Thursday, December 26, 2013

Mereka yang lolos dari bencana adalah orang-orang yang beruntung




Firman Allah dalam surat at-Taubat ayat 51:


قُلْ لَنْ يُصِيْبَنَا إلاَّ مَا كَتَبَ اللهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللهِ فَاْليَتَوَكَّلِ اْلمُؤْمِنُوْنَ
“Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal”
Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa, setiap peristiwa yang terjadi semuanya telah digariskan Allah. Dan hanya kepada Allah, kita berlindung.
Lalu mengapakah Allah menimpakan bencana kepada umat-Nya? Umat yang mengimani dan menyembah-Nya dalam ajaran yang benar dan hak? Mengapa bukan orang-orang kafir saja ditumpas dengan bencana? Jawabnya adalah, karena di balik setiap takdir, pastilah terdapat makna yang tersembunyi. Termasuk dalam beberapa musibah yang melanda kita. Dan bagi saudara-saudara kita yang tertimpa musibah namun masih hidup setidaknya dapat memetik hikmah atas apa yang menimpa mereka.
Mereka yang lolos dari bencana adalah orang-orang yang beruntung karena masih sempat ditegur oleh Allah SWT. Mereka yang lolos masih diberi kesempatan oleh Allah untuk memperbaiki kualitas ketaqwaan, keimanan dan hidupnya. Mereka masih sempat meminta ampunan kepada Allah SWT atas segala kesalahan serta berbuat kebajikan sepanjang sisa hidupnya untuk menghapuskan dosa.
Bencana menjadi teguran bagi mereka yang selamat, demikian pula bagi mereka yang berada jauh dari tempat kejadian. Orang-orang yang tidak terkena bencana, mendapatkan cobaan dari dampak bencana. Mereka yang sentosa berkewajiban menolong yang kepayahan. Mereka yang hidup berkewajiban menyelenggarakan jenazah bagi yang meninggal. Mereka yang masih memiliki banyak harta, berkewajiban memberikan makanan dan pakaian serta menolong dengan segenap kemampuan kepada mereka yang kehilangan segalanya. Memberi makan kepada mereka yang kelaparan, memberi pakaian kepada mereka yang telanjang dan memfasilitasi mereka yang kehilangan tempat tinggal.
Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat; barangsiapa memudahkan seorang yang mendapat kesusahan, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan Akhirat; dan Allah selalu akan menolong hambanya selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda :
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
“Hak seorang Muslim atas seorang Muslim yang lain ada enam.” Di antara para sahabat, Ada yang bertanya, ‘Apa saja ya Rasululllah?’ Beliau menjawab, ”Bila kamu berjumpa dengannya ucapkan salam, jika ia mengundangmu penuhilah, jika ia meminta nasihat kepadamu nasihatilah, jika ia bersin dan memuji Allah hendaknya kamu mendoakannya, dan jika ia sakit jenguklah, dan jika ia mati antarkanlah jenazahnya….” (HR Muslim)
Hadirin Sidang Jumuah yang Dimuliakan oleh Allah
Bencana adalah juga sebuah teguran dari Allah kepada orang-orang beriman, namun lalai menjalankan perintah-Nya. Peringatan dari allah ini sudah seringkali tampak melalui beberapa peristiwa serupa yang seringkali melanda negeri kita. Namun selalu saja kita belum bisa memperbaiki diri, sikap dan perbuatannya. Padahal beberapa musibah yang terjadi ini adalah akibat dari perbuatan dan ulah kita sendiri sebagai bangsa.
Jika alam di negeri kita rusak, siapakah yg merusaknya? Tentu adalah kita sendiri yang merusaknya. Bukan negara lain, karena takkan ada negeri lain dapat merusak negara kita kecuali kita sendiri yang mengijinkan mereka.
Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 41.
ظَهَرَ الفَسَادُ فِيْ الُبَرِّ وَاْلبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أيْدِي النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ اَّلذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Telah nampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan lepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).”
Adapun bagi kita semua, rentetan musibah yang terjadi hendaklah menjadi tadzkirah (pengingat) bahwa bencana memilukan tersebut dapat terjadi ditempat kita jika Allah SWT menghendaki. Seharusnyalah bagi kita untuk selalu berdo’a, bertaqarrub, dan beristighfar semoga Allah SWT selalu menganugerahkan keselamatan dan ampunan bagi kita semua.
Dan jika demikian, maka Allah memberi peringatan kepada kita supaya kembali ke jalan yang benar. Perbuatan manusialah yang selama ini banyak merusak ekosistem dan lingkungan. Manusia yang serakah, selalu mengeksploitasi alam dan banyak menyebabkan kerusakan lingkungan. Peringatan dari Allah yang berupa bencana menunjukkan bahwa Allah masih sayang kepada hamba-hamba-Nya dan menghendaki mereka untuk kembali ke jalan yang diridloi-Nya.
Karena, kerusakan alam selalu mengakibarkan kerugian bagi warha di sekelilingnya, terutama rakyat kecilnya. Karenanya, siapa yang lebih kuat harus melindungiu yang lemah. Siapa yang berkelonggaran harus menolong yang sedang dalam kesusahan dan siapa yang selamat harus bersedia menolong kepada saudaranya yang terkena musibah.
Mestinya kita takut jika tidak menolong, padahal kita mampu, mestinya kita malu kepad Allah jika tidak membantu saudara-saudara yang sedang kesusahan, apdahal kita sedang banyak memiliki kelonggaran. Bukankah Rasulullah SAW telah bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لاَ يَهْتَمْ بِأُمُوْرِ اْلمُسْلِمِيْنَ
“Tidaklah termasuk golongan kita, mereka yang tidak peduli dengan persoalan-persoalan umat Islam.”
Dengan demikian, maka umat akan persatuan dan kesatuan umat Islam akan semakin kokoh selepas berlalunya bencana, jika kita dapat menyadari bahwa selalu ada hikmah di balik setiap kejadian yang tampak mengerikan. Bencana merupakan ujiana bagi umat Islam, sudahkah mereka mencadi seperti penggambaran Rasulullah SAW?
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Orang Islam yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan.”
Maka akhirnya, marilah kita doakan semoga saudara-saudara kita yang telah dipanggil oleh Allah dalam bencana-bencana di negari ini adalah meninggal dalam keadaan syahid. Bagaimana pun juga salah satu tujuan Allah mewafatkan mereka dalam bencana adalah untuk mewafatkan mereka dalam kondisi mati syahid. Karena mereka yang meninggal dalam kondisi mati kejatuhan reruntuhan, tenggelam, terbakar, melahirkan, mati dalam merasakan sakit perut adalah masuk dalam kategori mati syahid, selama mereka mengalami naza’ (syakarotul maut) dengan tetap teguh memegang keimanan kepada Allah SAW. Amin Allahumma Amin
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَِّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
(KH. Ilhamulloh Samarkan, Ketua LDNU Jawa Timur)


 PENEMU MUSLIM TERLUPAKAN SEJARAH
OLEH HAJI M.RAKIB RIAU.2013
BANYAK PENEMU YANG TERLUPAKAN
MASALAH SAINS,  TERPINGGIRKAN
MASALAH BID'AH DIBESAR-BESARKAN

Para ilmuwan dan penemu Muslim (Arab, Persia dan Turki) telah berhasil membuat beberapa penemuan yang luar biasa ratusan tahun lebih dulu dibanding rekan-rekan mereka di Eropa. Mereka menarik pengaruh dari filsafat Aristoteles dan Neo-Platonis, termasuk Euclid, Archimedes, Ptolemy dan lain-lain. Kaum muslimin pada saat itu telah berhasil membuat berbagai penemuan di bidang kedokteran, bedah, matematika, fisika, kimia, filsafat, astrologi, geometri dan bidang lainnya.yang tak terhitung jumlahnya dan menuliskan karya-karyanya dalam berbagai buku.

Berikut beberapa ilmuwan dan penemu muslim dengan penemuan luar biasa mereka.
1. AL-FARABI

Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (872-950) disingkat Al-Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan.

Ia juga dikenal dengan nama lain Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi, juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir).

Al Farabi dianggap sebagai salah satu pemikir terkemuka dari era abad pertengahan.

Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian:
  1. Logika
  2. Ilmu-ilmu Matematika
  3. Ilmu Alam
  4. Teologi
  5. Ilmu Politik dan kenegaraan
  6. Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).
Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama) yang membahas tetang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara rejim yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah Islam.

http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Farabi

 
2. AL-BATANI
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitF4mXRsGbniNUQ3HlJUw6oSvofts-pA2jZLFa70x4QLXNOWFBa_36l34gCo90xnYRzBOHZHeLFPvbe-5efUcRPh4iEs5fpWMgF6W1AaqVmcHR4tUCE75fsTOQqkCNlYKITT1ON81t4l4/s1600/al-battani.jpg

Al Battani (sekitar 858-929) juga dikenal sebagai Albatenius adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab. Al Battani nama lengkap: Abū Abdullāh Muhammad ibn Jābir ibn Sinān ar-Raqqī al-Harrani as-Sabi al-Battānī), lahir di Harran dekat Urfa.

Salah satu pencapaiannya yang terkenal dalam astronomi adalah tentang penentuan Tahun Matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.

Al Battani juga menemukan sejumlah persamaan trigonometri:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7DpUeyqOFbHa8NXRoSBRzM_JDmzWIfpEgLGgbjS-0OxNh40pDlKZj_WaPvN59IA9ZPQLZBAC6hy1mPma2G6ZfcbrZ5dNlJeACkYkM6W5RqYbfmcNfU_xMXMtw7tqffEX_aGQd7MALACM/s1600/al-battani-method-1.png
Ia juga memecahkan persamaan sin x = a cos x dan menemukan rumus:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVzcH_AC58qlgGr4NiCFoSXSuRZt2NADM4wlX4N6aAzJ1dckjk2xhbhtw4uyeIJTnBhhDWfBnXJgbdV7h7SdJZ6gcDC4xKhlo5D4fisUQv7LS5wKZFcx485MLLBQjNof1a2PCawf6biZs/s1600/al-battani-method-1-1.png
dan menggunakan gagasan al-Marwazi tentang tangen dalam mengembangkan persamaan-persamaan untuk menghitung tangen, cotangen dan menyusun tabel perhitungan tangen.

Al Battani bekerja di Suriah, tepatnya di ar-Raqqah dan di Damaskus, yang juga merupakan tempat wafatnya.

http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Battani

 
3. IBNU SINA
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC9oXmuACSWp4SgihEqkkNW6mkZqCBhoMqiP35EFuOFMCZTTZFa5mE59N0o_kGRWEZ4-hSHa9XFIfpqc9-I4G4X-Pc8XJDQa2sVeyIiAl_wovhFVIE_PPJPWEVmxnqVAZpPtrrR_kPhKU/s1600/avicenna.jpg
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah Bapak Pengobatan Modern dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal Qanun fi Thib  merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).

Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar, banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai Bapak Kedokteran Modern, George Sarton menyebut Ibnu Sina sebagai "Ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu". Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).

Karya
  1. Qanun fi Thib (Canon of Medicine/Aturan Pengobatan)
  2. Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)
  3. An Najat
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYJKCa7D6EC628VpwwTWctQHShUwtKLadr-cqairB5zLIhlSBsY_rDmbKGtNwjniZZNgSTqH2enUb9SDzhggHo5GrlD0jTnuCIaUTBfUHK5mbm6r7hjielyzr-bRN0rKJjzwUAqDSRR4s/s1600/ibn-battuta.jpg
Abu Abdullah Muhammad bin Battutah atau juga dieja Ibnu Batutah adalah seorang pengembara (penjelajah) Berber Maroko.

Atas dorongan Sultan Maroko, Ibnu Batutah mendiktekan beberapa perjalanan pentingnya kepada seorang sarjana bernama Ibnu Juzay, yang ditemuinya ketika sedang berada di Iberia. Meskipun mengandung beberapa kisah fiksi, Rihlah merupakan catatan perjalanan dunia terlengkap yang berasal dari abad ke-14.

Lahir di Tangier, Maroko antara tahun 1304 dan 1307, pada usia sekitar dua puluh tahun Ibnu Batutah berangkat haji - ziarah ke Mekah. Setelah selesai, dia melanjutkan perjalanannya hingga melintasi 120.000 kilometer sepanjang dunia Muslim (sekitar 44 negara modern).

http://en.wikipedia.org/wiki/Ibn_Battuta

 
5. IBNU RUSYD
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi31Jd8xKgrUUyL-4sQpExR05WbFQqQ0Vp0A_MxVntZ6rFvop_-B4ME1qTLUXCs9bivcmvV94ZQNF9jC7L0fKM66FF9W1dabQJaIuVwZXFiId-P8oOa6ZH67zYknsBtsaciAEnKkxcyF24/s1600/ibn-rushd.jpg
Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, lahir tahun 1126 di Marrakesh Maroko, wafat tanggal 10 Desember 1198) juga dikenal sebagai Averroes, adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia).

Ikhtisar

Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja.

Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi" (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.
Pemikiran Ibnu Rusyd

Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.

Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya.

Karya 
  • Bidayat Al-Mujtahid
  • Kulliyaat fi At-Tib (Kuliah Kedokteran)
  • Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at
http://en.wikipedia.org/wiki/Averroes

 
6. MUHAMMAD BIN MUSA AL-KHAWARIZMI
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgg-Osm6XVv9w9uIO_EtFVNe1PAMqKEaccdyH-6qfby0UjPU20Fcy8KQ_luDANpa3Ft56LMpsG-pXJgPW4xqzyTwLlavCeLDhjm02msD6KBbeZ77WeYGPzIwMCqfb3C2_b1E65O1rTzPVo/s1600/al-khwarizmi.jpg
Muhammad bin Mūsā al-Khawārizmī adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad

Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latin dari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.

Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme dan logaritma diambil dari kata Algorismi, Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.

Biografi

Sedikit yang dapat diketahui dari hidup beliau, bahkan lokasi tempat lahirnya sekalipun. Nama beliau mungkin berasal dari Khwarizm (Khiva) yang berada di Provinsi Khurasan pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah (sekarang Xorazm, salah satu provinsi Uzbekistan). Gelar beliau adalah Abū ‘Abdu llāh atau Abū Ja’far.

Sejarawan al-Tabari menamakan beliau Muhammad bin Musa al-Khwārizmī al-Majousi al-Katarbali. Sebutan al-Qutrubbulli mengindikasikan beliau berasal dari Qutrubbull, kota kecil dekat Baghdad.

Dalam Kitāb al-Fihrist Ibnu al-Nadim, kita temukan sejarah singkat beliau, bersama dengan karya-karya tulis beliau. Al-Khawarizmi menekuni hampir seluruh pekerjaannya antara 813-833. setelah Islam masuk ke Persia, Baghdad menjadi pusat ilmu dan perdagangan, dan banyak pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India berkelana ke kota ini, yang juga dilakukan beliau. Dia bekerja di Baghdad pada Sekolah Kehormatan yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah Al-Ma'mun, tempat ia belajar ilmu alam dan matematika, termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani.

Karya

Karya terbesar beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi, kartografi, sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar, trigonometri, dan pada bidang lain yang beliau tekuni. Pendekatan logika dan sistematis beliau dalam penyelesaian linear dan notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar, nama yang diambil dari nama salah satu buku beliau pada tahun 830 M, al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala atau: "Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan”, buku pertama beliau yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.

Pada buku beliau, Kalkulasi dengan angka Hindu, yang ditulis tahun 825, memprinsipkan kemampuan difusi angka India ke dalam perangkaan timur tengah dan kemudian Eropa. Buku beliau diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Algoritmi de numero Indorum, menunjukkan kata algoritmi menjadi bahasa Latin.

Beberapa kontribusi beliau berdasar pada Astronomi Persia dan Babilonia, angka India, dan sumber-sumber Yunani.

