tuhan tidak adil. Justru keadilan Tuhan termanifestasi dengan kemajemukan tersebut”. Lantas, mengapa mesti si A misalnya yang ditakdirkan menjadi kaya sedang si B ditakdirkan miskin. Apakah Tuhan mesti mengorbankan hambanya dengan kemiskinan atau kebodohan atau kejelekan agar Tuhan dikatakan adil. Apakah segala tindakan Tuhan dapat dikatakan adil ? atau Tuhan mesti melakukan sesuatu sesuai dengan parameter tertentu agar Tuhan dikatakan adil ?
Saat kita merenungi realitas dengan segala kemajemukannya maka akan timbul pertanyaan, mengapa mesti ada kaya dan miskin, pintar dan bodoh, cantik dan jelek, dan sebagainya. Ada yang mencoba menjawab seperti ini :”Kalau semua kaya atau semua miskin maka Tuhan tidak adil. Justru keadilan Tuhan termanifestasi dengan kemajemukan tersebut”. Lantas, mengapa mesti si A misalnya yang ditakdirkan menjadi kaya sedang si B ditakdirkan miskin. Apakah Tuhan mesti mengorbankan hambanya dengan kemiskinan atau kebodohan atau kejelekan agar Tuhan dikatakan adil. Apakah segala tindakan Tuhan dapat dikatakan adil ? atau Tuhan mesti melakukan sesuatu sesuai dengan parameter tertentu agar Tuhan dikatakan adil ?
Pernahkan terlintas dibenak kita bahwa pertanyaan nakal tentang terciptanya kita sebagai manusia, bukan gunung, pohon, bumi, burung, atau mungkin alien ? Mengapa kita mesti menjadi manusia ? Kalaupun menjadi manusia, mengapa menjadi orang yang membaca tulisan ini sekarang, bukan sebagai orang yang membuat tulisan ini, atau sebagai orang alim, atau sebagai orang kaya, atau tokoh idola anda? Mengapa roh kita mesti menempati jasad kita, bukan yang lain?
Menurut kaum sufi bahwa disaat manusia berusia 3 bulan dalam kandungan, terjadi dialog antara manusia dengan Tuhan. Materi dialog seputar pengakuan ketuhanan Tuhan. Jika terjadi pembangkangan (katanya) maka bayi manusia tersebut tidak terlahir didunia. Tetapi sebaliknya, jika terjadi kesepakatan antara manusia sebagai hamba dan Tuhan sebagai yang disembah, maka niscaya manusia akan terlahir dengan selamat. Lantas setelah itu, Tuhan menghapus ingatan manusia terhadap hal itu.
Pertanyaan yang muncul adalah jika hal itu benar, artinya manusia yang lahir semua menyepakati eksistensinya sebagai hamba, tapi mengapa didunia masih terlahir orang-orang yang berwatak seperti Fir’aun, Hitler, Suharto, Om Liem atau malah Nietszche yang menganggap Tuhan telah mati ? Artinya Tuhan telah ditipu oleh manusia dong ?. Pertanyaan kedua adalah dimana sikap jentelmennya Tuhan ? Masa beraninya berdialog sama anak umur 3 bulan, dan melahirkan manusia dimuka bumi tanpa meminta kesediaannya menjadi manusia. Bayangkan, menjadi manusia dengan jabatan khalifah tidakklah mudah. Bukankah tawaran khalifah itu disampaikan pada gunung-gunung, lantas mereka menolaknya. Selanjutnya dikatakan bahwa hanya manusia yang bersedia, berhubung manusia itu bodoh dan sombong. Pertanyaan ketiga ialah sejak kapan manusia bersedia menganggung amanah itu sehingga manusia dikatakan bodoh dan sombong? Selanjutnya pertanyaan keempat adalah apa sih untungnya pikiran manusia dihapus ? Apakah Tuhan lagi kurang kerjaan ?
Dinilah seharusnya kita sebagai manusia “menggugat” Tuhan, atas rezim otoriternya yang memaksakan kehendak menghadirkan manusia dimuka bumi dengan segala persoalannya tanpa meminta persetujuan sang hamba atau menerangkan resiko-resiko serta tanggung jawab kemanusiaan kepada si janin. Tuhan seperti seorang Jendral yang memberlakukan wajib militer kepada para prajurit tanpa meminta persetujuan sang prajurit dan menerangkan sengitnya peperangan. Hanya kata “siap” engkau jendaral saya prajurit dan saya ikuti segala kemauannmu.
