Drs.Mhd.Rakib,SH.,M.A.
KATA PENGANTAR
Gurindam 13 ini,
dibuat di saat penulis akan mengikuti ujian
akhir di Program doctor UIN Suska, Riau di Pekanbaru. Yaitu Oktober 2011. Jika
pembaca ingin membacanya di internet, buka saja Google, Yayasan
Raksya-Riau.Walaupun kulaiah penulis, pada jurusan Hukum Islam dan Hukum Barat
dan Hukum Indonesia, tapi penulis juga hobi berpantun,menyanyi dan membuat
Gurindam. Karena dunia penyair, bagi penulis merasa sangat indah. Sehari-hari
penulis adalah Widyaiswara pendidikan pada LPMP Riau, sejak tahun 1999.Penulis
juga dosen ilmu perbandingan agama, yang selalu menghafal ayat-ayat Injil.Kemudian
penulis juga Muballigh dan khatib jumat, di kota Pekanbaru-Riau, semenjak tahun
1980.
Di Kuala Kampar.
Singgah lah
anda di sini ….
Tmpat ku mmbuat Puisi,dengan segudang ambisi..dan Mimpi-mimp,
Tmpat ku mmbuat Puisi,dengan segudang ambisi..dan Mimpi-mimp,
Yang g
kini jadikan memori….
Singgah saja….dekat Bono bermain air, muara.
Tmpat ku mengarang lagu Cinta,dengan segudang Cerita
Singgah saja….dekat Bono bermain air, muara.
Tmpat ku mengarang lagu Cinta,dengan segudang Cerita
,dan Cita-cita Dua warna
Singgah sebntar saja….
Tmpat ku blajar,,memahami fajar sbelum mngerti Senja
Singgah sebntar saja….
Tmpat ku blajar,,memahami fajar sbelum mngerti Senja
Mengurangi pedih dan derita.…
Semoga
gurindam 13 ini bermanfaat sampai ke anak cucu, cicit dan turun
temurun…Amin…Pekanbaru 4-November 2011.
PENDAHULUAN
Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu
lama yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari 2 baris kalimat dengan
irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Gurindam ini
dibawa oleh orang Hindu atau pengaruh sastra Hindu. Gurindam berasal dari bahasa Tamil (India) yaitu kirindam
yang berarti mula-mula amsal,
perumpamaan. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau akibat dari
masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. Contoh:
Barang
siapa tiada memegang agama,
Sekali-kali
tiada boleh dibilangkan nama.
Barang
siapa mengenal yang empat,
Maka ia
itulah orang yang ma’rifat.
Gendang
gendut tali kecapi
Kenyang
perut senang hati
Pengarang gurindam yang terkenal adalah
Raja Ali Haji, saudara sepupu Raja Ali yang menjadi raja muda di Riau (1844-1857).
Gurindam 12 pasal karya Raja Ali Haji yang terkenal berjudul “Gurindam Dua Belas”.
Penulis AkanMenggali Makna Gurindam
Pasal kesebelas dalam kaitannya dengan nilai nilai Islam
Ini gurindam pasal yang kesebelas:
Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.
Hendak marah,
dahulukan hajat.
Hendak dimulai,
jangan melalui.
Hendak ramai,
murahkan perangai.
Pengertian Gurindam
Gurindam secara sederhana memiliki arti sebagai sebuah puisi. Gurindam 12 adalah sekumpulan syair yang diciptakan oleh Raja Ali Haji di Pulau Penyengat. Adapun beliau adalah seorang sastrawan di Kepulauan Riau pada masanya dan diakui sebagai salah satu Pahlawan Nasional.
Mengenai sebab-sebab Raja Ali Haji menciptakan gurindam adalah sebagai mas kawin yang diberikan kepada Engku Puteri Hamidah yang tinggal di Pulau Penyengat. Mas kawin ini dipahatkan di batu marmer sebagai bukti rasa cintanya.
Dalam kata-kata yang termaktub di gurindam tersebut sangat kental sekali nuansa keislaman, dikarenakan gurindam tersebut memang berisi wejangan maupun nasehat yang sangat berguna dan bersifat universal bagi masyarakat, khususnya masyarakat dimana Raja Ali Haji itu tinggal, yaitu masyarakat Melayu. Hal ini dimungkinkan karena dominannya unsur Islam dalam kehidupan bermasyarakat di kebudayaan Melayu sebagai dampak dari lancarnya proses Islamisasi di wilayah tersebut, khususnya kepulauan Riau.
Gurindam 12 secara lengkap dapat disimak sebagai berikut (ditransliterasi dari http//www.id.wikipedia.org/gurindam):
Ini gurindam pasal yang pertama
Barang siapa tiada memegang agama,sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama. Barang siapa mengenal yang empat,maka ia itulah orang ma'rifat Barang siapa mengenal Allah,suruh dan tegahnya tiada ia menyalah. Barang siapa mengenal diri,maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari. Barang siapa mengenal dunia,tahulah ia barang yang terpedaya. Barang siapa mengenal akhirat,tahulah ia dunia melarat.
Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.
Hendak marah,
dahulukan hajat.
Hendak dimulai,
jangan melalui.
Hendak ramai,
murahkan perangai.
Pengertian Gurindam
Gurindam secara sederhana memiliki arti sebagai sebuah puisi. Gurindam 12 adalah sekumpulan syair yang diciptakan oleh Raja Ali Haji di Pulau Penyengat. Adapun beliau adalah seorang sastrawan di Kepulauan Riau pada masanya dan diakui sebagai salah satu Pahlawan Nasional.