Sistemasi dan koreksi beliau terhadap data Ptolemeus pada geografi adalah sebuah penghargaan untuk Afrika dan Timur Tengah. Buku besar beliau yang lain, Kitab surat al-ard ("Pemandangan Bumi";diterjemahkan oleh Geography), yang memperlihatkan koordinat dan lokasi dasar yang diketahui dunia, dengan berani mengevaluasi nilai panjang dari Laut Mediterania dan lokasi kota-kota di Asia dan Afrika yang sebelumnya diberikan oleh Ptolemeus.

Ia kemudian mengepalai konstruksi peta dunia untuk Khalifah Al-Ma’mun dan berpartisipasi dalam proyek menentukan tata letak di Bumi, bersama dengan 70 ahli geografi lain untuk membuat peta yang kemudian disebut “ketahuilah dunia”. Ketika hasil kerjanya disalin dan ditransfer ke Eropa dan Bahasa Latin, menimbulkan dampak yang hebat pada kemajuan matematika dasar di Eropa. Ia juga menulis tentang astrolab dan sundial.

Kitab I - Aljabar

Al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wa-l-muqābala (Kitab yang Merangkum Perhitungan Pelengkapan dan Penyeimbangan) adalah buku matematika yang ditulis pada tahun 830. Kitab ini merangkum definisi aljabar. Terjemahan ke dalam bahasa Latin dikenal sebagai Liber algebrae et almucabala oleh Robert dari Chester (Segovia, 1145) dan juga oleh Gerardus dari Cremona.

Dalam kitab tersebut diberikan penyelesaian persamaan linear dan kuadrat dengan menyederhanakan persamaan menjadi salah satu dari enam bentuk standar (di sini b dan c adalah bilangan bulat positif)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU9Wu3UrQpWG_rwMLLXCTd78Hqa-zbCBdmTYnb1x692XzJ-k2jSRIq-ABJSl0S1ZK7ojdFb7s3IYlYexslYsEQsKywfISLxJOiJhU26f9I53oy4JP4xLnCHfPaDm3s9AHtWGmvY-D4fPc/s1600/al-khwarizmi-method-1.jpg
dengan membagi koefisien dari kuadrat dan menggunakan dua operasi: al-jabr ( الجبر ) atau pemulihan atau pelengkapan) dan al-muqābala (penyetimbangan). Al-jabr adalah proses memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari notasi dengan menggunakan nilai yang sama di kedua sisi. Contohnya, x^2 = 40x - 4x^2 disederhanakan menjadi 5x^2 = 40x. Al-muqābala adalah proses memberikan kuantitas dari tipe yang sama ke sisi notasi. Contohnya, x^2 + 14 = x + 5 disederhanakan ke x^2 + 9 = x.

Beberapa pengarang telah menerbitkan tulisan dengan nama Kitāb al-ǧabr wa-l-muqābala, termasuk Abū Ḥanīfa al-Dīnawarī, Abū Kāmil (Rasāla fi al-ǧabr wa-al-muqābala), Abū Muḥammad al-‘Adlī, Abū Yūsuf al-Miṣṣīṣī, Ibnu Turk, Sind bin ‘Alī, Sahl bin Bišr, dan Šarafaddīn al-Ṭūsī.

Kitab 2 - Dixit algorizmi

Buku kedua besar beliau adalah tentang aritmatika, yang bertahan dalam Bahasa Latin, tapi hilang dari Bahasa Arab yang aslinya. Translasi dilakukan pada abad ke-12 oleh Adelard of Bath, yang juga menerjemahkan tabel astronomi pada 1126.

Pada manuskrip Latin,biasanya tak bernama,tetapi umumnya dimulai dengan kata: Dixit algorizmi ("Seperti kata al-Khawārizmī"), atau Algoritmi de numero Indorum ("al-Kahwārizmī pada angka kesenian Hindu"), sebuah nama baru di berikan pada hasil kerja beliau oleh Baldassarre Boncompagni pada 1857. Kitab aslinya mungkin bernama Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind ("Buku Penjumlahan dan Pengurangan berdasarkan Kalkulasi Hindu")

Kitab 3 - Rekonstruksi Planetarium

Peta abad ke-15 berdasarkan Ptolemeus sebagai perbandingan.

Buku ketiga beliau yang terkenal adalah Kitāb surat al-Ardh "Buku Pemandangan Dunia" atau "Kenampakan Bumi" diterjemahkan oleh Geography), yang selesai pada 833 adalah revisi dan penyempurnaan Geografi Ptolemeus, terdiri dari daftar 2402 koordinat dari kota-kota dan tempat geografis lainnya mengikuti perkembangan umum.

Hanya ada satu kopi dari Kitāb ṣūrat al-Arḍ, yang tersimpan di Perpustakaan Universitas Strasbourg. Terjemahan Latinnya tersimpan di Biblioteca Nacional de España di Madrid. Judul lengkap buku beliau adalah Buku Pendekatan Tentang Dunia, dengan Kota-Kota, Gunung, Laut, Semua Pulau dan Sungai, ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi berdasarkan pendalaman geografis yang ditulis oleh Ptolemeus dan Claudius.

Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk “Zona Cuaca”, yang menulis pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez, dikatakan bahwa ini sanagat bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat pendekatan praktis. Baik dalam salinan Arab maupun Latin, tak ada yang tertinggal dari buku ini. Oleh karena itu, Hubert Daunicht merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar koordinat. Ia berusaha mencari pendekatan yang mirip dengan peta tersebut.
Buku 4 - Astronomi

Kampus Corpus Christi MS 283

Buku Zīj al-sindhind (tabel astronomi) adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada kalkulasi kalender astronomi dan 116 tabel dengan kalenderial, astronomial dan data astrologial sebaik data yang diakui sekarang.

Versi aslinya dalam Bahasa Arab (ditulis 820) hilang, tapi versi lain oleh astronomer Spanyol Maslama al-Majrīṭī (1000) tetap bertahan dalam bahasa Latin, yang diterjemahkan oleh Adelard of Bath (26 Januari 1126). Empat manuskrip lainnya dalam bahasa Latin tetap ada di Bibliothèque publique (Chartres), the Bibliothèque Mazarine (Paris), the Bibliotheca Nacional (Madrid) dan the Bodleian Library (Oxford).
Buku 5 - Kalender Yahudi

Al-Khawārizmī juga menulis tentang Penanggalan Yahudi (Risāla fi istikhrāj taʾrīkh al-yahūd "Petunjuk Penanggalan Yahudi"). Yang menerangkan 19-tahun siklus interkalasi, hukum yang mengatur pada hari apa dari suatu minggu bulan Tishrī dimulai; memperhitungkan interval antara Era Yahudi (penciptaan Adam) dan era Seleucid; dan memberikan hukum tentang bujur matahari dan bulan menggunakan Kalender Yahudi. Sama dengan yang ditemukan oleh al-Bīrūnī dan Maimonides.
Karya lainnya

Beberapa manuskrip Arab di Berlin, Istanbul, Tashkent, Kairo dan Paris berisi pendekatan material yang berkemungkinan berasal dari al-Khawarizmī. Manuskrip di Istanbul berisi tentang sundial, yang disebut dalam Fihirst. Karya lain, seperti determinasi arah Mekkah adalah salah satu astronomi sferik.

Dua karya berisi tentang pagi (Ma’rifat sa’at al-mashriq fī kull balad) dan determinasi azimut dari tinggi (Ma’rifat al-samt min qibal al-irtifā’).

Beliau juga menulis 2 buku tentang penggunaan dan perakitan astrolab. Ibnu al-Nadim dalam Kitab al-Fihrist (sebuah indeks dari bahasa Arab) juga menyebutkan Kitāb ar-Ruḵāma(t) (buku sundial) dan Kitab al-Tarikh (buku sejarah) tapi 2 yang terakhir disebut telah hilang.

http://en.wikipedia.org/wiki/Mu%E1%B8%A5ammad_ibn_M%C5%ABs%C4%81_al-Khw%C4%81rizm%C4%AB

 
7. UMAR KHAYYAM
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggKBeBNFQndPeh8krrFOT38_Zw3B1oAZje5j3B3RR-FmL31NDG1OLe4YHuJMLpHI5Yq7O2ew-BgVmGps2iNRKwO4yGl9Gs7YjfJS0LwCk365JBdlMG-IlklSw0RhWaxsAFNq138PpkNuU/s1600/omar-khayyam.jpg
'Umar Khayyām (18 Mei 1048 - 4 Desember 1131), dilahirkan di Nishapur, Iran. Nama aslinya adalah Ghiyātsuddin Abulfatah 'Umar bin Ibrahim Khayyāmi Nisyābūri . Khayyām berarti "pembuat tenda" dalam bahasa Persia.

Sang Matematikawan

Pada masa hidupnya, ia terkenal sebagai seorang matematikawan dan astronom yang memperhitungkan bagaimana mengoreksi kalender Persia. Pada 15 Maret 1079, Sultan Jalaluddin Maliksyah Saljuqi (1072-1092) memberlakukan kalender yang telah diperbaiki Umar, seperti yang dilakukan oleh Julius Caesar di Eropa pada tahun 46 SM dengan koreksi terhadap Sosigenes, dan yang dilakukan oleh Paus Gregorius XIII pada Februari 1552 dengan kalender yang telah diperbaiki Aloysius Lilius (meskipun Britania Raya baru beralih dari Kalender Julian kepada kalender Gregorian pada 1751, dan Rusia baru melakukannya pada 1918).

Dia pun terkenal karena menemukan metode memecahkan persamaan kubik dengan memotong sebuah parabola dengan sebuah lingkaran.
Sang astronom

Pada 1073, Malik-Syah, penguasa Isfahan, mengundang Khayyām untuk membangun dan bekerja pada sebuah observatorium, bersama-sama dengan sejumlah ilmuwan terkemuka lainnya. Akhirnya, Khayyām dengan sangat akurat (mengoreksi hingga enam desimal di belakang koma) mengukur panjang satu tahun sebagai 365,24219858156 hari.

Ia terkenal di dunia Persia dan Islam karena observasi astronominya. Ia pernah membuat sebuah peta bintang (yang kini lenyap) di angkasa.
Umar Khayyām dan Islam

Filsafat Umar Khayyām agak berbeda dengan dogma-dogma umum Islam. Tidak jelas apakah ia percaya akan kehadiran Allah atau tidak, namun ia menolak pemahaman bahwa setiap kejadian dan fenomena adalah akibat dari campur tangan ilahi. Ia pun tidak percaya akan Hari Kiamat atau ganjaran serta hukuman setelah kematian. Sebaliknya, ia mendukung pandangan bahwa hukum-hukum alam menjelaskan semua fenomena dari kehidupan yang teramati. Para pejabat keagamaan berulang kali meminta dia menjelaskan pandangan-pandangannya yang berbeda tentang Islam. Khayyām akhirnya naik haji ke Mekkah untuk membuktikan bahwa ia adalah seorang muslim.

Omar Khayyam, Sang Skeptik

Dan, sementara Ayam Jantan berkokok, mereka yang berdiri di muka / Rumah Minum berseru - "Bukalah Pintu! / Engkau tahu betapa sedikit waktu yang kami punyai untuk singgah, / Dan bila kami pergi, mungkin kami takkan kembali lagi."

Demikian pula bagi mereka yang bersiap-siap untuk HARI INI, / Dan meyangka setelah ESOK menatap, / Seorang muazzin berseru dari Menara Kegelapan / "Hai orang bodoh! ganjaranmu bukan di Sini ataupun di Sana!"

Mengapa, semua orang Suci dan orang Bijak yang mendiskusikan / Tentang Dua Dunia dengan begitu cerdas, disodorkannya / Seperti Nabi-nabi bodoh; Kata-kata mereka untuk Dicemoohkan / Ditaburkan, dan mulut mereka tersumbat dengan Debu.

Oh, datanglah dengan Khayyam yang tua, dan tinggalkanlah Yang Bijak / Untuk berbicara; satu hal yang pasti, bahwa Kehidupan berjalan cepat; / Satu hal yang pasti, dan Sisanya adalah Dusta; / Bunga yang pernah sekali mekar, mati untuk selama-lamanya.

Diriku ketika masih muda begitu bergariah mengunjungi / Kaum Cerdik pandai dan Orang Suci, dan mendengarkan Perdebatan besar / Tentang ini dan tentang: namun terlebih lagi / Keluar dari Pintu yang sama seperti ketika kumasuk.

Dengan Benih Hikmat aku menabur, / Dan dengan tanganku sendiri mengusahakannya agar bertumbuh; / Dan cuma inilah Panen yang kupetik - / "Aku datang bagai Air, dan bagaikan Bayu aku pergi."

Ke dalam Jagad ini, dan tanpa mengetahui, / Entah ke mana, seperti Air yang mengalir begitu saja: / Dan dari padanya, seperti Sang Bayu yang meniup di Padang, / Aku tak tahu ke mana, bertiup sesukanya.

Jari yang Bergerak menulis; dan, setelah menulis, / Bergerak terus: bukan Kesalehanmu ataupun Kecerdikanmu / Yang akan memanggilnya kembali untuk membatalkan setengah Garis, / Tidak juga Air matamu menghapuskan sepatah Kata daripadanya.

Dan Cawan terbalik yang kita sebut Langit, / Yang di bawahnya kita merangkak hidup dan mati, / Janganlah mengangkat tanganmu kepadanya meminta tolong - karena Ia / Bergelung tanpa daya seperti Engkau dan Aku.

Omar Khayyám, Penulis dan Penyair

Omar Khayyám kini terkenal bukan hanya keberhasilan ilmiahnya, tetapi karena karya-karya sastranya. Ia diyakini telah menulis sekitar seribu puisi 400 baris. Di dunia berbahasa Inggris, ia paling dikenal karena The Rubáiyát of Omar Khayyám dalam terjemahan bahasa Inggris oleh Edward Fitzgerald (1809-1883).

Orang lain juga telah menerbitkan terjemahan-terjemahan sebagian dari rubáiyátnya (rubáiyát berarti "kuatrain"), tetapi terjemahan Fitzgeraldlah yang paling terkenal. Ada banyak pula terjemahan karya ini dalam bahasa-bahasa lain.

http://en.wikipedia.org/wiki/Omar_Khayy%C3%A1m 


8. TSABIT BIN QURRAH
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvDWV-mqzaSnpO54out1iujHaQFgHd7GBMJV3mCb_X9vYGwoPkL7XfWhnBM1O4P35Uw0PifiPF6cqxdSnQ4-4QDxiLV1Tjz-qMaJ3qaV8OYnrFMT_3d5D5rY9UK2nAYsSvuWmtCK59BVU/s1600/thabit-ibn-qurra.jpg
Abu'l Hasan Tsabit bin Qurra' bin Marwan al-Sabi al-Harrani, (826 – 18 Februari 901) adalah seorang astronom dan matematikawan dari Arab, dan dikenal pula sebagai Thebit dalam bahasa Latin.

Tsabit lahir di kota Harran, Turki. Tsabit menempuh pendidikan di Baitul Hikmah di Baghdad atas ajakan Muhammad ibn Musa ibn Shakir. Tsabit menerjemahkan buku Euclid yang berjudul Elements dan buku Ptolemy yang berjudul Geograpia.

Al-Sabiʾ Thabit bin Qurra al-Ḥarrānī, Latin: Thebit / Thebith / Tebit, 826 - 18 Februari, 901) adalah seorang ahli matematika, dokter, astronom, dan penerjemah Islam Golden Age yang tinggal di Baghdad pada paruh kedua abad kesembilan.

Ibnu Qurra membuat penemuan penting dalam aljabar, geometri, dan astronomi. Dalam astronomi, Thabit dianggap sebagai salah satu dari para reformis pertama dari sistem Ptolemaic, dan dalam mekanika dia adalah seorang pendiri statika.

http://en.wikipedia.org/wiki/Th%C4%81bit_ibn_Qurra


9. MUHAMMAD BIN ZAKARIYA AL-RAZI
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhi91TShUVDVZXpxRF4-GsbVYSb0zsosP6hP_oQw3Q3JJM-jD2sYLlZjoT419sCkwci9N0-cGgYOs9-b678SOcxIawLnvPyOKvYj06sPGxQYhdwkq9u3eF_YVNRM5Gj22uvtkSTZ26X7_A/s1600/al-razi.jpg
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925.

Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.

Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam sejarah.

Biografi

Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya.

Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tapi dia kemudian lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran.

Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim.

Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.

Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya.

Kontribusi 

Bidang Kedokteran
Cacar dan campak

Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar:

"Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada minuman anggur. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa. Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi."

Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang adanya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia menjelaskan gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan cara mencegah wabah tersebut."

Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara berpikir ar-Razi dalam buku ini.

Berikut ini adalah penjelasan lanjutan ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit menjadi semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua bagian tubuh. Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan terjadi perubahan warna merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan."

Alergi dan demam

Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri.

Farmasi

Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.

Etika kedokteran

Ar-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya adalah ketika dia mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan desa untuk menjual ramuan. Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter tidak mungkin mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi untuk meningkatkan mutu seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap belajar dan terus mencari informasi baru. Dia juga membuat perbedaan antara penyakit yang bisa disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian menyatakan bahwa seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat. Sebagai tambahan, ar-Razi menyatakan bahwa dia merasa kasihan pada dokter yang bekerja di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter.

Ar-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk berbuat baik, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar.
Buku-buku Ar-Razi pada bidang kedokteran

Berikut ini adalah karya ar-Razi pada bidang kedokteran yang dituliskan dalam buku:
  • Hidup yang Luhur
  • Petunjuk Kedokteran untuk Masyarakat Umum
  • Keraguan pada Galen
  • Penyakit pada Anak
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpgIxyPBPZbDAedlOihHnTmB9n28UXzmGkx8LE-ipc1pU_Gct-TRPBtBMI8MotEp1d8Mt3kdW9kK19ba8diH55jECXgNQiv4sx9dFk7UfIOyF4cf4mNpymE_Nxn1onJxCBCmO9QE1LyF4/s1600/jabir-ibn-haiyan.jpg
Abu Musa Jabir bin Hayyan, atau dikenal dengan nama Geber di dunia Barat, diperkirakan lahir di Kuffah, Irak pada tahun 722 dan wafat pada tahun 804. Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap.

Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.

Bapak Kimia Arab ini dikenal karena karya-karyanya yang sangat berpengaruh pada ilmu kimia dan metalurgi.

Karya Jabir antara lain:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6ScPuiunYwVIm-X6-JQiR8Osk-zHOFxN-3pieemOXF5XfxWtXR_F5A1FiBt6Qg_O2HqqpbmAO9cD3jlFK45IXSlrsiNB3wfHH6BC5-e9dQEtQzW5s5S5265DiP0kpi4EAMZIp5fXIoQ4/s1600/al-kindi.jpg
Ibnu Ishaq Al-Kindi (801-873), bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Semasa hidupnya, selain bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani pula. Banyak karya-karya para filsuf Yunani diterjemahkannya dalam bahasa Arab; antara lain karya Aristoteles dan Plotinus. Sayangnya ada sebuah karya Plotinus yang diterjemahkannya sebagai karangan Aristoteles dan berjudulkan Teologi menurut Aristoteles, sehingga di kemudian hari ada sedikit kebingungan.

Al-Kindi berasal dari kalangan bangsawan, dari Irak. Ia berasal dari suku Kindah, hidup di Basra dan meninggal di Bagdad pada tahun 873. Ia merupakan seorang tokoh besar dari bangsa Arab yang menjadi pengikut Aristoteles, yang telah memengaruhi konsep al Kindi dalam berbagai doktrin pemikiran dalam bidang sains dan psikologi.

Al Kindi menuliskan banyak karya dalam berbagai bidang, geometri, astronomi, astrologi, aritmatika, musik(yang dibangunnya dari berbagai prinip aritmatis), fisika, medis, psikologi, meteorologi, dan politik.

Ia membedakan antara intelek aktif dengan intelek pasif yang diaktualkan dari bentuk intelek itu sendiri. Argumen diskursif dan tindakan demonstratif ia anggap sebagai pengaruh dari intelek ketiga dan yang keempat. Dalam ontologi dia mencoba mengambil parameter dari kategori-kategori yang ada, yang ia kenalkan dalam lima bagian: zat(materi), bentuk, gerak, tempat, waktu, yang ia sebut sebagai substansi primer.

Al Kindi mengumpulkan berbagai karya filsafat secara ensiklopedis, yang kemudian diselesaikan oleh Ibnu Sina (Avicenna) seabad kemudian. Ia juga tokoh pertama yang berhadapan dengan berbagai aksi kejam dan penyiksaan yang dilancarkan oleh para bangsawan religius-ortodoks terhadap berbagai pemikiran yang dianggap bid'ah, dan dalam keadaan yang sedemikian tragis (terhadap para pemikir besar Islam) al Kindi dapat membebaskan diri dari upaya kejam para bangsawan ortodoks itu.

http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Kindi

 
12. IBNU HAITHAM
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgG3iBDNZSvBIxGGa4NhD4u7GSEhYhUiCUUNfbQcyDy3jzh_lSpsEO2NohnZhSHjUCwLwtQAvTWWv0UxJgcsXnm0qQl-ZO-uxX4H_xDFkhJjb__xPnnP-P3tCE3Z8qUXEmRWsvQeb39mCY/s1600/ibn-al-haytham.jpg
Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham atau Ibnu Haitham (Basra, 965 - Kairo, 1039), dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen, adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.

Sejarah 
Masa ilmuwan-ilmuwan Islam
Islam sering kali diberikan gambaran sebagai agama yang mundur dan memundurkan. Islam juga dikatakan tidak menggalakkan umatnya menuntut dan menguasai pelbagai lapangan ilmu. Kenyataan dan gambaran yang diberikan itu bukan saja tidak benar tetapi bertentangan dengan hakikat sejarah yang sebenarnya.

Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak golongan sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam bidang falsafah, sains, politik, kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, pengobatan, dan sebagainya. Salah satu ciri yang dapat diperhatikan pada para tokoh ilmuwan Islam ialah mereka tidak sekedar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, tetapi dalam masa yang singkat dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan.

Walaupun tokoh itu lebih dikenali dalam bidang sains dan pengobatan tetapi dia juga memiliki kemahiran yang tinggi dalam bidang agama, falsafah, dan sebagainya. Salah seorang daripada tokoh tersebut ialah Ibnu Haitham atau nama sebenarnya Abu All Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham. 
Perjalanan hidup

Dalam kalangan cerdik pandai di Barat, beliau dikenali dengan nama Alhazen. Ibnu Haitham dilahirkan di Basrah pada tahun 354H bersamaan dengan 965 Masehi. Ia memulai pendidikan awalnya di Basrah sebelum dilantik menjadi pegawai pemerintah di bandar kelahirannya. Setelah beberapa lama berkhidmat dengan pihak pemerintah di sana, beliau mengambil keputusan merantau ke Ahwaz dan Baghdad. Di perantauan beliau telah melanjutkan pengajian dan menumpukan perhatian pada penulisan.

Kecintaannya kepada ilmu telah membawanya berhijrah ke Mesir. Selama di sana beliau telah mengambil kesempatan melakukan beberapa kerja penyelidikan mengenai aliran dan saliran Sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai matematika dan falak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang cadangan dalam menempuh perjalanan menuju Universitas Al-Azhar.

Hasil daripada usaha itu, beliau telah menjadi seo­rang yang amat mahir dalam bidang sains, falak, mate­matik, geometri, pengobatan, dan falsafah. Tulisannya mengenai mata, telah menjadi salah satu rujukan yang penting dalam bidang pengajian sains di Barat. Malahan kajiannya mengenai pengobatan mata telah menjadi asas kepada pengajian pengobatan modern mengenai mata.

Karya dan penelitian 

Sains
Ibnu Haitham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penyelidikan. Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler mencipta mikroskop serta teleskop. Ia merupakan orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting mengenai cahaya.

Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, antara lain Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.

Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila mata­hari berada di garis 19 derajat di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang apabila mata­hari berada di garis 19 derajat ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga telah berhasil menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.

Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar, dan dari situ ditemukanlah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para ilmuwan di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar yang pertama di dunia.

Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemui prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan yang bernama Trricella yang mengetahui perkara itu 500 tahun kemudian. Ibnu Haitham juga telah menemukan kewujudan tarikan gravitasi sebelum Issaac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Hai­tham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur telah memberikan ilham kepada ilmuwan barat untuk menghasilkan wayang gambar. Teori beliau telah membawa kepada penemuan film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton sebagaimana yang dapat kita lihat pada masa kini.

Filsafat
Selain sains, Ibnu Haitham juga banyak menulis mengenai falsafah, logik, metafizik, dan persoalan yang berkaitan dengan keagamaan. Ia turut menulis ulasan dan ringkasan terhadap karya-karya sarjana terdahulu.

Penulisan falsafahnya banyak tertumpu kepada aspek kebenaran dalam masalah yang menjadi pertikaian. Padanya pertikaian dan pertelingkahan mengenai sesuatu perkara berpunca daripada pendekatan yang digunakan dalam mengenalinya.

Beliau juga berpendapat bahawa kebenaran hanyalah satu. Oleh sebab itu semua dakwaan kebenaran wajar diragui dalam menilai semua pandangan yang sedia ada. Jadi, pandangannya mengenai falsafah amat menarik untuk disoroti.

Bagi Ibnu Haitham, falsafah tidak boleh dipisahkan daripada matematik, sains, dan ketuhanan. Ketiga-tiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai dan untuk menguasainya seseorang itu perlu menggunakan waktu mudanya dengan sepenuhnya. Apabila umur semakin meningkat, kekuatan fizikal dan mental akan turut mengalami kemerosotan.

Karya

Ibnu Haitham membuktikan pandangannya apabila beliau begitu ghairah mencari dan mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Sehingga kini beliau berhasil menulis banyak buku dan makalah. Di antara buku hasil karyanya: 
  • Al'Jami' fi Usul al'Hisab yang mengandungi teori-teori ilmu metametik dan metametik penganalisaannya
  • Kitab al-Tahlil wa al'Tarkib mengenai ilmu geometri
  • Kitab Tahlil ai'masa^il al 'Adadiyah tentang algebra
  • Maqalah fi Istikhraj Simat al'Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat bagi segenap rantau
  • Maqalah fima Tad'u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan hukum syarak
  • Risalah fi Sina'at al-Syi'r mengenai teknik penulisan puisi.
Sumbangan Ibnu Haitham kepada ilmu sains dan filsafat amat banyak. Kerana itulah Ibnu Haitham dikenali sebagai seorang yang miskin dari segi material tetapi kaya dengan ilmu pengetahuan. Beberapa pandangan dan pendapatnya masih relevan hingga saat ini.

Walau bagaimanapun sebahagian karyanya lagi telah "dicuri" oleh ilmuwan Barat tanpa memberikan penghargaan yang patut kepada beliau. Tapi sesungguhnya, barat patut berterima kasih kepada Ibnu Haitham dan para sarjana Islam karena tanpa mereka kemungkinan dunia Eropa masih diselubungi kegelapan.

Kajian Ibnu Haitham telah menyediakan landasan kepada perkembangan ilmu sains dan pada masa yang sama tulisannya mengenai falsafah telah membuktikan keaslian pemikiran sarjana Islam dalam bidang ilmu tersebut yang tidak lagi terbelenggu oleh pemikiran filsafat Yunani.

http://en.wikipedia.org/wiki/Alhazen


13. IBN ZUHR
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfOU7-LbneTNHLJ06d6PzmiJluPFX5v7M26jUpeqdJO4sQ1aJQWE-gSqG3hxtuDvjz3HSEQW1Flh1h8cysuW-dexN3sxdOzqABraZ_ecAlEXOqqZ48by-2WVWzuTpJM8Bhpyjpr1-wGSo/s1600/ibn-zuhr.jpg
Abū-Marwān ʻAbd al-Malik ibn Zuhr (1094-1162), better known in the West by his Latinized name Avenzoar, was an Arab-Muslim physician, surgeon and a contemporary of Averroes and Maimonides. He was born at Seville (now southwestern Spain) and was regarded as the most renowned physician of Al-Andalus.

Ibn Zuhr was known for his emphasis on a more rational, empiric basis of medicine. His major work, Al-Taysīr fil-Mudāwāt wal-Tadbīr (Book of Simplification Concerning Therapeutics and Diet /Kitab Penyederhanaan Mengenai Therapeutics dan Diet), was translated into Latin and Hebrew and was influential to the progress of surgery. He also improved surgical and medical knowledge by keying out several diseases and their treatments.

Ibn Zuhr performed the first experimental tracheotomy on a goat. He is thought to have made the earliest description of bezoar stones as medicinal items.


Works

Ibn Zuhr wrote three major books:
  • Kitab al-iqtisad fi Islah Al-Anfus WA al-Ajsad, written in his youth.
  • Kitab al-aghdhiya, on foods and regimen of health, written in exile in Morocco.
  • Kitab al-taysir, his opus magnum and written at the request of his colleague Averroes.
  • Pathology
Ibn Zuhr presented an accurate description of the esophageal and stomach cancers, as well as other lesions.
Animal testing

Ibn Zuhr introduced animal testing as an experimental method of testing surgical procedures before applying them to human patients.

http://en.wikipedia.org/wiki/Ibn_Zuhr


14. IBNU KHALDUN
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8D0ra7pCcWZrSgKxigmI_gR_freKDtlVT1uNVl1CSf3vlgZbnpr7slxu3dlQ4wywA60J5sgfwWdgC1DwQzVOZp5Jo4i6pfxOmqAiW_gkmBYWxN0gmECAj8eSEJED5WuqF-qGuSrzdoCs/s1600/ibn-khaldun.jpg

Ibnu Khaldun, nama lengkap: Abu Zayd 'Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami lahir 27 Mei 1332/732H, wafat 19 Maret 1406/808H) adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai Bapak Pendiri Ilmu Historiografi, Sosiologi dan Ekonomi. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan).

http://en.wikipedia.org/wiki/Ibn_Khaldun 


15. IBNU AL-BAITAR (1197-1248)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgINO_Qs-vf0JNzk3NWKk5RyLVYyyGpl01OGRx4qmmOws2Cnk-EvJjSmKM3EhRpfepysFvkmnSK88YkwSE-w0Xqabj-dJOKPZwXQ6b3z_ZzfAO5Vn7aTtxY2ENKI98IxqIKaBX1G7yBzFQ/s1600/ibn-al-baitar.jpg

Ilmuwan, Ahli Botani dan dokter yang sistematis mencatat penemuan yang dibuat oleh dokter Islam di Abad Pertengahan.

--- ooOoo ---

Baca juga:

LIST OF MUSLIM SCIENTISTS

Astronomers and astrophysicists
 
Ibrahim al-Fazari | Muhammad al-Fazari | Al-KhwarizmiJa'far ibn Muhammad Abu Ma'shar al-Balkhi (Albumasar) | Al-Farghani | Banū Mūsā (Ben Mousa) | Ja'far Muhammad ibn Mūsā ibn Shākir | Ahmad ibn Mūsā ibn Shākir | Al-Hasan ibn Mūsā ibn Shākir | Al-Majriti | Muhammad ibn Jābir al-Harrānī al-Battānī (Albatenius) | Al-Farabi (Abunaser) | Abd Al-Rahman Al Sufi | Abu Sa'id Gorgani | Kushyar ibn Labban | Abū Ja'far al-Khāzin | Al-Mahani | Al-Marwazi | Al-Nayrizi | Al-Saghani | Al-Farghani | Abu Nasr Mansur | Abū Sahl al-Qūhī (Kuhi) | Abu-Mahmud al-Khujandi | Abū al-Wafā' al-Būzjānī | Ibn Yunus | Ibn al-Haytham (Alhacen) | Abū Rayhān al-Bīrūnī | Avicenna (Ibn Sīnā) | Abū Ishāq Ibrāhīm al-Zarqālī (Arzachel) | Omar Khayyám | Al-Khazini | Ibn Bajjah (Avempace) | Ibn Tufail (Abubacer) | Nur Ed-Din Al Betrugi (Alpetragius) | Averroes | Al-Jazari | Sharaf al-Dīn al-Tūsī | Anvari | Mo'ayyeduddin Urdi | Nasir al-Din Tusi | Qutb al-Din al-Shirazi | Ibn al-Shatir | Shams al-Dīn al-Samarqandī | Jamshīd al-Kāshī | Ulugh BegTaqi al-Din Muhammad ibn Ma'ruf, Ottoman astronomer | Ahmad Nahavandi | Haly Abenragel | Abolfadl Harawi |

Chemists and alchemists
Further information: Alchemy (Islam)
 
Khalid ibn Yazid (Calid) | Jafar al-Sadiq | Jābir ibn Hayyān (Geber), father of chemistry | Abbas Ibn Firnas (Armen Firman) | Al-Kindi (Alkindus) | Al-Majriti | Ibn Miskawayh | Abū Rayhān al-Bīrūnī | Avicenna | Al-Khazini | Nasir al-Din Tusi | Ibn Khaldun | Salimuzzaman Siddiqui | Al-Khwārizmī, Algebra | Ahmed H. Zewail, Nobel Prize in Chemistry, 1999 | Mostafa El-Sayed | Abdul Qadeer Khan, Nuclear Scientist - Uranium Enrichment Technologist - Centrifuge Method Expert |Atta ur Rahman, leading scholar in the field of Natural Product Chemistry | Omar M. Yaghi Professor at the University of California, Berkeley |

Economists and social scientists
Further information: Islamic sociology and Islamic economics in the world
See also: List of Muslim historians and Historiography of early Islam
 
Abu Hanifa an-Nu‘man (699-767), Islamic jurisprudence scholar | Abu Yusuf (731-798), Islamic jurisprudence scholar | Al-Saghani (d. 990), one of the earliest historians of science | Shams al-Mo'ali Abol-hasan Ghaboos ibn Wushmgir (Qabus) (d. 1012), economist | Abū Rayhān al-Bīrūnī (973-1048), considered the "first anthropologist" and father of Indology | Ibn Sīnā (Avicenna) (980–1037), economist | Ibn Miskawayh (b. 1030), economist | Al-Ghazali (Algazel) (1058–1111), economist | Al-Mawardi (1075–1158), economist | Nasīr al-Dīn al-Tūsī (Tusi) (1201–1274), economist | Ibn al-Nafis (1213–1288), sociologist | Ibn Taymiyyah (1263–1328), economist | Ibn Khaldun (1332–1406), forerunner of social sciences such as demography, cultural history, historiography, philosophy of history, sociology and economics | Al-Maqrizi (1364–1442), economist | Akhtar Hameed Khan, Pakistani social scientist; pioneer of microcredit | Muhammad Yunus, Nobel Prize winner Bangladeshi economist; pioneer of microfinance | Shah Abdul Hannan, Pioneer of Islamic Banking in South Asia | Mahbub ul Haq, Pakistani economist; developer of Human Development Index and founder of Human Development Report |
 
Geographers and earth scientists
Further information: Muslim Agricultural Revolution
 
Al-Masudi, the "Herodotus of the Arabs", and pioneer of historical geography | Al-Kindi, pioneer of environmental science | Ibn Al-Jazzar | Al-Tamimi | Al-Masihi | Ali ibn Ridwan | Muhammad al-Idrisi, also a cartographer | Ahmad ibn Fadlan | Abū Rayhān al-Bīrūnī, father of geodesy, considered the first geologist and "first anthropologist" | Avicenna | Abd al-Latif al-Baghdadi | Averroes | Ibn al-Nafis | Ibn Jubayr | Ibn Battuta | Ibn Khaldun | Piri Reis | Evliya Çelebi |

Mathematicians
Further information: Islamic mathematics: Biographies
 
Al-Hajjāj ibn Yūsuf ibn Matar | Khalid ibn Yazid (Calid) | Muhammad ibn Mūsā al-Khwārizmī (Algorismi) - father of algebra and algorithms | 'Abd al-Hamīd ibn Turk | Abū al-Hasan ibn Alī al-Qalasādī (1412–1482), pioneer of symbolic algebra | Abū Kāmil Shujā ibn Aslam | Al-Abbās ibn Said al-Jawharī | Al-Kindi (Alkindus) | Banū Mūsā (Ben Mousa) | Ja'far Muhammad ibn Mūsā ibn Shākir | Al-Hasan ibn Mūsā ibn Shākir | Al-Khwarizmi | Al-Mahani | Ahmed ibn Yusuf | Al-Majriti | Muhammad ibn Jābir al-Harrānī al-Battānī (Albatenius) | Al-Farabi (Abunaser) | Al-Khalili | Al-Nayrizi | Abū Ja'far al-Khāzin | Brethren of Purity | Abu'l-Hasan al-Uqlidisi | Al-Saghani | Abū Sahl al-Qūhī | Abu-Mahmud al-Khujandi | Abū al-Wafā' al-Būzjānī | Ibn Sahl | Al-Sijzi | Ibn Yunus | Abu Nasr Mansur | Kushyar ibn Labban | Al-Karaji | Ibn al-Haytham (Alhacen/Alhazen) | Abū Rayhān al-Bīrūnī | Ibn Tahir al-Baghdadi | Al-Nasawi | Al-Jayyani | Abū Ishāq Ibrāhīm al-Zarqālī (Arzachel) | Al-Mu'taman ibn Hud | Omar Khayyám | Al-Khazini | Ibn Bajjah (Avempace) | Al-Ghazali (Algazel) | Al-Marrakushi | Al-Samawal | Ibn Rushd (Averroes) | Ibn Seena (Avicenna) | Hunayn ibn Ishaq | Ibn al-Banna' | Ibn al-Shatir | Ja'far ibn Muhammad Abu Ma'shar al-Balkhi (Albumasar) | Jamshīd al-Kāshī | Kamāl al-Dīn al-Fārisī | Muḥyi al-Dīn al-Maghribī | Maryam Mirzakhani | Mo'ayyeduddin Urdi | Muhammad Baqir Yazdi | Nasir al-Din al-Tusi, 13th century Persian mathematician and philosopher | Qāḍī Zāda al-Rūmī | Qutb al-Din al-Shirazi | Shams al-Dīn al-Samarqandī | Sharaf al-Dīn al-Tūsī | Taqi al-Din Muhammad ibn Ma'ruf | Ulugh Beg | Cumrun Vafa |

Biologists, neuroscientists, and psychologists
Further information: Islamic psychological thought
 
Ibn Sirin (654–728), author of work on dreams and dream interpretation | Al-Kindi (Alkindus), pioneer of psychotherapy and music therapy | Ali ibn Sahl Rabban al-Tabari, pioneer of psychiatry, clinical psychiatry and clinical psychology | Ahmed ibn Sahl al-Balkhi, pioneer of mental health, medical psychology, cognitive psychology, cognitive therapy, psychophysiology and psychosomatic medicine | Al-Farabi (Alpharabius), pioneer of social psychology and consciousness studies | Ali ibn Abbas al-Majusi (Haly Abbas), pioneer of neuroanatomy, neurobiology and neurophysiology | Abu al-Qasim al-Zahrawi (Abulcasis), pioneer of neurosurgery | Ibn al-Haytham (Alhazen), founder of experimental psychology, psychophysics, phenomenology and visual perception | Abū Rayhān al-Bīrūnī, pioneer of reaction time | Avicenna (Ibn Sīnā), pioneer of neuropsychiatry, thought experiment, self-awareness and self-consciousness | Ibn Zuhr (Avenzoar), pioneer of neurology and neuropharmacology | Averroes, pioneer of Parkinson's disease | Ibn Tufail, pioneer of tabula rasa and nature versus nurture | Mir Sajad, Neuroscientist and pioneer in neuroinflammation and neurogenesis |


Physicians and surgeons
Main article: Muslim doctors
Further information: Islamic medicine
 
Khalid ibn Yazid (Calid) | Jafar al-Sadiq | Shapur ibn Sahl (d. 869), pioneer of pharmacy and pharmacopoeia | Al-Kindi (Alkindus) (801-873), pioneer of pharmacology | Abbas Ibn Firnas (Armen Firman) (810-887) | Al-Jahiz, pioneer of natural selection | Ali ibn Sahl Rabban al-Tabari, pioneer of medical encyclopedia | Ahmed ibn Sahl al-Balkhi | Ishaq bin Ali al-Rahwi (854–931), pioneer of peer review and medical peer review | Al-Farabi (Alpharabius) | Ibn Al-Jazzar (circa 898-980) | Abul Hasan al-Tabari - physician |Ali ibn Sahl Rabban al-Tabari - physician | Ali ibn Abbas al-Majusi (d. 994), pioneer of obstetrics and perinatology | Abu Gaafar Amed ibn Ibrahim ibn abi Halid al-Gazzar (10th century), pioneer of dental restoration | Abu al-Qasim al-Zahrawi (Abulcasis) - father of modern surgery, and pioneer of neurosurgery, craniotomy, hematology and dental surgery | Ibn al-Haytham (Alhacen), pioneer of eye surgery, visual system and visual perception | Abū Rayhān al-Bīrūnī | Avicenna (Ibn Sina) (980-1037) - father of modern medicine, founder of Unani medicine, pioneer of experimental medicine, evidence-based medicine, pharmaceutical sciences, clinical pharmacology, aromatherapy, pulsology and sphygmology, and also a philosopher | Hakim Syed Zillur Rahman, physician of Unani medicine | Ibn Miskawayh | Ibn Zuhr (Avenzoar) - father of experimental surgery and pioneer of experimental anatomy, experimental physiology, human dissection, autopsy and tracheotomy | Ibn Bajjah (Avempace) | Ibn Tufail (Abubacer) | Averroes | Ibn al-Baitar | Ibn Jazla | Nasir al-Din Tusi | Ibn al-Nafis (1213–1288), father of circulatory physiology, pioneer of circulatory anatomy, and founder of Nafisian anatomy, physiology, pulsology and sphygmology | Ibn al-Quff (1233–1305), pioneer of embryology | Kamāl al-Dīn al-Fārisī | Ibn al-Khatib (1313–1374) | Mansur ibn Ilyas | Saghir Akhtar - pharmacist | Syed Ziaur Rahman, pharmacologist | Toffy Musivand | Muhammad B. Yunus, the "father of our modern view of fibromyalgia" | Sheikh Muszaphar Shukor, pioneer of biomedical research in space | Hulusi Behçet, known for the discovery of Behçet's disease | Gazi Yaşargil, the founder of microneurosurgery | Ibrahim B. Syed - radiologist |Mehmet Öz, cardiothoracic surgeon | Abdul Qayyum Rana, Neurologist known for his work on Parkinson's disease |

Physicists and engineers
Further information: Islamic physics
 
Jafar al-Sadiq, 8th century | Banū Mūsā (Ben Mousa), 9th century | Ja'far Muhammad ibn Mūsā ibn Shākir | Ahmad ibn Mūsā ibn Shākir | Al-Hasan ibn Mūsā ibn Shākir | Abbas Ibn Firnas (Armen Firman), 9th century | Al-Saghani, 10th century | Abū Sahl al-Qūhī (Kuhi), 10th century | Ibn Sahl, 10th century | Ibn Yunus, 10th century | Al-Karaji, 10th century | Ibn al-Haytham (Alhacen), 11th century Iraqi scientist, father of optics, pioneer of scientific method and experimental physics, considered the "first scientist" | Abū Rayhān al-Bīrūnī, 11th century, pioneer of experimental mechanics | Ibn Sīnā/Seena (Avicenna), 11th century | Al-Khazini, 12th century | Ibn Bajjah (Avempace), 12th century | Hibat Allah Abu'l-Barakat al-Baghdaadi (Nathanel), 12th century | Ibn Rushd/Rooshd (Averroes), 12th century Andalusian mathematician, philosopher and medical expert | Al-Jazari, 13th century civil engineer, father of robotics, | Nasir al-Din Tusi, 13th century | Qutb al-Din al-Shirazi, 13th century | Kamāl al-Dīn al-Fārisī, 13th century | Ibn al-Shatir, 14th century | Taqi al-Din Muhammad ibn Ma'ruf, 16th century | Hezarfen Ahmet Celebi, 17th century | Lagari Hasan Çelebi, 17th century | Sake Dean Mahomet, 18th century | Fazlur Khan, 20th century Bangladeshi mechanician | Mahmoud Hessaby, 20th century Iranian physicist | Ali Javan, 20th century Iranian physicist | Bacharuddin Jusuf Habibie, 20th century Indonesian aerospace engineer and president | Abdul Kalam, Indian aeronautical engineer and nuclear scientist | Mehran Kardar, Iranian theoretical physicist | Cumrun Vafa, Iranian mathematical physicist | Nima Arkani-Hamed, American-born Iranian physicist | Munir Nayfeh Palestinian-American particle physicist | Abdus Salam, Pakistani Theoretical Physicist, First Muslim scientist Nobel Laureate | Riazuddin, Pakistani theoretical physicist | Abdul Qadeer Khan, Pakistani nuclear scientist | Abdus Salam, 1st Pakistani theoretical physicist who won the Nobel Prize in Physics | Ali Musharafa, Egyptian nuclear physicist | Sameera Moussa, Egyptian nuclear physicist | Munir Ahmad Khan, Father of Pakistan's nuclear program | Shahid Hussain Bokhari, Pakistani researcher in the field of parallel and distributed computing | Kerim Kerimov, a founder of Soviet space program, a lead architect behind first human spaceflight (Vostok 1), and the lead architect of the first space stations (Salyut and Mir) | Farouk El-Baz, a NASA scientist involved in the first Moon landings with the Apollo program |
 
Political scientists 

Syed Qutb | Mohammad Baqir al-Sadr | Abul Ala Maududi | Hasan al-Turabi | Hassan al-Banna | Mohamed Hassanein Heikal | M. A. Muqtedar Khan | Rashid al-Ghannushi |
 
Other scientists and inventors 
 
Azizul Haque | Umar Saif |


Dari...
http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_Muslim_scientists
4 comments:
  1. http://img1.blogblog.com/img/anon36.png
nice info,,smg generasi kt selanjutnya bs sebaik bahkan lbh dr ini
sebenarya ilmuan islamlah yang meinsfirasikan ilmuan yahudi atau lebih tepatya yahudilah yang mengambil semua penemuan orang" islam, seolah-olah merekalah yang pertamakali menemukan penemuan itu dan anehnya orang sebagian besar orang meyakini bahwa penemuan itu di temukan oleh nya (yahudi)Reply
  1.  
Subhanallah.. Memang banyak teknologi yang digunakan saat ini terinspirasi dari ilmuan Islam dan para ilmuan lainnya kebanyakan hanya mengembangkan bukan menemukan. Barat berusaha menutupi jejak kemajuan saintis Islam di Eropa dan dunia internasional dengan cara mendatangkan berbagai ilmuan kafir yang aslinya hanyalah pengembang dari penemuan Muslim namun malah dipropogandakan sebagai penemu. Tapi yang paling penting ilmuan Muslim Insya Allah sangat menguasai agamanya dan tidak menyandarkan ilmunya hanya pada dunia semata. Terlebih Al-Qur'an sendiri banyak

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook