Doktor M.Rakib Jamari, S.H.,M.Ag.
Pekanbaru. Di LPMP Riau bertanya kepada Pak Dirjen Pendidikan Menengah Umum,
Bapak Hamid Muhammad, tentang tantangan pendidikan saat ini
Ada 5 tantangan kata Pak Dirjen,
Jumat 9 September 2016.
1. Kelompok ekstrem
2. Pornorafi
3. Bullyng
4. Narkoba yang dipakai melalui
semacam tato di kulit
5. Makanan anak sekolah yang
mengandung borax dan zat beracun lainnya.
Di media massa banyak sekali diberitakan masalah bahan kimia yang
dicampur ke dalam makanan bukan hal baru, oleh karena itu pada hari ini
kita akan sedikit mengulas bahan tambahan makanan (terutama yang berasal dari
zat kimia) apa saja yang berbahaya dan bagaimana caranya agar terhindar dari
bahayanya. SEBENARNYA APA ITU BAHAN TAMBAHAN MAKANAN? BTM adalah zat-zat yang
ditambahkan pada makanan baik alami atau artificial agar makanan itu mejadi
awet, tampil lebih menarik dan rasa lebih tajam. Memang ada BTM yang dianggap
aman, tetapi ada juga yang bersifat karsinogenik atau toksik.
Anak yang hiperaktif,
alergi, asma dan migran sering diasosiasikan dengan
BTM. Diperkirakan ada balasan ribu zat kimia buatan manusia yang ditambahkan
pada makanan modern sekarang ini. BTM bukanlah nutrisi alamiah untuk manusia.
Sebenarnya tubuh manusia tidaklah diciptakan untuk diekspos dengan
tingkat kimia dari BTM yang seperti sekarang ini yang kita alami. Untuk
orang-orang tertentu BTM tidak menimbulkan masalah tetapi beberapa BTM dapat
memberikan reaksi seperti: Masalah pencernaan, diare dan sakit perut. Masalah
saraf, hiperaktif, insomnia dan iritasi. Masalah yang berhubungan dengan
pernapasan, asma, sinusitis. Masalah kulit, gatal-gatal, bengkak, ruam. MENGAPA
BTM DIAPAKAI? Tadi sudah disebutkan, agar makanan menjadi awet, tampil menarik
dan rasanya lebih tajam/enak. Intinya agar produknya lebih menarik pembeli dan
yang sudah pasti meningkatkan profit. APA SAJA JENIS-JENIS BAHAN TAMBAHAN
MAKANAN?
Ada pengawet, pewarna, penyedap, pemanis,
pemutih, pengental, pemutih, dll.
Semua
bahan tambahan makanan ini ada yang alami dan ada yang artifical. Dalam
beberapa puluh tahun belakang ini, dengan semakin meningkatkan teknologi, BTM
pun sudah semakin canggih (maksudnya semakin tidak alamiah lagi). Kami pilih
topic ini karena begitu banyaknya makanan kemasan yang dijual dengan BTM yang
bermacam-macam, ada yang sesuai peraturan pemakaian yang diizinkan oleh
Organisasi Kesehatan resmi dari negaranya dan dicantumkan pada kemasan tetapi
ada juga yang tidak sesuai dan tidak dicantumkan pada kemasan. Ini sangat
berbahaya, kita mulai dengan pengawet.
Sebenarnya pengawet
makanan sudah mulai digunakan manusia berabad-abad lamanya. Garam, gula atau
asam/cuka yang mula-mula digunakan. Tetapi dengan semakin meningkatkan
teknologi, proses pengawetan makanan sudah tidak alamiah seperti dulu. Zat-zat
yang ditambahkan pada makanan semakin sedikit yang bersifat alamiah, malah yang
bersifat artifical (zat kimia) semakin banyak. Kami hanya akan bahas 3 pengawet
makanan yang berbahaya yaitu formalin, boraks dan asam salisilat. Masalah
formalin ini pernah heboh. Beberapa waktu lalu Badan Pengawasan Obat dan
Makanan menemukan empek-empek dan mie basah yang dijual dibeberapa tempat di sumatera
Selatan ternyata mengandung formalin. Belum lama ini,
Dinas Peternakan dan Perikanan Kota Jakarta
pusat juga mendapati puluhan ayam berformalin dijual di sejumlah pasar
tradisional. Sebenarnya apa bahaya formalin? Formalin tidak hanya bahaya jika dikomsumsi
tetapi juga berbahaya jika kita melakukan kontak dengannya (melalui udara).
Kita tahu formalin biasanya digunakan dokter forensic untuk mengawetkan mayat,
bukan? Pedagang yang menggunakan formalin juga ingin dengannya awet. Paling
tidak, jika barangnya tidak laku pada hari itu (ayam atau tahu atau mie atau
yang lainnya) biasanya dijual kembali keesokan harinya dan tetap kelihatan
segar.
Bahaya formalin
terhadap kesehatan: bersifat karsinogenik. Penelitian terhadap
tikus dan anjing menunjukkan dapat mengakibatkan kanker saluran cerna.
Penelitian lain terhadap pekerja tekstil akibat hirupan formalin meningkatkan
resiko kanker tenggorokan dan hidung. Operasi pasar yang dilakukan oleh Badan
POM, bulan Nov&Dec 2005 di Jakarta menemukan makanan yang positif
mengandung formalin adalah ikan asin, mie, tahu. Di bulan September tahun 2008,
ada lagi laporan Balai POM Sumbar di Padang, ditemukan makanan yang mengandung
formalin, boraks dan pewarnanya tekstil, diantaranya es buah, kolak, cendol,
mie dan sejumlah sambal.
Oleh karena itu
sebagai konsumen kita harus berhati-hati, jangan jajan sembarangan. Walaupun
tidak semua pedagang tidak menggunakan formalin tetapi lebih bijaksana apabila
kita berhati-hati. BORAKS: walaupun bukan pengawet tetapi boraks sering
digunakan sebagai pengawet. Selain sebagai pengawet, boraks bias berfungsi
sebagai pengenyal makanan. Contoh makanan yang sering ditambahkan dengan
boraks, bakso, mie, kerupuk. Bahaya boraks bagi kesehatan: iritasi kulit, mata
atau saluran pencernaan, gangguan kesuburan dan janin dan gagal ginjal. Berita
terakhir dari Dinas Kesehatan Sumatera Barat (22 Sept 08) menemukan aneka
gorengan yang mengandung boraks di sejumlah pasar di kota Padang. Menurut
Rossini Savitri Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar, dari sample yang
diambil dari Dinas Kesehatan sebanyak 35% mengandung boraks umumnya berjenis
makanan mie dan gorengan.
Selain itu tim kesehatan juga menemukan
makanan yang banyak mengandung veksin atau penyedap makanan. Dinas Kesehatan
katanya akan melakukan pembinaan kepada pedagang. ASAM SALISILAT:
digunakan agar sayuran dan buah-buahan tetap segar. Asam Salisilat bukanlah
pestisida, melainkan sejenis antiseptic yang salah satu fungsinya untuk
memperpanjang daya keawetan. Biasanya sayuran yang disemprot asam salisiat akan
berpenampilan sangat mulus dan tak ada lubang bekas hama. PENGAWET
lainnya yang diijinkan dengan batas maksimal yang harus dipatuhi: Asam
benzoate, kalium benzoat, asam sorbet, kalium sorbet, natrium
benzoate, natrium nitrat dan natrium nitrit dll. Semua ini
dapat ditemukan pada saus tomat, sambal, kecap manis, acar dalam botol, mar
No comments:
Post a Comment