Mengenai sebab-sebab Raja Ali Haji menciptakan gurindam adalah sebagai mas kawin yang diberikan kepada Engku Puteri Hamidah yang tinggal di Pulau Penyengat. Mas kawin ini dipahatkan di batu marmer sebagai bukti rasa cintanya.
Dalam kata-kata yang termaktub di gurindam tersebut sangat kental sekali nuansa keislaman, dikarenakan gurindam tersebut memang berisi wejangan maupun nasehat yang sangat berguna dan bersifat universal bagi masyarakat, khususnya masyarakat dimana Raja Ali Haji itu tinggal, yaitu masyarakat Melayu. Hal ini dimungkinkan karena dominannya unsur Islam dalam kehidupan bermasyarakat di kebudayaan Melayu sebagai dampak dari lancarnya proses Islamisasi di wilayah tersebut, khususnya kepulauan Riau.
Gurindam 12 secara lengkap dapat disimak sebagai berikut (ditransliterasi dari http//www.id.wikipedia.org/gurindam):
Ini gurindam pasal yang pertama
Barang siapa tiada memegang agama,sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama. Barang siapa mengenal yang empat,maka ia itulah orang ma'rifat Barang siapa mengenal Allah,suruh dan tegahnya tiada ia menyalah. Barang siapa mengenal diri,maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari. Barang siapa mengenal dunia,tahulah ia barang yang terpedaya. Barang siapa mengenal akhirat,tahulah ia dunia melarat.
Menggali Makna Gurindam Pasal kesebelas dalam kaitannya dengan nilai nilai
Islam
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa Gurindam yang diciptakan Raja Ali Haji sangat kental dengan nuansa keislamannya. Hal ini dimungkinkan karena interaksi yang sangat dekat antara budaya melayu dengan Islam.
Adapun mengenai pemaknaan gurindam tersebut, bait pertama:
Hendaklah berjasa kepada yang sebangsa
Makna dari kalimat tersebut adalah himbauan kepada manusia untuk selalu bisa bermanfaat kepada sesama, sebab dalam Islam memang sangat dianjurkan sekali untuk saling memberikan manfaat, seperti misalnya dalam sebuah hadis, “seorang muslim adalah saudara bagi orang islam yang lain, yang tidak akan menganiayanya, tidak akan membiarkannya (ataupun menyerahkannya kepada musuhnya). Barangsiapa menyampaikan hajat (kepentingan) saudaranya, maka Allah akan mengabulkan hajat orang itu. Barang siapa yang memberikan kemudahan bagi seorang muslim yang sedang kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan padanya ketika kesulitan pada Hari Kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi rahasia seorang muslim, maka Allah akan menutupi baginya rahasianya pada Hari Kiamat." (HR. Muslim)
Untuk makna dari bait kedua gurindam pasal kesebelas:
Hendaklah jadi kepala, buang perangai yang cela
Sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan dalam Islam yang sangat mengutamakan akhlak yang mulia. Bukankah Rasulullah memiliki sifat-sifat terbaik dan jauh dari sifat yang tercela, yaitu Fathanah, Amanah, Shiddiq, dan Tabligh. Sehingga seorang pemimpin (kepala) hendaklah memiliki rasa tanggung jawab dan menjauhi akhlak yang tercela, “Kamu semua dalah pemimpin, dan kamu semua akan ditanya (bertanggungjawab) atas pimpinannya. Maka imam adalah pemimpin yang bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Dan seorang suami adalah pemimpin terhadap keluarganya dan akan ditanya tentang pimpinannya. Dan seorang isteri adalah pemimpin pada rumah tangga suaminya maupun anak anaknya dan bertanggungjawab terhadap pimpinannya. Seorang anak menjadi pemimpin terhadap ayahnya dan bertanggungjawab terhadap apa yang telah dipimpinnya.. Dan seorang pelayan adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan bertanggungjawaab atas pimpinannya. Maka kamu semua adalah pemimpin dan kamu semua adalah bertanggungjawab terhadap rakyat (hasil pimpinannya, anak buahnya, pekerjaanya)” (HR. Bukhari)
Kemudian bait yang ketiga:
Hendaklah memegang amanat, buanglah khianat
Dapat direnungkan sebagai upaya agar menjadi orang yang terpercaya, sebagaimana dalam sebuah hadis, “Laksanakanlah amanat(kewajiban) pada orang yang mempercayakan diri padamu, dan janganlah berkhianat (menipu) pada orang yang menipumu” (HR. Turmudzi)
Untuk bait yang keempat:
Hendak marah dahulukan hajat
Dalam sebuah hadis, riwayat Abu Daud disebutkan, “Barangsiapa yang menahan kemarahan, padahal dia sanggup untuk melepaskan kemarahan itu, maka Allah akan memenuhi hati orang itu berupa keamanan dan keimanan” (HR. Abu Daud)
Secara sederhana berati ini sebuah nasehat bahwa marah itu adalah sesuatu yang tidak baik dan dianjurkan untuk melaksanakan hajat misalnya silaturrahim, bertadabur alam, rihlah ataupun yang sejenisnya untuk mengurangi rasa marah itu dan mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia.