Sebagai penganut empirisme, penulis
menolak “kontrak karya” antara Tuhan dan hamba tersebut karena tidak ada bukti
otentik yang dapat dipertanggungjawabkan seperti surat pernyataan yang dibubuhi
materai, atau minimal ingatan saat kejadian tersebut. Ide persepakatan Tuhan
dan hamba menurut penulis hanyalah dongeng kaum sufi yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Dalam suatu hadis qudsi yang populer dikatakan : Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, Aku rindu untuk dikenal maka Aku mencipta. Artinya penciptaan makhluk termasuk manusia adalah efek dari kerinduan Tuhan untuk dikenal. Ternyata Tuhan memiliki sifat aktualisasi diri, dan untuk mewujudkan keinginan-Nya diciptakanlah makhluk termasuk manusia dengan segala persoalan dan tanggungjawabnya. Kemudian manusia dihadapkan dengan surga dan neraka sebagai konsekwensi eksistensi manusia.
Dalam suatu hadis qudsi yang populer dikatakan : Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, Aku rindu untuk dikenal maka Aku mencipta. Artinya penciptaan makhluk termasuk manusia adalah efek dari kerinduan Tuhan untuk dikenal. Ternyata Tuhan memiliki sifat aktualisasi diri, dan untuk mewujudkan keinginan-Nya diciptakanlah makhluk termasuk manusia dengan segala persoalan dan tanggungjawabnya. Kemudian manusia dihadapkan dengan surga dan neraka sebagai konsekwensi eksistensi manusia.
Pada proses penciptaan manusia para malaikat telah mengajukan mosi tidak percaya tentang kekhalifaan manusia yang (katanya) suka menumpahkan darah, tetapi dengan santainya Tuhan menjawab : “Aku lebih tahu daripada kamu”. Terlepas dari “bocornya” rahasia Tuhan tentang eksistensi manusia oleh malaikat, yang jelas sikap otoriter dan aktualisasi diri Tuhan (yang bosan kesepian) telah menjerumuskan manusia pada tanggungjawab yang sangat besar sebagai khalifah tanpa meminta kesepakatan pada calon manusia tentang resiko yang akan dihadapi.
Sekarang, apakah kita hanya duduk termangu memikirkan takdir kita sebagai manusia dengan beban yang sangat berat lalu pasrah begitu saja, atau menggugat Tuhan agar beban tersebut menjadi lebih ringan, atau bahkan mengkafirkan orang yang membuat tulisan ini agar anda merasa telah “membela” Tuhan demi slogan “Tuhan Maha Adil” yang sadar atau tidak telah mencandui hidup kita.
Tuhan Maha adil. Tapi ya Tuhan aku
patah hati dan “aku ga tau aku harus gimana"
mungkin kalimat itu sering diucapkan sebagian besar orang waktu mereka ngalamin
patah hati,putus cinta,ditolak,dikecewain,dll atau mungkin kamu sedang ngalamin
hal itu saat ini. Kamu ngerasa dunia seakan sudah berakhir,ga punya masa depan
lagi, yang ada hanya rasa kecewa,sakit hati,sedih,marah,dan seribu macam
perasaan campur aduk jadi satu dan kamu ga tau bagaimana cara mengatasi patah
hati itu. Mungkin segala macam nasehat, kata-kata semangat udah ga bisa kamu
terima lagi karena kamu ngerasa orang lain ga ngerti apa yang sedang kamu
rasain.Hatimu sudah hancur dan ga seorangpun bisa nyatuin kepingan-kepingan
itu. Tapi benarkah patah hati adalah akhir hidup kita?
Kamu mungkin pernah berkata
"Apa Tuhan tahu yah rasanya waktu aku bilang “Tuhan aku sayang sama
seseorang tapi orang itu enggak bales rasa sayang aku, dan sekarang hati aku
rasanya hancur & sedih banget..” Mungkin kamu berpikir apakah Tuhan tau apa
yang aku rasain saat ini? Benarkah Dia tau? Kalau Tuhan tau & peduli kenapa
Tuhan ijinin hal ini terjadi. Patah hati itu bukan akhir dari segalanya.Patah
hati itu hanya 1 proses pembelajaran dan cara Tuhan untuk menyelamatkan kamu
dari orang yang salah. Tuhan itu peduli & Tuhan tau betul gimana rasanya
patah hati, gimana rasanya ditolak dan gimana rasanya dikecewain ? Tuhan sangat
peduli sama hidup kamu & sama setiap peristiwa yang kamu alami. Kalau saat
ini kamu sedang patah hati Tuhan ijinkan itu terjadi untuk membentuk kamu jadi
orang yang lebih dewasa, itu semua adalah proses pembelajaran dan itu semua
akan berlalu. Percayalah kalau kita tetap melangkah, Tuhan pasti akan
memperlihatkan hal-hal yang lebih keren lagi di masa depan kita. Tuhan sanggup
memulihkan hati kita karena Dia memiliki Kasih yang sempurna yang dapat
memenuhi hati kita.
