BELAJAR DAGANG KEPADA MINANG, BELAJAR BAHAGIA KEPADA MELAYU, BELAJAR KERJA KEPADA JAWA
BELAJAR BAHAGIA KEPADA ORANG MELAYU
CATATAN DARI PEKANBARU RIAU INDONESIA
(Ini Pandangan orang luar Melayu, tentang sisi
positif karakter Melayu)
- Orang Melayu tidak ada yang jadi pencopet
- Orang Melayu idak ada jadi pengemis di bumi
Lancang Kuning Riau.
- Orang Melayu hanya ingin makan angin, tidak
besar tuntutan
- Orang besar toleransinya kepada pendatang.
- Orang Melayu tidak ada yang menjadi PSK (sex commercials no way)
Monyet di Hutan
Disusukan, Anak di Rumah Mati Kelaparan(Simbol Kecerdasan Emosional)
Bismillah ar rahman ar
rahim.
Sepintas lalu lalu ucapan
ini, bertentangan dengan kecerdasa logika otak kiri, tapi sangat sesuai dengan
kecerdasan otak kanan.(Spiriyual Intelligence). Anak di rumah di telantarkan,
karena sifatnya tidak mendesak. Sedangkan monyet, beruk di hutan disusukan,
sifatnya mendesak, jika tidak dususukan,akan mati saat itu
juga,ksihankan?Lepaskan sajadulu anak dipangkuan, kasihani anak beruk yang sudah tiga hari tidak makan
apa-apa. Betapa hebatnya derita anak monyet yang meregang nyawa, hanya karena
induknya mati dierjang peluru, para pemburu liar.
Anak Kera di Hutan Disusui,Anak
Sendiri di Rumah Kebuluran
P
eribahasa ini membayangkan sikap manusia yang mementingkan kepentingan
oranglain sehingga meninggalkan atau mengetepikan hak dan kepentingan dirinya sendiri ataukeluarganya.
Sanggup berkorban dan menolong individu lain sememangnya dipuji. Namun disebalik sifat terpuji itu, mereka menerima kesan buruk kerana mengabaikan kepentingansendiri
semata-mata berbakti kepada orang lain. Bak kata pepatah, berbuat baik berpada-pada,
buat jahat jangan sekali-kali. Peribahasa lain yang sama makna ialah; “anak
dipangkudilepaskan, beruk di hutan disusukan” dan “anak di riba diletakkan,
kera di hutan disusui”.Peribahasa “laki pulang kelaparan, dagang lalu
ditanakkan” juga membawa maksud yangsama.
Oleh Siti Ruzaiha Mohd Riffin
P
eribahasa ini membayangkan sikap manusia yang mementingkan kepentingan
oranglain sehingga meninggalkan atau mengetepikan hak dan kepentingan dirinya sendiri ataukeluarganya.
Sanggup berkorban dan menolong individu lain sememangnya dipuji. Namun disebalik sifat terpuji itu, mereka menerima kesan buruk kerana mengabaikan kepentingansendiri
semata-mata berbakti kepada orang lain. Bak kata pepatah, berbuat baik berpada-pada,
buat jahat jangan sekali-kali. Peribahasa lain yang sama makna ialah; “anak
dipangkudilepaskan, beruk di hutan disusukan” dan “anak di riba diletakkan,
kera di hutan disusui”.Peribahasa “laki pulang kelaparan, dagang lalu
ditanakkan” juga membawa maksud yangsama.
Oleh Siti Ruzaiha Mohd Riffin
Simak kebahagian seorang
anak Melayu dalam percakapan berikut ini:
“Eehh, ape pasal lak aku ni?
tetiba nak bersastera2 lak. saje mengetest kemahiran Bahasa Melayu aku je.”
nak tau nape aku tetiba
je nak kuarkan peribahasa ni? aku ni kan bakal misi. aku bakal jaga and dah pun
jaga ramai orang. pagi tadi, aku dah jaga dan mandilap (tepid sponge) sorang
makcik ni. masa aku lap2 die, aku terfikir, pernah ke aku wat camni untuk mak
aku? bila mak aku demam sape yang lap2 untuk die? sape picit kepala die? sape
picit kaki die?
tiap kali aku balik,
kalau mak mintak urut, last2 aku lak yang mintak urut kat mak (mak aku reti la
sikit2 ngurut ni). sedangkan jelas dah,
Israa [23]- Dan Tuhanmu telah perintahkan,
supaya engkau tidak menyembah melainkan kepadaNya semata-mata dan hendaklah
engkau berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang dari keduanya atau
kedua-duanya sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan peliharaanmu, maka
janganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan kasar) sekalipun
perkataan “Ah” dan janganlah engkau menengking menyergah mereka, tetapi
katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun)
hm.. ya Allah. korang pernah terfikir tak?