Bait yang kelima:
Hendak dimulai jangan melalui
Maksud dari bait ini adalah bahwa sebagala sesuatu perlu awal untuk dimulai
Bait keenam:
Hendak ramai, muliakan perangai
Bait ini sangat berkaitan dengan akhlak yang baik. Artinya jika seseorang ingin mendapatkan sesuatu ataupun silaturrahimnya semakin dipermudah oleh Allah, maka salah satu jalannya adalah dengan memperbaiki perangai (tingkah laku/akhlak), “Tidak ada sesuatu yang lebih memperberat timbangan pahala kebaikan (pada Hari Kiamat) kecuali budi pekerti (akhlak) yang baik” (HR. Abu Daud)
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa Gurindam yang diciptakan Raja Ali Haji sangat kental dengan nuansa keislamannya. Hal ini dimungkinkan karena interaksi yang sangat dekat antara budaya melayu dengan Islam.
Adapun mengenai pemaknaan gurindam tersebut, bait pertama:
Hendaklah berjasa kepada yang sebangsa
Makna dari kalimat tersebut adalah himbauan kepada manusia untuk selalu bisa bermanfaat kepada sesama, sebab dalam Islam memang sangat dianjurkan sekali untuk saling memberikan manfaat, seperti misalnya dalam sebuah hadis, “seorang muslim adalah saudara bagi orang islam yang lain, yang tidak akan menganiayanya, tidak akan membiarkannya (ataupun menyerahkannya kepada musuhnya). Barangsiapa menyampaikan hajat (kepentingan) saudaranya, maka Allah akan mengabulkan hajat orang itu. Barang siapa yang memberikan kemudahan bagi seorang muslim yang sedang kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan padanya ketika kesulitan pada Hari Kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi rahasia seorang muslim, maka Allah akan menutupi baginya rahasianya pada Hari Kiamat." (HR. Muslim)
Untuk makna dari bait kedua gurindam pasal kesebelas:
Hendaklah jadi kepala, buang perangai yang cela
Sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan dalam Islam yang sangat mengutamakan akhlak yang mulia. Bukankah Rasulullah memiliki sifat-sifat terbaik dan jauh dari sifat yang tercela, yaitu Fathanah, Amanah, Shiddiq, dan Tabligh. Sehingga seorang pemimpin (kepala) hendaklah memiliki rasa tanggung jawab dan menjauhi akhlak yang tercela, “Kamu semua dalah pemimpin, dan kamu semua akan ditanya (bertanggungjawab) atas pimpinannya. Maka imam adalah pemimpin yang bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Dan seorang suami adalah pemimpin terhadap keluarganya dan akan ditanya tentang pimpinannya. Dan seorang isteri adalah pemimpin pada rumah tangga suaminya maupun anak anaknya dan bertanggungjawab terhadap pimpinannya. Seorang anak menjadi pemimpin terhadap ayahnya dan bertanggungjawab terhadap apa yang telah dipimpinnya.. Dan seorang pelayan adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan bertanggungjawaab atas pimpinannya. Maka kamu semua adalah pemimpin dan kamu semua adalah bertanggungjawab terhadap rakyat (hasil pimpinannya, anak buahnya, pekerjaanya)” (HR. Bukhari)
Kemudian bait yang ketiga:
Hendaklah memegang amanat, buanglah khianat
Dapat direnungkan sebagai upaya agar menjadi orang yang terpercaya, sebagaimana dalam sebuah hadis, “Laksanakanlah amanat(kewajiban) pada orang yang mempercayakan diri padamu, dan janganlah berkhianat (menipu) pada orang yang menipumu” (HR. Turmudzi)
Untuk bait yang keempat:
Hendak marah dahulukan hajat
Dalam sebuah hadis, riwayat Abu Daud disebutkan, “Barangsiapa yang menahan kemarahan, padahal dia sanggup untuk melepaskan kemarahan itu, maka Allah akan memenuhi hati orang itu berupa keamanan dan keimanan” (HR. Abu Daud)
Secara sederhana berati ini sebuah nasehat bahwa marah itu adalah sesuatu yang tidak baik dan dianjurkan untuk melaksanakan hajat misalnya silaturrahim, bertadabur alam, rihlah ataupun yang sejenisnya untuk mengurangi rasa marah itu dan mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia.
Bait yang kelima:
Hendak dimulai jangan melalui
Maksud dari bait ini adalah bahwa sebagala sesuatu perlu awal untuk dimulai
Bait keenam:
Hendak ramai, muliakan perangai
Bait ini sangat berkaitan dengan akhlak yang baik. Artinya jika seseorang ingin mendapatkan sesuatu ataupun silaturrahimnya semakin dipermudah oleh Allah, maka salah satu jalannya adalah dengan memperbaiki perangai (tingkah laku/akhlak), “Tidak ada sesuatu yang lebih memperberat timbangan pahala kebaikan (pada Hari Kiamat) kecuali budi pekerti (akhlak) yang baik” (HR. Abu Daud)
Kalau
anda tidak, punya etik,
Pasti
akan, terlibat konflik.
Setan
pun datang, menggelitik,
Menampilkan,
sifat munafik.
LINGKUNGAN HIDUP
Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri daripada dua baris ayat dengan irama
akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama
mengandungi semacam soal , masalah atau perjanjian dan baris kedua mengandungi jawaban nya atau akibat daripada masalah atau perjanjian pada baris pertama
tadi. Penulis
(M. Rakib) coba
mengarang gurindam 13, tentang,LINGKUNGAN HIDUP( alam sekitar). Apabila
orang membaca Gurindam tiga belas, diharapkan, pembaca tidak melupakan
nama Muhammad Rakib:
Muhammad Rakib, nama diberi,
Lahirlah aku, seorang diri,
Disangka kembar, dalam ramalan,
Ayah dan ibu, merasa ngeri.
Lahirku di, Pulau Penyalai,
Nyiur melambai, sepanjang
pantai,
Jawa, Melayu China,
beramai-ramai
Banyaknya nyamuk, tidak
terlerai.
Pernah kucoba berladang padi,
Lima tahun mengorbankan diri,
Sambil sekolah, mencari rezeki,
Ke Bangkinang, pergi mengaji.
Gurindam 13 ini, tentunya terinspirasi
oleh gurindam 12 Ali Raja Haji, abad ke-18 yang sejak lama
sudah hadir dan melegenda, di Kepri, bahkan di Asia tenggara..Penulis ingin
mengembangkan sastera, puisi bentuk gurindam yang hampir mati, untuk dihidupkan
kembali. Inilah gurindam tentang persekitaran:
1. Kepada lingkungan, tidak
sopan
Akan menuai, badai dan taufan
2. Jika jamban, tidak bersih,
Banyaknya cacing, seperti buih.
3. Kurang bersih, kurang
cermat,
Tentu dirimu akan tersesat
Tentu dirimu akan tersesat
4. Apabila
rumah, disapunya jarang,
Lipas dan semut, akan meyerang.
5. Ke laut membuang, racun
bebisa,
Makhluk hidup, akan binasa.
6. Jika
ke sungai, membuang sampah,
Anak cucu, akan menyumpah.
7. Orang
asing, menambang emas,
Putra daerah, dibuat lemas.
8. Saluran
air, jika tersumbat
Banjir datang, di hujan lebat.
9. Jika
kebun, dibiarkan semak
Babi akan, beranak pinak.
1O. Siapa
saja, merosakkan hutan,
Dialah
sebenarnya, sahabat Setan.
11.Siapa zalim, kepada binatang
Hati nuraninya pasti, akan menentang
12. Siapa saja menyayangi,
tumbuh-tumbuhan,
Penyakitnya mudah, mendapatkan
kesembuhan
13. Siapa selalu, menanam kayu,
Jauhlah penyakit, lumpuh layu
Fasal 1
1. Kepada persekitaran, tidak
sopan
akan menuai, badai dan taufan.
2. Sopan terhadap persekitaran
itu, ada empat,
siapa mengamalkan, akan mendapat.
siapa mengamalkan, akan mendapat.
Pertama, persekitaran, rumah harus
bersih,
Supaya Allah, mejadi kasih.
Kedua, persekitaran bandar, perlu
rimbun,
Semua jalan, dinaungi daun.
Ketiga, sanitasi, perlu berbau
harum,
Tetamu yang datang, hormat dan
maklum
Keempat, tidak boleh ditemui, jalan
yang banjir,
Parit dan longkang, perlu disisir.
Fasal 2
Apabila jamban, tidak bersih,
datanglah cacing banyak, seperti buih.
datanglah cacing banyak, seperti buih.
1. Siapa saja, punya perhatian
terhadap kebersihan tandas
Kesihatan dirinya tidak akan meleset.
2. Siapa selalu, berak di
sungai,
Hilang wibawa, buruk perangai.
3. Siapa selalu berak, di
semak,
Pola fikirnya, sukar bergerak.
4. Siapa perutnya, banyak cacing,
otaknya lemah, kepalanya pusing.
otaknya lemah, kepalanya pusing.
5. Siapa saja, mandi tidak
bersih,,
ibadahnya hanya, mendapat letih.
ibadahnya hanya, mendapat letih.
Fasal 3
Persekitaran kumuh, tentu tak sihat,
sampah menumpuk, pelbagai tempat.
Persekitaran kumuh, tentu tak sihat,
sampah menumpuk, pelbagai tempat.
1. Apabila sampah, terkumpul di
jalan,
banyak problema, jadi persoalan.
2. Apabila tempat tidur, banyak
Kepinding,
tidak dapat tidur, kepala pening.
tidak dapat tidur, kepala pening.
3. Apabila penempatan kumuh,
dibiarkan.
penyakit menyebar, tak terkendalikan.
penyakit menyebar, tak terkendalikan.
4. Bersungguh-sungguh engkau
menyingkirkan kotoran,
apakah yang berat, mahupun yang ringan.
apakah yang berat, mahupun yang ringan.
5. Apabila penempatan terlalu
semberono,
muncullah perbuatan yang tiada senonoh.
muncullah perbuatan yang tiada senonoh.
6. Anggota
masyarakat, hendaklah ingat,
di situlah banyak orang, mendapat laknat.
di situlah banyak orang, mendapat laknat.
7. Hendaklah peliharakan
kebersihan bersama,
daripada kelak, membawa bencana.
daripada kelak, membawa bencana.
8. Jangan sembarangan, membakar
plastik,
asapnya berbahaya, seperti narkotik.
Fasal 4
Apabila rumah, disapunya
jarang,
Lipas dan semut, akan meyerang
1. Lipas dan semut, bukan hanya
mengigit,
Tapi juga, membawa penyakit ..
2. Lipas adalah lambang, orang
yang dengki,
menebar kebusukan, tiada henti.
menebar kebusukan, tiada henti.
3. Semut lambang,
ahli fikir,
di dalam berjalan, tak pernah tergelincir.
di dalam berjalan, tak pernah tergelincir.
4. Pekerjaan menyapu, perlu
dibela,
oleh seorang pesuruh, mahupun oleh seorang ketua.
oleh seorang pesuruh, mahupun oleh seorang ketua.
Fasal 5
Ke laut membuang, racun bebisa,
Makhluk hidup, akan binasa.
1. Jika hendak mengenal, racun
berbisa,
ada di limbah, air raksa.
ada di limbah, air raksa.
2. Banyak kilang, membuang
sisa,
Akhirnya ke laut, bermuara.
3. Jika laut, sudah
tercemar, ikan meyebar, penyakit cacar.
4. Jika hendak
menyayangi laut,
para pengawas, janganlah takut.
para pengawas, janganlah takut.
5. Makhluk laut, sering kena
racun,
jadi pemandangan, stiap tahun.
jadi pemandangan, stiap tahun.
penyakit datang, tanpa ampun
6. Jika hendak mengenal orang
yang buruk perangai,
lihat pada ketika mencampakkan sampah ke sungai.
lihat pada ketika mencampakkan sampah ke sungai.
Fasal 6
Jika
ke sungai, membuang sampah,
Anak
cucu, akan menyumpah.
1. Cari olehmu akan
persekitaran yang sihat,
agar tidak setiap hari, menyediakan ubat.
agar tidak setiap hari, menyediakan ubat.
2. Cari olehmu, pasangan yang
rajin,
agar rumah dan pakaian, rapi dan licin.
agar rumah dan pakaian, rapi dan licin.
3. Cari olehmu akan isteri yang
bersih,
menata linkungan, tidak berdaloih.
menata linkungan, tidak berdaloih.
1. Cari olehmu akan kawan yang
tidak merokok,
agar hidup ini, tidak hanya pulang pokok.
agar hidup ini, tidak hanya pulang pokok.
2. Cari olehmu akan teman, anti
dadah,
agar terhindar dari, pelbagai musibah.
agar terhindar dari, pelbagai musibah.
Fasal 7
Orang
asing, menambang emas,
Putra
daerah, dibuat lemas.
Kulit
bumi, terkelupas,
Ditinggal,
tanpa belas,
Setelah isi
kandungannya, habis dikuras.
1. Apabila terlalu percaya
kepada oarang asing,
di situlah jalan dusta, membuat pening dan pusing.
di situlah jalan dusta, membuat pening dan pusing.
2. Apabila kepada asing,
berlebih-lebihan suka,
akhirnya negara, akan berduka.
akhirnya negara, akan berduka.
3. Kepada orang asing, kurang
siasat,
itulah tanda, pemimpinnya sesat.
itulah tanda, pemimpinnya sesat.
4. Apabila anak tidak dilatih,
bekerja keras,
datanglah orang asing, untuk memeras.
datanglah orang asing, untuk memeras.
5. Jangan banyak
mengharapkan orang, cukupkan diri, mana yang kurang.
6. Apabila orang yang banyak
tidur,
dijajah asing, sepanjang umur.
dijajah asing, sepanjang umur.
7. Apabila tidak mahu,
nusantara dikuras,
Seluruh rakyat perlu, menjadi pengawas.
8. Apabila orang asing, suka
menipu,
melahirkan pelbagai, sifat cemburu.
melahirkan pelbagai, sifat cemburu.
9. Apabila perkataan orang
asing lemah lembut,
janganlah cepat, menjadi pengikut.
janganlah cepat, menjadi pengikut.
10. Apabila mendengar
perkataan kasar,
jangan cepat, merasa gusar.
jangan cepat, merasa gusar.
11. Apabila pekerjaan, orang asing ternyata
benar,
boleh diikut, tapi jangan berbuat onar.
boleh diikut, tapi jangan berbuat onar.
Fasal 8
Saluran
air, jika tersumbat
Banjir datang, di hujan lebat
1. Siapa yang membiarkan
saluran air tersumbat,
bererti telah, berbuat khianat.
2. Kepada dirinya ia
aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.
orang itu jangan engkau percaya.
3. Lidah orang yang suka
berdebat,
banyak kebenaran, menjadi terbantut.
banyak kebenaran, menjadi terbantut.
4. Daripada memuji diri
hendaklah sabar,
biar daripada orang datangnya khabar.
biar daripada orang datangnya khabar.
5. Orang yang berjasa, kepada
linkungan,
akan diberi kelebihan, oleh Tuhan.
akan diberi kelebihan, oleh Tuhan.
6. Kerosakan jalan, yang
disembunyikan,
rakyat jelata, menjadi mangsa.
rakyat jelata, menjadi mangsa.
7. Banyaknya jalan, berlobang
lobang,
tandanya, pemimpin berbuat sumbang.
tandanya, pemimpin berbuat sumbang.
Fasal 9
Jika
kebun, dibiarkan semak
Babi akan, beranak pinak
1. Malas dan lalai, kebun
ditelantarkan,
pekerjaan manusia, yang dekat dengan syaitan.
pekerjaan manusia, yang dekat dengan syaitan.
2. Jangan malas, kerja
berpeluh,
hidup ini nikmat, ketika berusaha dengan sungguh-sungguh.
hidup ini nikmat, ketika berusaha dengan sungguh-sungguh.
3. Anak-anak yang selalu
dimanja,
Kepada orang tuanya, berperangai seperti raja ..
4. Kebebasan bagi orang yang
muda,
tempat syaitan, mudah menggoda.
tempat syaitan, mudah menggoda.
5. Pendikan
bangsa Indonesia yang benar-benar asli,
di bidang pertanian, mengadikan diri.
di bidang pertanian, mengadikan diri.
6. Dosa orang tua, yang paling
besar,
tanahnya luas, dibiarkan terlantar.
tanahnya luas, dibiarkan terlantar.
7. Jika anda orang yang
beriman,
yang memikirkan masa depan,
Menjual tanah, hendaklah
diramkan
Fasal 10
Siapa
saja, merusakkan hutan,
Dialah sebenarnya, sahabat Setan
1. Setan itu termasuk, manusia
yang sangat kapitalis,
Demi keuntungan sesaat, hutan pun dilibas habis.
2. Hutan simpan, cadangan air,
Hutan digunduli, datanglah banjir.
3. Hutan adalah paru-paru
dunia,
Yang merosakkannya, berbuat aniaya ..
4. Hutan lindung, kini
terkepung,
Di sana pencuri, banyak berlindung.
Fasal 11
Siapa saja yang zalim, kepada
binatang
Hati nuraninya pasti, akan menentang
1. Hendaklah berjasa,
melindungi haiwan,
sayangi binatang, makhluk Tuhan.
sayangi binatang, makhluk Tuhan.
2. Memelihara burung, di dalam
sangkar,
perbuatan zalim, dosanya besar.
perbuatan zalim, dosanya besar.
3. Tumbuhan dan haiwan
adalah amanat,
titipan Tuahn, mendatangkan rahmat.
titipan Tuahn, mendatangkan rahmat.
4. Haiwan kesayangan, mati
tak diberi makan,
suatu kezaliman, akan mendapat balasan.
suatu kezaliman, akan mendapat balasan.
5. Hati-hati kalau
beternak,
penyakit haiwan begitu banyak.
penyakit haiwan begitu banyak.
6. Anjing dan babi, menularkan
cacing pita,
7. Pemiliknya akan, menuai derita.
Fasal 12
Siapa saja menyayangi,
tumbuh-tumbuhan,
Penyakitnya mudah, mendapatkan
kesembuhan
1. Tumbuh-tumbuhan punya,
khasiat ubat,
orang bijak, menyediakan tempat.
orang bijak, menyediakan tempat.
2. Betulkan hati kepada kepada makhluk
bumi,
hidupmu akan damai, diberkati.
hidupmu akan damai, diberkati.
3. Kepada tumbuh-tumbuhan,
bersikap kedekut,
akan ditimpa oleh, pelbagai penyakit.
akan ditimpa oleh, pelbagai penyakit.
4. Kasihan tumbuh-tumbuhan yang
meranggas,
kerana bumi, semakin panas.
kerana bumi, semakin panas.
5. Obat diramu, orang yang
hebat,
semuanya diukur dengan tepat.
semuanya diukur dengan tepat.
6. lngatkan, semua penyakit,
ada obatnya,
asalkan rajin, bertanya-tanya.
7. Yang tidak ada ubatnya,
hanya maut,
jangan dikejar, jangan dijemput
jangan dikejar, jangan dijemput
Fasal 13
Siapa menghalang,
pelancongan maksiat,
Tidak terkena,
kutuk dan laknat.
1. Lingkungan pelancongan,
beraroma maksiat,
Orang
beriman, tidak akan terpikat.
2. Beribu-ribu, karauke dan
panti pijat,
menyebar
mesum, menjadi ujian bagi yang taat.
3. Banyak peraturan daerah,
anti pelacuran,
agar
penyakit AIDS, boleh dihentikan.
4. Siapa yang memelihara, hutan
lindung,
Sama
dengan memelihara, ibu kandung.
5. Siapa saja, merosakkan hutan
lindung,
berari
membuat penderitaan, tanpa hujung.
6. Siapa saja yang merosakkan
pantai,
mengundang
petaka hujan dan badai.
Created by. Drs.M.Rakib, SH, M. Ag
Diposkan oleh Yayasan Raksya
Riau di 16:27
Berikan Kritik, Info dan Cadangan anda yang bersifat
membina!
Yang tidak mempunyai akaun, boleh memberi komen menggunakan nama Anonym. Terima kasih.
Yang tidak mempunyai akaun, boleh memberi komen menggunakan nama Anonym. Terima kasih.
Mengenai
Saya
Nama
saya Drs.Muhammad Rakib, SH, M. Ag pemilik sebuah yayasan pendidikan yang akan
mendirikan sekolah wirausaha (intrepreneur) melayu islam Riau.
LINGKUNGAN KUALA KAMPAR
Bono: Fenomena Alam Daerah
Kelahiranku dan Legenda Seven Ghosts
By
Drs.M.Rakib Jamari,S.H.,M.Ag. LPMP Riau
Wajah menatap ke barat yang kental
nuansa logis dan empiris mengaliri pikiran dengan kaki yang terbenam. Terikat
akar budaya timur yang berselimutkan misteri dan mistikal pada intuisi. Pada
setiap sabda alam yang terjelma di negara ini, perspektif magis akan selalu
mengiringi setiap paradigma ilmiah dan rasional.
Pada tanggal 17-24 Maret 2011 Rip
Curl Team yang berjumlah 17 orang melakukan kegiatan berselancar
diatas Gelombang Bono dan sekaligus mendokumentasikan fenomena gelombang Bono
di Muara Sungai Kampar, Kecamatan Teluk Meranti Propinsi Riau agar lebih di
kenal masyarakat internasional. Beberapa nama yang sangat dikenal di dunia
peselancar terlibat pada aktivitas yang bernama Project Bono tersebut antara
lain Tom Curren (USA) Alive surfing legend and 4 times world champ, Bruno
Santos (BRZ) TOP 3 ASP South America and former ASP WT 2010 and 2006 Junior
World Champ ISA, Tyler Larronde (FRA) big media push on 2010 and Younger Tow
surfer ever/ Biillabon XXL qualification, Dean Brady (AUS) RC Australia
Official team leader, dan Oney Anwar (IND) RC Asia Official team leader.
Bono merupakan nama yang diberikan oleh
masyarakat Teluk Meranti kepada gelombang yang terkategori Tidal Bore,
yaitu fenomena hidrodinamika yang terkait dengan pergerakan massa air dimana
gelombang pasang menjalar menuju ke hulu dengan kekuatan yang bersifat merusak.
Bono menjadi terkenal karena telah cukup banyak memakan korban jiwa dan
merusakkan kapal-kapal yang sedang melintas jika harus berpapasan tanpa mampu
menghindar dengan Bono. Selama ini, cerita-cerita yang berkembang dan
berseliweran di masyarakat menggambarkan Bono hanya sebagai fenomena alam yang
mengerikan dan menakutkan.
Legenda turun menurun yang tidak
pernah dituliskan tetapi hanya tersebar dari mulut ke mulut mengungkapkan kalau
pada awalnya Bono di Sungai Kampar berjumlah 7 ekor, kemudian salah satu dari
anak Bono mati dan menghilang karena ditembak oleh meriam Belanda. 6 ekor Bono
yang tersisa kemudian dari yang kecil hingga yang besar pada saat-saat tertentu
datang mengamuk untuk menunjukkan kekuatan dan keberingasannya laksana induk
yang marah karena kehilangan anaknya.
Cerita lain yang berkembang adalah
Bono yang ada di sungai Kampar merupakan Bono jantan sedangkan Bono yang berada
di Sungai Kubu merupakan Bono betina. Pada musim pasang mati, Bono jantan
menemui Bono betina untuk mengajaknya bermain di selat Malaka. Jika bulan mulai
membesar mereka masing-masing kembali ke tempat asalnya, Bono jantan mudik ke
sungai Kampar dan Bono betina mudik ke sungai Rokan. Semakin sempurna bulan di
langit semakin kedua Bono bergembira untuk berpacu dengan dahsyat menuju
asalnya sehingga semakin menderu dan bergemuruh sampai ke tempat masing-masing.
Konon katanya pada zaman Belanda,
rakyat Teluk Meranti telah sering ditantang keberaniannya oleh Belanda untuk
mengendarai kapal di atas Gelombang Bono dengan imbalan Rp. 5 yang pada masa
itu tentunya dianggap berjumlah cukup banyak. Istilah untuk keberanian
menaklukkan Bono dikenal oleh masyarakat setempat dengan Bekudo Bono.
Fenomena Bono yang gelombang
ketinggiannya mencapai 4-6 meter di Propinsi Riau ditemukan pada Sungai Kampar
dan di Sungai Kubu, Kabupaten Rokan Hilir. Berdasarkan kajian ilmiah, Bono
tercipta disebabkan oleh kondisi di muara sungai terjadi pendangkalan berat
sehingga saat air pasang datang dari laut maka air pasang tidak dapat bergerak
ke hulu dengan lancar tercegah oleh endapan dan bentuk muara yang menguncup.
Gelombang pasang surut yang bertemu dengan arus sungai Kampar menyebabkan
terbentuknya Bono di Muara Sungai Kampar.
Dikarenakan tidak semua muara sungai
atau teluk dapat melahirkan Gelombang Bono, maka fenomena Bono di Kecamatan
Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau menjadi pesona alam yang
dianggap unik dan menarik. Berdasarkan laporan Tidal Bore Research
Society beberapa Todal Boreyang pernah terjadi di negara
lain yaitu di Batang Lumpar (Malaysia), Sungai Siene (Francis), Sungai
Shubenacadie dan Sungai Stewackie (Canada), Sungai Yang Tse-Kiang dan Sungai
Hangzhou (Hangchow) di China, Bore di Sungai Amazon (pororoca) di
Brazil, tidal bore di Sungai Seine (mascaret)di Perancis, dan Tidal
Bore Hoogly di Sungai Gangga. Bore tertinggi dari seratus
kejadian yang terpantau dari 60 tempat di seluruh dunia terjadi di Buy of Fundy
Kanada.
Aksi-aksi yang dipertontonkan
peselancar kelas dunia di Sungai Kampar oleh Rip Curl Team pada
bulan maret lalu sangat berhasil memukau masyarakat Pelalawan pada khususnya
dan mampu memberikan perspektif yang berbeda dalam memandang Bono (cuplikan
videonya antara lain dapat dilihat dihttp://www.youtube.com/watch?v=N7RjGGizGDc&feature=related atau http://www.youtube.com/watch?v=oLMoHJGkrC0&feature=related). Bono di Sungai Kampar bukan lagi sesuatu yang menakutkan,
akan tetapi menjadi fenomena alam yang menyajikan keindahan berbeda dari
gelombang besar yang ada di laut. Bahkan Pemerintah Kabupaten Pelalawan semakin
terdorong untuk mengembangkan Bono sebagai aset wisata daerah, yang tentunya
untuk mewujudkannya dibutuhkan keseriusan pemerintah dan dukungan dari berbagai
pihak agar Bono layak ditampilkan sebagai bagian dari kemolekan tubuh
Indonesia.
Rasionalitas dan mistikal tidaklah
melulu untuk saling dibenturkan, masing-masing ranah memiliki tempatnya sendiri
untuk dikembangkan agar khazanah kekayaan bangsa menyeruakkan aroma
rempah-rempah wangi menggoda Indonesia yang memikat dan menebarkan benih-benih
Paling Indonesia danIndonesia Paling kaya wajah, kaya bahasa, kaya
budaya.
Bono
(Tidal bore)
Tidal bore, di Indonesia (tepatnya
di Povinsi Riau) dikenal dengan nama ‘Bono’ merupakan fenomena menjalar dan
meningginya gelombang pasut ke hulu yang memasuki mulut sungai dangkal
berbentuk corong (berbentuk ‘V’) yang terjadi pada saat bulan penuh (purnama)
atau bulan baru [1]. Karakteristik Bono dipengaruhi oleh faktor-faktor sbb:
1. Tingginya rentang pasut
2. Geometry sungai (muara)
3. Batimetry muara sungai
4. Siklus pasang surut
Secara singkat fenomena terjadinya
bono dapat dijelaskan seperti terlihat pada gambar 1: Pada saat saat pasang,
gelombang menjalar dengan kecepatan ub mengalami shoaling
(meningginya tinggi gelombang akibat pendangkalan) dan memasuki muara sungai
dimana arus sungai (us) berlawanan arah dengan gelombang pasut. Saat
gelombang pasut menjalar, muka gelombang yang tadinya landai menjadi semakin
curam dan akhirnya muka gelombang ini jatuh menyebabkan terjadinya ‘gelombang
pecah’.
Gambar 1: Mekanisme terjadinya bono
Dalam bahasa
inggris kata bore berasal dari kata ‘bara’ yang berarti gelombang besar yang
membahayakan [4]. Fenomema bono juga dijumpai di daerah-daerah
lain di belahan dunia ini. Tabel 1 memperlihatkan beberapa fenomena bono
lengkap dengan nama lokalnya:
Tabel 1: Kejadian tidal bore di
belahan dunia lain selain bono dengan nama lokal-nya [4]
Tidal bore atau bono ini memerankan
peran penting bagi ekosistem sungai dan muara. Sepanjang penjelarannya, bono
mengangkut sediment dalam jumlah yang cukup besar. Di sungai Kampar, tumpukan
sediment bias dijumpai di Pulau Muda dan Pulau Mendol [3]. Pembangunan
infrastruktur si sepanjang sungai yang terdapat bore terbukti telah merusak
ekosistem di dalamnya. Contohnya di sungai Petitcodiac, Canada dimana
pembangunan waduk telah mematikan fenomena tidal bore dan membunuh beberapa
species ikan yang terdapat di sungai tsb [1]. Tidal
bore juga menjadi daya tarik bagi wisatawan seperti yang terjadi di China,
Canada, Perancis dan Inggris. Tidal bore juga menjadi salah satu wahana untuk
olahraga selancar. Gambar 2 memeperlihatkan seorang peselancar yang mengendarai
Bono di Sungai Kampar.
Gambar 2: Bono di muara sungai
Kampar yang sedang diselancari [2]
Gambar 3:
Lokasi sungai kampar di provinsi Riau dengan acuar Singapura [6]
Gambar 4: Turis bergerombol
menyaksikan fenomena tidal bore di Perancis [4]
Legenda dan cerita rakyat juga
menemani fenomena Bono. Penduduk local menamai bono sebagai 7 gelombang hantu
[2]. Berikut adalah
petikan mitos bono dari http://www.pekanbaruriau.com/2009/03/fenomena-bono-kuala-kampar-riau.html:
“Konon, Bono di sungai kampar adalah
Bono jantan dan Bono betinanya berada di sungai Rokan dekat Bagansiapi-api.
Bono di kuala kampar ini berjumlah tujuh ekor, bentuknya serupa kuda disebut induk
Bono. Di musim pasang mati, Bono ini pergi ke sungai Rokan menemui Bono
betina,kemudian bersantai menuju ke selat Malaka. Itulah sebabnya ketika bulan
kecil dan pasang mati, Bono tidak ditemukan kedua sungai tersebut. Jika bulan
mulai besar, kembalilah Bono ketempat masing-masing, lalu main memudiki sungai
Kampar dan sungai Rokan. Semakin penuh bulan di langit, semakin gembira Bono
berpacu memudiki kedua sungai itu.”
Penelitian mendalam mengenai karakteristik bono masih sangat minim. Satu-satunya artikel ilmiah yang dijumpai secara online
adalah Yulistianto (2006) [3]. Apa yang dipaparkan di dalamnya mengenai bono masih
sangat umum. Semoga ke depannya ada
peneliti-peneliti muda indonesia yang tertarik mendalami fenomena alam ini.
Dengan semakin mengenalnya, maka pengelolaan daerah tersebut
Video youtube berikut memperlihatkan fenomena bono di sungai Kampar:
Foto-foto
tentang para peselancar yang mengendari bono dapat dilihat di link
berikut:
Daftar pustaka:
1. Chanson, Hubert (2011-02) Current
knowledge in tidal bores and their environmental, ecological and cultural
impacts. Environmental Fluid Mechanics, 11 1: 77-98
3. Yulistianto, B (2006): ‘Fenomena
Gelombang Pasang Bono di Muara Sungai Kampar’, dinamika
TEKNIK SIPIL, Volume 9, Nomor 1, Januari 2009 : 19 - 26
4. Chanson, Hubert (2005-06-01) Tidal
Bore, Aegir, Pororoca, Mascaret. What ? Where? When?
How? Why ?. La Houille Blanche, 3: 103-114
No comments:
Post a Comment