Saturday, December 28, 2013

SAJAK SOSILOGI AGAMA Oleh HM.Rakib Jamari, SH.,M.Ag



SAJAK  SOSILOGI AGAMA

Oleh  HM.Rakib Jamari, SH.,M.Ag

Masjid tua, Al-Fida’, Kecamatan Sukajadi
Tahun 1986, aku melambaikan tangan salam  senja padamu.
Kita  berpisah, bersama air mata yang terasa asin di bibir.
mata yang berkaca. melewati jendela
menatap, tapi bukan ratapan kematian
Yati kekasiku pergi, dengan begitu bersaja.
amboi, langkah ini hendak menuju ke mana.
Ketua masjid, tidak membolehkan aku, tinggal di situ lagi…
selain menjejak pada kemungkinan hari-hari penuh kegelisahan,
kehampaan dan kesunyian diri sendiri.
meraba kegelapan yang melumuri
isi kepala.
kereta warna hitam yang kau sorongkan melewati pelataran. yang begitu lengang. tawarkan sebuah kenangan di masa lalu.
ketika kehidupan baru di hembuskan ke dalam dadamu...
bikin perjanjian untuk kembali pada asal mulamu, anak manusia.
sepertinya tak ada yang patut ditangiskan.
selain mengaca pada hari yang penuh warna dan cerita penuh deru di masa lalu.
(Tuhan, aku hantarkan doa melewati senja ini)


TERINGAT KASUS JILBAB SMA EMPAT

Aku guru agama saat itu, 1991.
Buk Mayar, mengira, aku memaksa murid berjilbab,
Guru-guru resah, karena masih memakai rok pendek.
Mereka galau, setiap  lonceng berdentang
Semua murid wanita, berjilbab ria.

Guru yang masih pakai rok mini, menarik-narik roknya secara kakiku
Seakan hendak menari. hendak menari sesuatu.
mungkin ia  m,asih  menyimpan, semacam kerinduan
Pada jilbab, yang begitu asing, melekat pada kaca jendela
Salawat badar, guru agama, semacam dentangan lonceng,
Tapi lonceng Tuhan, di tangan siapa kau tahu?
Katanya, aku yang merindu, siapa tahu



Umar
Untung masih ada rambut
Ia mencoba mencegah murid berkerudung
Dengan meneror  guru agama.
Seorang manusia mencari jalan hidupnya
Memetakan langit
Mencari jawab: siapakah aku, siapakah engkau?

Wajah berjilbab, pada bayang-bayang membusur
Dari masa lalu sebuah kesaksian
Begitu samar
Antara hari berselang
Sebuah tatapan, tak pernah gugur
Menyentuh kedalaman
Rongga dada
Berbisiklah, berbisik, manusia yang mencari jawab:
"Engkau yang begitu samar dalam ingatan
kusapa dalam doa,
juga dosa"
begitu lindap



CAHAYA KERIDUAN

Cahaya kerinduan tak dapat kukesalkan
Itu sudah suratan.
Nur cahaya merah, ada pada senja itu.
Ada  pada mata, sebuah dunia kutemukan, jalinan cerita
Manusia hidup dengan kesendiriannya
Di tengah riuh gemuruh
Kesunyian di mana batasnya
Dari kelam hitam mata
Seribu tikaman terasa menyentuh jantungku


TUHANKU MELUPAKAN AKU
Benarkan Nabi Isa menyatakan, Tuhanku melupakan aku
Eli-Eli Lama Sabachtani, mengapa engkau tinggalkan aku?
Yudas, murid yang khianat itu.
Nanbi Isa ditangkap, semuanya gemetar.
Ada yang begitu seksama memperhatikan segala tindak-tanduk, gemetaran juga.
aku menghitung detik-detik perhitungan yang muncul di pelupuk mata,
menelanjangiku dengan sangat
polos dan bugil, memeriksa bulu demi bulu,
daki demi daki yang menempel, pada tangan, pada
kaki, sedang mulut
dibiarkan diam; dengan begitu bening dan jujur: mereka menjadi saksi
sebuah pengkhianatan...




LATIHAN MENJADI PEMIMPIN

Tuhan, aku tiba-tiba diangkat jadi ketua rombongan.
Menuju tanah suci, dengan bibirku yang gemetar
menyebut  nama - Mu
Inikah saaynya aku latihan menjadi pemimpin ?
Aku  hanya mengucapkan syukur
tiada habis-habisnya
terlimpah kenikmatan

kukecap kasih
sayang-Mu
dengan segala cinta

kureguk kasih-Mu
kureguk sayang-Mu
kureguk cinta-Mu

Tuhan,
gemetaran aku mengingat-Mu
wahai, Pemilik Cinta Sejati


KAYAKAN AKU DUNIA AKHIRAT.

Bisikan  untuk kaya di dunia, begitu tajam,
Ingin kaya di akhirat, juga tajam.
Tapi ya Allah, lebih  tajam tatapan-Mu,
Sampai menghunjam ke dalam lubuk hatiku

"Siapakah yang akan mendengarkan keluhku lagi,
selain Engkau wahai...."

aku tertunduk
aku tertunduk
mengharap
mendamba

dan tatapanmu begitu tajam
menghunjam ke dalam kalbu




PERSAINGAN LEMBUT

Di kantorku ada persaingan yang lembut
Kami saling berebut.
Kekerasan, akhirnya lebur begitu lembut.
Mungkin  ya Tuhan,selembut tatapan-Mu
menyiram sejuk ke dalam batinku

segala gundah
segala amarah
punah

menjelma cinta
menjelma cinta
ingin kubalas tatapan-Mu

tapi aku sekedar hamba

tak sanggup aku
tak sanggup aku

wahai,
aku tertunduk malu,
atas segala pengkhianatanku
Pencopet dan dan usiazd bercampur baur..
isyarat apa yang disampaikan, kepada seseorang juga  bercampur baur
perasaannya--- mendengar sesuatu tentang maut?

sepertinya orang sering pula bercerita, tentang orang yang menjerit
histeris, atau uban satu-satu yang tumbuh di kepala, atau raut muka yang
kerut merut, atau tubuh kekar dan gagah, lalu : mati

ada yang memberiku isyarat dari balik jendela, seperti dalam mimpi,
menyelinap dan mengendap, mengajak seseorang untuk pergi: entah
kemana.....



BUDAYA SELINGKUH

Isteri orang, disayangi, namanya selingkuh.
Zina mata, dilakukan tiap hari.
Tuhan menegurmu,  menyapamu dalam mimpi yang mengembun,
pada subuh yang sebentar kan merekah,

cuma sepi dan rasa nyeri yang dibisikkan, setialah pada pasanganmu
Shalat taubatlah menanti matahari, mungkin akan terbit,

betapa panasnya, bergolak ini benak kepala,
juga dalam dada....

sepertinya telah habis semua kuceritakan,
tiada lagi rahasia,

diriku tegak telanjang,
di hadapan-Mu


MENCATAT NAMAMU
 PENIPU DAN PENCOPET
Sebelum jadi sarjana, dia sudah terbiasa mencopet.
Setelah bekerja di kantor, dia dapat kesempaatan mencopet.
Telunjuknya lurus, tapi kelingkingnya berkait.
Dalam hatinya,  masih ada kegundahan.
Secara perlahan membakar angan

Dalam sunyi dia mencoba mengingat wajahmu,
Tapi salatnya tidak bisa khusu’, konsentasinya berderai  pecah
terbanting tangan-tangan waktu
Menyesal  tiada tara.
Begitu kukuh memisahkan kekinianku
dengan cerita dulu

Engkaukah itu,
yang bercakap dalam gemerisik angin meniup daunan.

Kabarkan sesuatu entah kebencian atau kecintaan?

Berayun angan menari
dalam jagat semesta pertanyaan

Begitu samar
Begitu samar

Namamu yang terbubuh
dalam kabut yang melulur keheningan.



No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook