SAYA DIGANTIKAN LAGI
OLEH
PENGKHIANAT DI KANTOR
AST mengakan kepada
saya 4-12-2015, bahwa saya dilarang pergi untuk suatu pelatihan, karena itu
saya harus diganti. Bagaikan mendengarkan demtuman petir di siang hari, jantung
saya hampir putus, mengapa diganti terus-diganti terus, berati ada Nenek sihir
di belakang tragedi ini. Inilah yang saya rasakan sejak lama di sebuah kantor
di Riau bukan Kepri.
Seorang
Teman Yang Selalu Manis Dan Baik Hati. Sampai suatu saat kemudian,
ada seorang teman Anda yang lain mengaku pernah mendengarnya menjelek-jelekkan
Anda. Haruskah memercayainya? Empat cara di bawah ini dapat membantu Anda
memilih teman yang baik.
Dia hanya ada di saat Anda senang
Bisa
dibilang, orang yang bermuka dua hanya ada di saat butuh. Tapi saat giliran
Anda membutuhkannya, batang hidungnya pun tak nampak sama sekali.
Dia menjelek-jelekkan Anda di belakang
Di
depan Anda, dia selalu punya kata-kata manis. Tapi di belakang, dia menjadikan
Anda bahan gosip dengan membicarakan kejelekan pada orang lain.
Dia mudah cemburu
Saat
Anda berprestasi atau sedang beruntung, dia seakan-akan ikut bahagia. Tapi
kenyataannya, dia sirik pada pencapaian Anda dan justru ingin menjatuhkan.
Dia bahagia di atas penderitaan orang lain
Saat
Anda tertawa atau bahagia, dia justru merasa kesal. Sebaliknya, dia malah
merasa puas jika temannya sendiri tertimpa kemalangan. Menyeramkan bukan?
Karena saya (penulis)
adalah dosen ilmu perbandingan agama, penulis TIDAK hanya mengutip Al-Quran
dan hadits, bisa juga mengutip ayat dari Veda dan Injil. Ada kisah
pengkhianat besar yang dikisahkan, bahwa
YANG namanya
pengkhianatan itu ada di mana-mana. Di kantor, di sekolah, di dalam keluarga
bahkan di tempat yang disucikan sekali pun. Pengkhianatan yang sering kita
dengar dan menjadi terkenal dalam sejarah telah dipraktikkan oleh Yudas
Iskariot (Luk 6:16).
Yudas melakukan ciuman
maut kepada Yesus. Namun motivasi melakukan ciuman itu tak lebih sekedar
ungkapan “mesra” untuk menyembunyikan maksud jahat yang tak mau terungkap di
depan umum. Tak heran kalau “ciuman Yudas” ini sekarang mendapatkan analoginya
sebagai simbol pengkhianatan.
Aneh juga melihat
perilaku Yudas Iskariot ini. Sudah mengalami cinta dan perhatian yang tulus
dari Yesus dan diberikan “pencerahan” tentang hidup yang benar berikut diberi
kebebasan luas, tapi toh “roh jahat” tetap saja membelenggu hatinya.
“Brutus” ada
dimana-mana
Sejarah perabadan
manusia memunculkan simbol modern untuk mengindentifikasi keberadaan “roh
jahat” yang setiap kali bisa menikam orang lain tanpa kita sadari.
Pengkhianatan itu terjadi dimana-mana dan barangkali juga pengalaman pahit ini
dialami oleh banyak orang, tanpa peduli latar belakang dan status sosialnya.
“Et, Tu Brute…”
Itulah kalimat yang
mengalir dari mulut Julius Gaius Caesar (102–44 SM) kepada
Brutus. Nama lengkap pria yang disapa Caesar itu adalah Marcus
Junius Brutus (85–42 BC). Dalam percaturan kehidupan politik di
Kekaisaran Romawi waktu itu, Caesar telah menaruh kepercayaan besar dan sangat
menghormati Brutus. Caesar bahkan menempatkan sahabatnya ini di kursi nan
empuk di jajaran pemerintahan Romawi.
Cerita selanjutnya
berbalik arah. Brutus menikam Caesar dari belakang alias berkhianat
mencelakakan orang yang telah mempromosikan dia mendapatkan tempat terhormat di
kancah sosial dan politik di Roma. Yang tadinya pertemanan,
akhirnya berubah menjadi permusuhan. Caesar telah dikhianati oleh sahabatnya
sendiri. Ia ditusuk dari belakang.
Relasi pertemanan
Pengkhianatan juga
terjadi di tataran pertemanan atau persahabatan antarmanusia. Orang modern
sering berkelakar dengan mengatakan, “She has abused her friend’s confidence.”
Orang dibuat meradang dan menjadi kecewa karena teman yang semestinya membantu,
kini malah menusuk dari belakang.
Tentu bisa
dibayangkan, betapa sakit hatinya kita bila mendapati teman sendiri atau “orang
dalam” membongkar kelemahan-kelemahan kita. Saking dalamnya rasa sakit
ini, tak jarang kita bergumam mengatakan, “Tak mudahlah memaafkan
orang yang telah berkhianat, apalagi kalau dia itu terbilang teman dekat
sendiri.”
Tindakan berkhianat
membuat luka batin yang mendalam. Ujung-ujungnya, luka dalam itu membekas lama
di lubuh hati manusia hingga hanya ajal yang membuat luka itu menjadi sembuh
dan “hilang” di telan peredaran waktu.
Tahta, harta, dan
wanita
Kalau kita telusuri
lebih mendalam, maka akar dari pengkhianatan adalah tahta, harta dan wanita.
Mungkin kita akan geleng-geleng kepala dan tidak percaya, tetapi data dan
fakta memang berbicara demikian.
Kisah Perjanjian
Lama tentang Simson dan Delila melukiskan bagaimana seorang wanita
mampu memperdaya seorang laki-laki sekuat dan seperkasa Simson (Hak 16:
4– 21). Helena dari Troya yang disebut juga “Pembawa 1000 kapal” telah
menggoncang kota Troya selama sepuluh tahun hanya karena kecantikannya.
(Mengingatkan kita pada filmTroy yang dibintangi oleh Brad Pitt,
Orlando Bloom dan Keira sebagai Helena yang cantik jelita tiada tara).
“Kalau
kita telusuri lebih mendalam, maka akar dari pengkhianatan adalah tahta, harta
dan wanita.”
Pernyataan Paulus yang
mengatakan bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang (1 Tim 6:10) memang
benar. Kalau tidak ada perebutan harta, maka mana mungkin ada tikus-tikus yang
selalu berebutan “kue”. Korupsi merajalela karena setiap orang menginginkan
kekayaan – meskipun kadang tidak halal.
Korupsi yang mengambil
akar katanya dari kata Bahasa Latin yakni corruptio punya
makna dasar sebagai pembusukan, kerusakan, kemerosotan dan penyuapan. Maka,
seorang koruptor adalah orang yang busuk luar-dalam. Novel fiksi karangan
Langit Kresna Hariadi berjudul Gajah Mada juga
melukiskan sebuah pengkhianatan klasik yang luar biasa.
Gajah Mada yang adalah
pengikut setia Raden Wijaya. Sang raden ini pasti tidak akan pernah habis
pikir, mengapa orang yang pernah makan semeja dengan sang raja malah yang ingin
membunuhnya dengan cara berkhianat. Di sini kita bisa kenal dengan
peribahasa yakni “musuh dalam selimut” yang berarti musuh yang berada di
dalam lingkungan sendiri. Sekilas terlihat seperti teman padahal berniat
mencelakakan.
Politik uang
Dalam dunia politik,
yang namanya tahta itu menjadi perebutan yang melibatkan intrik, konspirasi, money
politics dan lain sebagainya. Pertumpahan darah terjadi karena adanya
perebutan kedudukan. Pengkhiantan dilakukan karena banyak motif. Barangkali,
dengan meninggalkan temannya sendiri ia bisa mendapatkan keuntungan yang lebih.
Janji-janji yang dilontarkan pihak lawan lebih menggiurkan daripada yang saat
ini dialami. Tak heran kalau sang pengkhianat lalu berani
meninggalkan teman dekatnya demi mendapatkan status dan kedudukan yang lebih
menguntungkan.
No comments:
Post a Comment