korang sibuk berbakti kat orang lain, tapi ahli keluarga korang sendiri seolah2
terabai. aku akan kerja, insyaAllah dan aku akan jadi macam orang2 lain yang
mengharap orang lain jaga mak ayah. sebab aku ada kerja. kerja aku jaga orang,
sedangkan mak aku sendiri orang lain perlu jaga?
aku pun tak tau nak buat camne. aku pun
xnampak lagi perancangan aku di masa depan camne. so far, aku cuma nak kerja
jaga mak and adik2 aku. tu je yang ada. bab2 lain aku lum timbangkan- faham2 je
lah. huhu...
1.
TANGKAPLAH
SELURUH PENGEMIS DI SUMATRA DAN JAWA
DENGARKAN INTIPLAH BAHASA IBU YANG
DIGUNAKANNYA, PASTI BUKAN BAHASA MELAYU. RAZIA KTP-NYA BUKAN KTP RIAU ATAU
BETAWI ATAU KEPRI ATAU MELAYU DELI.
MENGAPA
DEMIKIAN? KARENA MELAYU SUDAH
BAHAGIA DENGAN APAPUN YANG DIA PUNYA. SISI
NEGATIF MELAYU ADALAH “MALAS”
ARTINYA MALAS MENGAMBIL HAK ORANG LAIN. SEGAN MEMPERTAHANKAN HAK MELALUI
KONFLIK YANG SENGIT,KARENA ITU MELAYUJARANG MENJADI PENGACARA.
2.
ISTERI
ORANG MELAYU,TIDAK PERNAH MENGHALAU SUAMINYA DI HARI TUA, SAAT TIDAKBERHARGA
LAGI.
SEHINGGA
LAKI-LAKI TUA MELAYU TIDAK AKAN TIDUR DI
SURAU. TIDAK AKAN DIHARDIK-HARDIK ISTRI SEPERTI KUCING SAKIT YANG BERLINDUNG DI
SEBALIK SELEMBAR PAPAN.
3.
KETIKA
TAHU DIRINYA TAK LAMA LAGI AKAN MENINGGAL DUNIA, ORANG MELAYU LAH YANG PALING
SIAP, KARENA ANAK-ANAK (BUDAK-BUDAK)
MELAYU SUDAH DIAJARKAN RELA DAN PASRAH MENERIMA APA ADANYA, TERMASUK MENERIMA TAMU YANG BERNAMA
MALAIKAT MAUT, KARENA DI MASA HIDUPNYA TIDAK PERNAH PELIT DAN BERKELIT.
Saat menuliskan
judulnya, kami sendiri merinding tak habis. Membaca sebuah berita yang dilansir
IndiaTimes, kami menemukan fakta bahwa saat seseorang tahu bahwa dirinya akan
meninggal, ada yang bahagia, dan ada yang penuh dengan penyesalan.
Penelitian ini tak sengaja dilakukan
oleh para suster di Australia, salah satunya Bronnie Ware, yang bertugas
merawat dan menemani para pasien di rumah sakit tempatnya bekerja. Ia mengamati
bagaimana pasien berjuang atas penyakitnya, bagaimana pasien merasa kesakitan
atau menyerah. Dan, Bronnie juga umumnya menjaga pasien yang usia hidupnya
sudah tak lama lagi.
Rata-rata pasien yang dirawat 12
minggu lamanya, kemudian mereka meninggal karena penyakit yang dialami atau
karena menua.
Kemudian ia terinspirasi untuk
mengumpulkan beberapa jawaban atas sebuah pertanyaan sederhana. Yang kemudian
dipublikasikan dalam sebuah buku berjudul The Top Five Regrets of the Dying.
Dikatakan, bahwa sekian banyak pasien
mengaku ada lima hal yang disesali menjelang ajal mereka.
Yang pertama, "seandainya saja
aku punya keberanian untuk hidup dengan caraku, dan menjadi diriku sendiri.
Bukan hidup demi orang lain, dan menjadi yang orang lain harapkan..."
Yang kedua, "seandainya aku tidak bekerja terlalu sibuk dan punya
banyak waktu untuk diriku dan keluargaku..."
Yang ketiga, "seandainya aku punya keberanian mengungkapkan perasaan
yang terpendam..."
Yang keempat, "seandainya aku selalu punya waktu untuk berkumpul dengan
sahabat-sahabatku..."
Yang kelima, "seandainya aku membiarkan diriku merasakan
kebahagiaan..."
Tampaknya sepele, tetapi inilah
pengakuan terbesar mereka yang sudah punya pengalaman hidup lebih lama dari
kami, dari Anda... Yang kemudian melalui buku yang ditulis suster Bronnie Ware
ingin menyampaikan pesan agar kelak Anda tidak menyesali hal yang sama.
Agar Anda punya keberanian menjadi
diri sendiri. Hidup dengan cara Anda dan tidak hidup karena omongan orang lain.
Agar Anda pandai memanajemen waktu, sehingga masih punya waktu untuk diri
sendiri dan keluarga.
Agar Anda punya keberanian mengungkapkan apa yang ada dalam perasaan Anda.
Agar Anda punya banyak waktu untuk sahabat-sahabat dan kerabat Anda.
Agar Anda memberikan kebahagiaan pada diri sendiri, dengan cara yang Anda
suka.
Jangan! Jangan biarkan nanti Anda
mengalami penyesalan yang sama, karena hidup di dunia ini hanyalah sekali.
Bukan untuk disesali. (vem/bee)
BACA JUGA:
Pak Cik Atan Handoyo Orang Melayu memakai nama Jawa, supaya banyak
teman dan berasimilasi diluar Melayu, adalah seorang pengusaha paling kaya
nomor 2 di kotanya. Pak Cik Atan selalu mengajarkan pada keluarganya untuk
menabung dan tidak boros. Meski mereka keluarga kaya, namun harus tetap bisa
bijaksana dalam menggunakan uang dan harta yang mereka miliki.
Kendati begitu, Pak Atan Handoyo tahu
bahwa anak-anaknya terlalu sering bergaul dengan teman-teman dari latar
belakang yang sama. Oleh karena itu, Pak Handoyo ingin memberi pandangan lain
pada anaknya yang mulai remaja itu.
Suatu ketika, saat liburan sekolah tiba,
ia mengajak anaknya untuk bepergian ke desa. Ia ingin menunjukkan padanya
suasana pedesaan yang jauh berbeda dengan kota yang riuh dan modern. Sang anak
pun melihat rumah-rumah penduduk yang sepertinya seukuran dengan garasi mobil
ayahnya.
Pak Handoyo mengatakan, "Lihat,
Nak. Rumah-rumah ini lebih kecil dari rumah kita. Apakah kamu bisa melihat
seberapa kaya mereka?"
Sang anak melihat ke arah pemukiman yang
terhampar di hadapannya. "Iya. Kita punya 1 anjing, mereka punya banyak
sapi. Kita punya kolam renang, mereka punya sungai yang besar. Kita punya lampu
antik di rumah, mereka setiap malam bisa melihat bulan dan bintang,"
jawabnya.
Kemudian sang ayah bertanya,
"Lantas bagaimana?"
Sang anak kembali menjawab, "Saat
kita sering beli bahan makanan, mereka menanam dan memanen sendiri. Aku punya
mainan, mereka punya teman. Kita dilindungi pagar yang tinggi dan kokoh, mereka
punya tetangga yang saling menyapa. Kita punya tetangga yang punya anak
seumuran denganku, tapi aku hampir tak pernah bertemu dengan mereka."
Mendengar jawaban ini, sang ayah
tersenyum. Sang anak kemudian menyimpulkan, "Terima kasih, Ayah. Kau telah
mengajarkan aku bahwa mungkin kita kaya dan punya segalanya, tapi mungkin..
hidup bukan sekedar tentang semua itu."
Sang ayah mengangguk sambil tersenyum,
"Bukan uang yang membuat kita bahagia. Tapi kesederhanaan kecil yang
mereka miliki yang sebenarnya membuat seseorang bisa bahagia. Teman, keluarga,
sosialisasi, keterbatasan, kerja keras, solidaritas, hal-hal seperti ini
sebaiknya kau pelajari sejak muda."
"Ayah tak langsung lahir sebagai
orang kaya. Ayah ingin kamu belajar bahwa kebahagiaan lebih penting dari semua
yang nanti akan ayah wariskan padamu," ujarnya.
Ladies, kemapanan memang bisa mencukupi
kita. Seringkali kita berusaha keras untuk mencapai kemapanan dan kemakmuran.
Namun, hidup tidak selalu mengenai kemapanan.
Sembari mencukupi materi, jangan lupa
untuk selalu berbagi dan mengasihi. Hidup akan kosong bila kita hanya
memikirkan target kerja dan materi, sementara tak diimbangi dengan tawa bahagia
bersama mereka yang kita sayangi.
sangat menarik sekali untuk di simak,,,thanks
ReplyDelete