Monday, September 5, 2016

Catatan Dr.M.Rakib Jamari SH.,M.Ag



MELIHAT ARAH POLITIK PENDIDIKAN KITA
PARA KONGLOMERAT, JADI TERTAWA
KARENA TIDAK MENJADI SAINGAN MEREKA
MALAH SIAP AKAN MEREKA PERBUDAK UNTUK KERJA


        Syair  Dr.Muhammad Rakib Jamari, Pekanbaru Riau Indonesia
PENDIDIKAN KITA, SUDAH SANGAT BERMUTU
TAPI KONGLOMERAT, LEBIH DARI ITU
DUNIA PERDAGANANGAN, HARUS DIREBUT SATU PERSATU
ITULAH INTI, KEKAYAAN SEJAK DAHULU

Mencermati Arah “Anak-anak Panah”? Konglomerat
Penulis tertarik pada apa yang diungkapkan  Oleh : Henni T. Soelaeman
Sejak lahir mereka telah berkubang kemewahan dan mewarisi kerajaan bisnis keluarga. Toh, tak semua tertarik menjadi putra mahkota. Ada juga yang lebih senang menorehkan jejaknya sendiri. Bagaimana kiprah mereka?

Kalian berhak berusaha menjadikan diri seperti mereka
Namun jangan pernah menjadikan mereka seperti kalian
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur
Dan tidak pernah pula tenggelam di masa lampau
Kalian adalah busur
Dan anak-anak itu adalah anak panah yang meluncur

(Kahlil Gibran dalam Sang Nabi).


“Anak-anak panah”? itu memang telah melesat, bahkan mungkin mengorbit menggapai langit, melampaui batas harapan orang tua. Ada yang mengikuti jejak orang tuanya menjadi pebisnis bahkan mewarisi bisnis yang telah dirintis orang tuanya. Sebut saja Anthony Salim. Anak taipan Sudono Salim ini telah lama malang melintang menjadi nakhoda di imperium bisnis Grup Salim. Anthony tercatat sebagai CEO PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Begitu juga Michael Joseph Sampoerna yang didapuk menempati pos sebagai CEO PT HM Sampoerna Tbk. di usianya yang menginjak 25 tahun. Hal yang sama dialami Anindya Novian Bakrie, Luckyto Wanandi, Jeffry Jan Dharmadi, Agus Salim Pangestu, Purnomo Prawiro, Noni Purnomo dan Dandy Rukmana, yang diserahi tampuk kekuasaan oleh generasi sebelumnya (lebih rincinya lihat Tabel).

Namun sepertinya air cucuran hujan tak selalu jatuh ke pelimbahan. Anak-anak atau cucu konglomerat ini tak semuanya tertarik untuk bergabung di perusahaan keluarga yang notabene telah dibangun dan dibesarkan oleh sang orang tua dengan — boleh jadi — cucuran air mata dan darah. Meski mengikuti jejak orang tua menjadi pebisnis, ternyata ada juga anak-anak konglomerat ini yang lebih enjoy mengibarkan bendera sendiri.


No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook