Dasar-dasar
Etika Ibnu Miskawaih
Catatan
Dr.M.Rakib,SH.,M.Ag
Sudah tercatat bahwa Ibnu Maskawaih
juga digelari sebagai guru yang ketiga sesudah Aristoteles sebagai
guru pertama dan Al-Farabi sebagai guru yang kedua. Ibnu Maskawaih dianggap
sebagai guru etika salah satunya adalah karangan beliau yang berjudul Tahzibul Akhlak (Pendidikan Budi) yang sudah
dipakai oleh para pakar pendidikan agama islam untuk dijadikan teori terutama
tentang adab manusia. Sementara itu sumber filsafat
etika ibnu Miskawaih berasal dari filsafat Yunani, peradaban Persia, ajaran
Syariat Islam, dan pengalaman pribadi. Dalam menjelaskan Etika Islam Menurut
Ibn Miskawaiah, akan dijelaskan poin-poin penting yang relevan dengan
pembahasan ini.
a. Pengertian
Akhlak
Akhlak menurutnya adalah suatu
sikap mental atau keadaan jiwa yang mendorongnya untuk berbuat tanpa pikir dan
pertimbangan. Sementara tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsur, yakni
unsur watak naluriah dan unsur kebiasaan dan latihan.[18] Ibnu Maskawaih adalah seorang moralis terkenal. Hampir setiap
pembahasan akhlak dalam Islam, filsafatnya selalu mendapat perhatian
utama. Akhlak adalah jamak dari khuluq yang artinya sikap, tindakan,
tindak-tanduk dan sikap, inilah yang akan membentuk sikap kita dan inilah yang
bisa dikomentar oleh orang lain berbeda dengan khalq atau ciptaan karena tidak
bisa dikomentar dalam artian langsung ciptaan Allah swt semata seperti fisik
manusia itu sendiri.
Menurut Ibnu Maskawaih,
akhlak merupakan bentuk jamak dari khuluq,
الخلق حال
للنفس داعية لها إلى أفعالها من غير فكر ولا روية
yang berarti
keadaan jiwa yang mengajak atau mendorong seseorang untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa difikirkan dan diperhitungkan sebelumnya.[19]
Dengan
kata lain akhlak adalah keadaaan jiwa yang mendorong timbulnya
perbuatan-perbuatan secara spontan. Sikap jiwa atau keadaan jiwa seperti ini
terbagi menjadi dua; ada yang berasal dari watak (bawaan) atau fitrah sejak
kecil dan ada pula yang berasal dari kebiasaan latihan.[20] Dengan demikian, manusia dapat
berusaha mengubah watak kejiwaan pembawaan fitrahnya yang tidak baik menjadi
baik.
Ibn Miskawaih
memandang manusia adalah makhluk yang memiliki keistimewaan karena dalam
kenyataannya manusia memiliki daya pikir dan manusia juga sebagai mahkluk yang
memiliki macam-macam daya. Ibn Miskawaih menonjolkan kelebihan jiwa manusia
atas jiwa binatang dengan adanya kekuatan berfikir yang menjadi sumber tingkah
laku, yang selalu mengarah kepada kebaikan.
Dari defenisi di atas jelaslah
bahwa Ibn Maskawaih menolak pendapat sebagian pemikir Yunani yang mengatakan
bahwa akhlak atau moralitas manusia berasal dari watak dan tidak mungkin dapat
berubah. Ia menegaskannya bahwa kemungkinan perubahan akhlak dan moralitas
itu selalu terbuka lebar terutama bila dilakukan melalui pendidikan (tarbiyyah). Mengawali pembahasan tentang akhlak ini, Ibn Maskawaih membahas
atau memberi beberapa prinsip dasar tentang akhlak, yakni:[21]
Ø Tujuan ilmu akhlak adalah
membawa manusia kepada kesempurnaan. Kesempurnaan manusia terletak pada
pemikiran dan amal perbuatan. Yaitu kesempurnaan ilmu dan kesempurnaan amal.
Tugas ilmu akhlak terbatas pada sisi amal perbuatan saja, yakni meluruskan akhlak
dan mewujudkan kesempurnaan moral seseorang, sehingga tidak ada pertentangan
antar berbagai daya dan semua perbuatannya lahir sesuai dengan daya berpikir.
Setelah mambaca tulisan Ibnu
Miskawaih, penulis spendapat bahwa akhlak itu bisa saja sedikit paksaan, tapi
paksaan yang menguntungkan, karena anak-anak jarang yang berbuat baik atas
keinginan sendiri, karena itu perlu didisipilinkan dan perlu sedikit paksaan.
GURINDAM EMPAT BELAS edisi revisi
TENTANG PERLUNYA PAKSAAN
DALAM PENDIDIKAN
Penulis
(Drs. M.Rakib,SH.,M.Ag) Doktor yang ke 22 UIN Suska, dalam bidang Hukum
Keluarga islam.. Alamat Jl.Ciptakarya Panam Pekanbaru Riau Indonesia
Jika
dipaksa, semua bisa.
Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. Penulis (M.Rakib) mencoba mengarang gurindam 14, tentang perlunya paksaan. Apabila orang membaca Gurindam empat belas, diharapkan, tidak melupakan nama Muhammad Rakib sebagai seorang guru, yang selalu menerapkan paksaan yang bijaksana, sehingga para murid tidak sadar bahwa dirinya sedang dipaksa.
Gurindam 14 ini, tentunya terinspirasi oleh gurindam 12 yang sejak lama sudah hadir dan melegenda. Penulis ingin mengembangkan sastra, puisi bentuk gurindam yang hampir mati ini , untuk dihidupkan kembali. Inilah gurindam tentang hikmah sebuah paksaan :
1. Jika dipaksa, semua bisa,
Asalkan bijak, tidak putus asa.
2. Barang siapa , memaksa diri,
Menghadapi yang berat, tak pernah ngeri.
3. Jika memaksa diri dengan keras,
rasa malas, akan tergilas.
4. Jika orang lalai, tidak dipaksa,
Karamlah dia, hidup tersiksa.
5. Paksaan perlu, bagi sipenakut,
Agar keberanian, dapat dijemput.
6. Siapa yang tidak memaksa, orang peragu,
Berarti meyiksanya, sampai ke anak cucu.
7. Jika orang asing, ingin memaksa,
Akan menipu, pemimpin bangsa.
8. Tidak semua , paksaan itu buruk,
Asalkan jiwanya khusuk, tawadhuk..
9. Jika akrab, dengan paksaan,
Itulah awal, berbagai penemuan.
1O. Barangsiapa, tidak memkasa anak-anaknya,
Dialah sebenarnya, orang yang hina.
11.Siapa memaksa, secara zalim,
Akan mendapatkan, neraka jahim.
12. Siapa saja memaksa, berbuat maksiat,
Kalaupun beruntung, tidak kan berkat.
13. Paksaan bijak, untuk orang pemalu,
Menjadi obat, sangat bermutu.
14. Paksaan itu penting, bagi simiskin,
Agar hemat dan rajin, tidak bermain-main.
Pasal 1
1. Jika dipaksa, semua bisa,
Asalkan tidak, putus asa.
2. Memaksa dengan sopan itu, ada empat,
siapa mengamalkan, akan mendapat:
Pertama, memaksa diri,untuk sekolah,
Supaya tidak timbul rasa bersalah.
Kedua, memaksa anak, menuntut ilmu,
Membaca menulis, tidak pernah jemu..
Ketiga, memaksa murid, mengulang pelajaran,
Ilmu didapat, tidak akan terlupakan.
Keempat, memaksa bangsa, bekerja keras,
Ekonomi terjamin, hatipun puas.
Pasal 2
Barangsiapa , disiplin, memaksa diri,
Menghadapi yang berat, tak pernah ngeri.
1. Siapa saja , yang bijak memaksa diri,
Bakat terpendam, muncul sendiri.
2. Jika memaksa diri, untuk menabung,
Akhirnya tentu, akan beruntung.
3. Kalau berani, memaksa diri,
Akhirnya dapat, kedudukan tinggi.
4. Yang tua-tua jangan , memaksa diri,
kegiatan fisik, harus kurangi.
5. Paksaan hanya untuk, generasi muda,
ketika cita-cita, bersarang di dada.
Pasal 3
Barangsiapa memaksa diri , dengan keras,
rasa malas, akan tergilas.
1. Apabila mendidik keluarga, tanpa paksaan,
Anak-anak akan tenggelam, dalam kemanjaan.
2. Berilah peringatan, orang yang penidur,
hidup ini tidak, berjalan mundur..
3. Sebenarnya tidak ada orang , terlalu malas.
hanya motivasinya, selalu kandas.
4. Asalnya malas, dari sikap manja,
orang tuanya tidak memotivasi, mencintai kerja.
5. Janganlah becita-cita, ,menjadi pegawai negeri,
kecuali tidak mampu, hidup mandiri.
6. Di mana anggota masyarakat, yang malas,
di situlah terlantar, tanah yang luas.
7. Jangan malas, memelihara kebersihan bersama,
agar tidak, membawa bencana.
8. Para pemalas harus, kawin silang,
Agar dingin darah keturunannya, menjadi berkurang.
Barangsiapa , disiplin, memaksa diri,
Menghadapi yang berat, tak pernah ngeri.
1. Siapa saja , yang bijak memaksa diri,
Bakat terpendam, muncul sendiri.
2. Jika memaksa diri, untuk menabung,
Akhirnya tentu, akan beruntung.
3. Kalau berani, memaksa diri,
Akhirnya dapat, kedudukan tinggi.
4. Yang tua-tua jangan , memaksa diri,
kegiatan fisik, harus kurangi.
5. Paksaan hanya untuk, generasi muda,
ketika cita-cita, bersarang di dada.
Pasal 3
Barangsiapa memaksa diri , dengan keras,
rasa malas, akan tergilas.
1. Apabila mendidik keluarga, tanpa paksaan,
Anak-anak akan tenggelam, dalam kemanjaan.
2. Berilah peringatan, orang yang penidur,
hidup ini tidak, berjalan mundur..
3. Sebenarnya tidak ada orang , terlalu malas.
hanya motivasinya, selalu kandas.
4. Asalnya malas, dari sikap manja,
orang tuanya tidak memotivasi, mencintai kerja.
5. Janganlah becita-cita, ,menjadi pegawai negeri,
kecuali tidak mampu, hidup mandiri.
6. Di mana anggota masyarakat, yang malas,
di situlah terlantar, tanah yang luas.
7. Jangan malas, memelihara kebersihan bersama,
agar tidak, membawa bencana.
8. Para pemalas harus, kawin silang,
Agar dingin darah keturunannya, menjadi berkurang.
Pasal 4
Jika orang lalai, tidak dipaksa,
seumur hidup, akan tersiksa.
1. Lalai itu , suatu penyakit,
Obatnya paksaan, sedikit demi sedikit.
2. Paksalah anakmu keluar dari, iri dan dengki,
agar konflik, cepat berhenti.
3. Manfaat paksaan bagi, orang yang lalai,
di dalam berjalan, akan cepat sampai.
4. Asal usul orang,menjadi lalai,
ti ada tantangan, yang membelai.
Jika orang lalai, tidak dipaksa,
seumur hidup, akan tersiksa.
1. Lalai itu , suatu penyakit,
Obatnya paksaan, sedikit demi sedikit.
2. Paksalah anakmu keluar dari, iri dan dengki,
agar konflik, cepat berhenti.
3. Manfaat paksaan bagi, orang yang lalai,
di dalam berjalan, akan cepat sampai.
4. Asal usul orang,menjadi lalai,
ti ada tantangan, yang membelai.
Pasal 5
Paksaan itu perlu, bagi sipenakut,
Agar keberanian, dapat dijemput.
1. Jika hendak , menghilangkan rasa takut,
dilatih melawannya, berturut-turut.
2. Banyak penakut, menjadi berani,
Karena mengetahui, potensi diri..
3. Jika rasa takut, terus dilawan,
menjelma menjadi, keberanian.
4. Jika orang penakut,pandai memaksa,
suatu saat, jadi perkasa.
5. Orang tua yang membiarkan anaknya penakut,
sengsaralah anaknya, disiksa kemelut.
6. Jika hendak mengenal, orang yang penakut,
lihatlah orang yang lembut dan penurut.
Pasal 6
Barangsiapa tidak memaksa, orang peragu,
Berarti meyiksanya, sampai ke anak cucu.
1. Bantulah olehmu ,orang peragu,
agar percaya diri, setiap waktu..
2. Cari olehmu, obat anti ragu,
agar mendapatkan, hidup bermutu.
3. Cari olehmu akan isteri yang berani,
menjadi pembersih rumah tangga, setiap hari.
4. Cari olehmu akan kawan, yang tidak penakut,
dapat menyelesaikan, masalah yang kusut.
5.Penakut itu, ada juga baiknya,
berhati-hati, menghadapi bahaya.
Pasal 7
Jika orang asing, ingin memaksa,
Akan menipu, pemimpin bangsa.
1. Apabila bangsa ini, dapat dipaksa asing,
hutang luar negeri, berada di sekeliling. .
2. Apabila kepada asing, berlebih-lebihan suka,
akhirnya negara ini, terpaksa berduka.
3. Kepada orang asing, kurang siasat,
itulah tanda ,pemimpin sesat.
4. Apabila anak, tidak dipaksa, bekerja keras,
datanglah orang asing, untuk memeras.
5. Jangan banyak mengharapkan orang,
paksalah diri, mencukupkan , mana yang kurang.
6. Apabila orang , terlalu banyak tidur,
ekonomi dan kesehatannya pastilah mundur..
7. Apabila tidak ingin, nusantara dikuras,
paksalah rakyat , menjadi pengawas.
8. Apabila orang asing,, suka menipu,
ilmu tentang kelicikan, harus diburu.
9. Kata-kata memaksa, bisa saja lemah lembut,
janganlah anda cepat, mengikut.
10. Apabila mendengar perkataan yang kasar,
jangan cepat cemas, merasa gusar.
11. Apabila paksaan orang asing , tidak dapat dihindar,
sengsaralah rakyat, negara tercemar..
No comments:
Post a Comment