Dan saat hati kita dipenuhi oleh
Kasih Allah,percaya deh, kita enggak lagi tergantung oleh perasaan kita yang
sering berubah karena cinta. Dengan kasih Allah kita bisa mengasihi orang lain
dengan lebih tulus dan enggak peduli LAGI PATAH HATI atau enggak kita akan selalu
semangat menjalani hidup karena kita tahu Allah selalu berada di dekat kita.
Pengen tau lebih banyak bagaimana Tuhan bisa memulihkan hati kita yang sudah
hancur? Tonton video berikut ini ya.
Cerita Haru Tentang
Seorang Ayah ~~
VOB : Cerita Ayah dan
Anak piatu .Dikutip dari seorang penulis yang namanya tidak jelas.
~Empat tahun yang lalu,
kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi, sering aku bertanya-tanya,
bagaimana keadaan istriku sekarang di alam surgawi, baik-baik sajakah? Dia
pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan sorang suami yang tidak mampu
mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil. Begitulah yang
kurasakan, karena selama ini aku merasa bahwa aku telah gagal, tidak bisa
memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anakku, dan gagal untuk menjadi ayah dan
ibu untuk anakku. Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja, aku
harus segera berangkat ke kantor, anakku masih tertidur. Ohhh aku harus
menyediakan makan untuknya.
Karena masih ada sisa nasi, jadi aku
menggoreng telur untuk dia makan. Setelah memberitahu anakku yang masih
mengantuk, kemudian aku bergegas berangkat ke tempat kerja. Peran ganda yang
kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. Suatu hari ketika aku pulang
kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku
memeluk dan mencium anakku, aku langsung masuk ke kamar tidur, dan melewatkan
makan malam. Namun, ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud
untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba aku merasa ada sesuatu
yang pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan….. di
sanalah sumber ‘masalah’nya … sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan yang
berantakan di seprai dan selimut! Oh…Tuhan! Aku begitu marah, aku mengambil
gantungan pakaian, dan langsung menghujani anakku yang sedang gembira bermain
dengan mainannya, dengan pukulan-pukulan! Dia hanya menangis, sedikitpun tidak
meminta belas kasihan, dia hanya memberi penjelasan singkat: “Ayah, tadi aku
merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi.
Tapi ayah belum pulang,
jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah mengatakan untuk
tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar,
maka aku menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak
mie. Satu untuk ayah dan yang satu lagi untuk saya . Karena aku takut mie’nya
akan menjadi dingin, jadi aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat
sampai ayah pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang
bermain dengan mainanku, aku minta maaf,ayah … “ Seketika, air mata mulai
mengalir di pipiku, tetapi, aku tidak ingin anakku melihat ayahnya menangis
maka aku berlari ke kamar mandi dan menangis dengan menyalakan shower di kamar
mandi untuk menutupi suara tangisku. Setelah beberapa lama, aku hampiri anakku,
kupeluknya dengan erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan
dipantatnya, lalu aku membujuknya untuk tidur.
Kemudian aku
membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur. Ketika semuanya sudah
selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar anakku, dan melihat anakku
masih menangis, bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang
melihat foto ibu yang dikasihinya. Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, aku
mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih
sayang seorang ayah dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan
semua kebutuhannya. Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan
lulus dari Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak
meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan
bahagia. Namun, belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar
menyesal. Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak
saya absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku
berharap dia bisa menjelaskan.
Tapi ia tidak ada
dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami, memangil-manggil namanya dan
akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis, sedang bermain komputer
game dengan gembira. Aku marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan
pukulan-pukulan. Dia diam saja lalu mengatakan, “Aku minta maaf, ayah“. Selang
beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara “pertunjukan bakat”
yang diadakan oleh sekolah, karena yg diundang adalah siswa dengan ibunya. Dan
itulah alasan ketidakhadirannya karena ia tidak punya ibu. Beberapa hari
setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke rumah memberitahuku,
bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu,
anakku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis,aku yakin
, jika istriku masih ada dan melihatnya ia akan merasa bangga, tentu saja dia
membuat saya bangga juga! Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah
lewat. Tapi astaga, anakku membuat masalah lagi. Ketika aku sedang
menyelasaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja, tiba-tiba kantor pos
menelpon.
Karena pengiriman surat
sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati
mereka pun jadi kurang bagus. Mereka menelponku dengan marah-marah, untuk
memberitahu bahwa anakku telah mengirim beberapa surat tanpa alamat. Walaupun
aku sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anakku lagi, tetapi aku tidak
bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena aku merasa bahwa anak ini
sudah benar-benar keterlaluan. Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia
meminta maaf : “Maaf, ayah”. Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan
alasannya melakukan itu. Setelah itu saya pergi ke kantor pos untuk mengambil
surat-surat tanpa alamat tersebut lalu pulang. Sesampai di rumah, dengan marah
aku mendorong anakku ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol
apalagi ini? Apa yang ada dikepalanya? Jawabannya, di tengah isak-tangisnya,
adalah : “Surat-surat itu untuk ibu…..”. Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. …. tapi
aku mencoba mengendalikan emosi dan terus bertanya kepadanya: “Tapi kenapa kamu
memposkan begitu banyak surat-surat, pada waktu yg sama?” Jawaban anakku itu :
“Aku telah menulis surat buat ibu untuk waktu yang lama, tapi setiap kali aku
mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku, sehingga aku tidak dapat
memposkan surat-suratku. Tapi baru-baru ini, ketika aku kembali ke kotak pos,
aku bisa mencapai kotak itu dan aku mengirimkannya sekaligus”. Setelah
mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata, aku bingung, tidak tahu
apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku katakan. Aku bilang pada
anakku, “Nak, ibu sudah berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak
menuliskan sesuatu untuk ibu, cukup dengan membakar surat tersebut maka surat
akan sampai kepada mommy. Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang,
dan segera setelah itu, ia bisa tidur dengan nyenyak. Aku berjanji akan
membakar surat-surat atas namanya, jadi saya membawa surat-surat tersebut ke
luar, tapi…. aku jadi penasaran untuk tidak membuka surat tersebut sebelum
mereka berubah menjadi abu. Dan salah satu dari isi surat-suratnya membuat hati
saya hancur ‘ibu sayang’, Aku sangat merindukanmu! Hari ini, ada sebuah acara
‘Pertunjukan Bakat’ di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di
pertunjukan tersebut. Tapi kamu tidak ada, jadi aku tidak ingin menghadirinya
juga. Aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai
menangis dan merindukanmu lagi.
Saat itu untuk
menyembunyikan kesedihan, aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di
salah satu toko. Ayah keliling-keliling mencariku, setelah menemukanku ayah
marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak menceritakan
alasan yang sebenarnya. Ibu, setiap hari aku melihat ayah merindukanmu, setiap
kali dia teringat padamu, ia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis
di kamarnya. Aku pikir kita berdua amat sangat merindukanmu. Terlalu berat
untuk kita berdua. Tapi bu, aku mulai melupakan wajahmu. Bisakah ibu muncul
dalam mimpiku sehingga aku dapat melihat wajahmu dan ingat kamu? Temanku bilang
jika kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka kamu akan melihat
orang tersebut dalam mimpimu. Tapi ibu, mengapa engkau tak pernah muncul ?
Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti karena aku tidak pernah
bisa menggantikan kesenjangan yang tak dapat digantikan semenjak ditinggalkan
oleh istriku Note : Untuk para suami dan laki-laki, yang telah dianugerahi
seorang istri/pasangan yang baik, yang penuh kasih terhadap anak-anakmu selalu
berterima-kasihlah setiap hari pada istrimu. Dia telah rela menghabiskan sisa
umurnya untuk menemani hidupmu, membantumu, mendukungmu, memanjakanmu dan
selalu setia menunggumu, menjaga dan menyayangi dirimu dan anak-anakmu.
Hargailah keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidupmu dengan
segala kekurangan dan kelebihannya, karena apabila engkau telah kehilangan dia,
tidak ada emas permata, intan berlian yang bisa menggantikannya.
No comments:
Post a Comment