Saturday, April 5, 2014

IKUT MASUK LUBANG BUAYA



IKUT MASUK LUBANG BUAYA
                                  
M.Rakib Ciptakarya.Riau Indonesia. 2014.
 
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ: فَمَنْ
“Sungguh engkau sekalian akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelummu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga seandainya mereka masuk kedalam lubang biawak engkaupun akan mengikutinya. Kita (para Sahabat) bertanya; Wahai Rasulullah saw Di Balik Hedonisme Perayaan Tahun Baru Masehi, apakah mereka kaum Yahudi dan Nasroni? Beliau menjawab, siapa lagi kalau bukan mereka.”  (HR. Muslim no. 6952)
Perayaan tahun baru adalah bukti konkret dari pengekoran umat ini pada budaya kaum kufar Yahudi dan Nasrani. Sangat tidak pantas bagi kaum Muslimin mengikuti budaya mereka yang menyimpang dari fitroh. Kita harus selalu ingat bahwa kita umat terbaik yang di anugrahkan bagi alam ini. Ya, umat terbaik hingga akhir zaman. Tiada yang lain. Percayalah…
Hampir setiap tahun dunia ini di penuhi dengan hingar–bingar pera-yaan tahun baru masehi.  Semarak memang acara di malam tersebut di-penuhi dengan gemebyar pesta petasan dan kembang api . Begitu juga gegap gempita dunia yang dipenuhi dengan pesta pora diringi sorak sorai  suara terompet dan wanita ditengah malam hari. Namun  perayaan tahun baru adalah budaya jahiliyyah yang mendunia dizaman ini. Dialah ritual tahunan yang lahir dari masyarakat non Islami. Yaitu masyarakat jahiliyyah yang jauh dari hidayah dan menyimpang dari fitroh dan ajaran Islam yang murni.
Sejarah Munculnya Perayaaan Tahun Baru Masehi
Kalau kita runut  dari berbagai sumber, munculnya tradisi  perayaan tahun baru masehi muncul dari peradaban romawi yang notabenenya beraqidah paganisme (penyembah berhala) dan Zoroastirianisme (penyem-bah dewa). Pada mulanya bangsa romawi kuno memiliki sistem penang-galan tersediri sebelum diganti dengan penganggalan masehi. Peletak dasar penanggalan masehi adalah Julius Caesar pada tahun 45 SM. Oleh karena itu sistem penanggalan masehi disebut juga dengan penanggalan Julian yang didasarkan pada perhitungan peredaran matahari. Awal penanggalan masehi di mulai dari bulan Januari yang berasal dari nama dewa bermuka dua (dewa Janus) yang diyakini sebagai penjaga pintu gerbang Olympus. Kemudian setelah Kristen menjadi agama resmi di kekaisaran Romawi kuno (312 M) sistem penanggalannya pun mengekor pada penanggalan Julian, namun mereka jadikan tahun 1 Masehi sebagai tahun kelahiran tuhan mereka, Yesus Kristus. Begitu juga dengan bangsa Yahudi, setelah Yerusalem di kuasai romawi (63 SM) sistem penanggalan yahudi berganti dengan penanggalan masehi . Setelah berjalannya waktu munculah tradisi “Sylvester Night” dengan berpesta pora pada malam 31 Desember hingga 1 Januari. Tradisi ini akhirnya diperingati hingga zaman ini.
Perayaan Tahun Baru Adalah Bentuk Fenomena Keterpurukan Rohani/Fitroh Umat Manusia
Dibalik gegap gempita perayaan tahun baru ternyata tersimpan segudang keterpurukan rohani yang begitu dahsyat. Manusia seolah lupa dengan tujuan hidup yang sejatinya. Sungguh berbagai penyimpangan fitroh berkumpul menjadi satu di malam tahun baru. Bagaimana tidak menyimpang dari fitroh, ketika jutaan manusia melaksanakan berbagai kemungkaran dengan dalih pergantian tahun baru.  Semua  hal tersebut dilakukan dengan kolektif dan ditempat umum. Seolah penyimpangan fitroh tersebut bukanlah kejahatan publik lantaran mendapatkan legalitas dari masyarakat dunia yang di dominasi sistem jahiliyyah yang terorganisasi rapi.
Menarik  sekali apa yang dikatakan Sayyid Qutb dalam muqodimah kitab beliau ”Fi Dzilalil Qur’an[1]” ketika menyifati masyarakat yang tenggelam dalam kejahiliyyahan. “Dan aku telah hidup  di dalam naungan Qur’an. Aku melihat dari tempat yang sangat tinggi ke pada gelombang dahsyat kejahiliyyahan yang membahana dan berkecamuk di atas muka bumi ini. Begitu juga aku lihat  betapa kecil dan kerdilnya perhatian para penduduknya terhadapnya. Dalam naungan al-Qur’an aku melihat dengan keterheranan kepada para  pemuja-pemuja jahiliyah itu berbangga-bangga dengan ilmu pengetahuan yang ada pada mereka, yaitu ilmu pengetahuan yang sebenarnya  kekanak-kanakan, kefahaman dan pemikiran yang kanak-kanak, serta minat dan cita-cita yang kanak-kanak pula. Pandanganku tersebut  sama seperti pandangan seorang dewasa kepada mainan kanak-kanak. Sungguh aku terheran. Ya, terheran apa sebenarnya yang ada dalam benak mereka? Kenapa mereka tenggelam dalam lumpur kotor keterpurukan dan enggan mendengarkan dan menyambut seruan yang maha  tinggi, yaitu seruan Alloh swt Di Balik Hedonisme Perayaan Tahun Baru Masehiyang menjadikan luhur dan memberkati kehidupan dan umur mereka?”
Ungkapan tersebut mirip sekali kita saksikan hari ini. Sungguh keterpurukan rohani yang besar sekali kita lihat manusia di malam tahun baru. Mereka berhura-hura, berpesta pora dan bermaksiat   sambil tertawa ria  namun tidak mengetahui apa tujuannya. Mirip sekali perbuatan mereka seperti anak-anak  kecil yang  sedang bermain di dalam hidup ini.  Lebih terpuruk lagi jika tradisi jahiliyyah tersebut di rayakan oleh umat Islam bahkan di Negara yang mayoritas kaum Muslimin. Tentunya ini merupakan keterpurukan rohani yang menjadi biang keladi berbagai musibah (keterpurukan duniawi) di negeri ini.
Perayaan Tahun Baru Bentuk Penyimpangan Sirotulmustaqim
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya “Iqtidho’ Sirotulmustaqim Mukholafah Ashabul Jahim.” Beliau berkata;
إن الصراط المستقيم هو أمور باطنة في القلب؛ من اعتقادات، وإرادات وغير ذلك، وأمور ظاهرة؛ من أقوال، وأفعال، قد تكون عبادات، وقد تكون أيضاً عادات في الطعام، واللباس، والنكاح، والمسكن والاجتماع، والافتراق، والسفر، والركوب، وغير ذلك
“Sesungguhnya Sirotulmustaqim adalah perkara-perkara batin di dalam hati dari keyakinan-keyakinan dan berbagai keinginan dan lainnya. Begitu juga menyangkut perkara dzohir dari perkataan dan perbuatan. Terkadang bisa berupa peribadatan dan terkadang pula bisa berupa kebiasaan dalam tata cara makan, berpakaian, pernikahan, tempat tinggal dan budaya masyarakat, acara perpisahan, bepergian serta rekreasi dan lain-lain.”
Dilihat dari sejarahnya peringatan tahun baru masehi berasal dari kaum kuffar. Didalam Islam tidak ada perayaan kecuali perayaan dua hari raya yaitu idul fitri dan idul adha. Jadi tradisi perayaan tahun baru baik berupa pemberian ucapan, begadang tengah malam, konvoi, pesta kembang api dan petasan serta terompet sangat jauh dari sirotulmustaqim. Dialah jalan golongan “al-Magdhubi ‘Alaihim (orang-orang yang di benci)” yaitu golongan Yahudi dan jalan “‘Adh-dhollin (orang yang tersesat)” yaitu orang Nasrani[2]. Lebih dari itu perayaan tahun baru masehi adalah bentuk tasyabbuh dengan kaum kuffar yang hukumnya adalah haram. Dimana Rasulullah saw Di Balik Hedonisme Perayaan Tahun Baru Masehibersabda;
 من تشبه بقوم فهو منهم
“Barangsiapa meniru-niru suatu kaum maka dia termasuk golongannya.”(HR.Abu Dawud no.4031)
Perayaan Tahun Baru Masehi Tradisi Suram Penguburan Sejarah Islam
Ketika pasukan Islam telah meluluh lantakkan peradaban Persia dan Romawi, maka Kholifah Umar ranhu Di Balik Hedonisme Perayaan Tahun Baru Masehimembuat sistem penanggalan Islam dengan penanggalan hijriah berdasarkan perhitungan peredaran bulan.  Dan kalau kita renungkan hal ini selaras dengan firman Alloh swt Di Balik Hedonisme Perayaan Tahun Baru Masehi.
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji.”  (QS .al-Baqoroh [2]: 189)
Didalam ayat tersebut Alloh swt Di Balik Hedonisme Perayaan Tahun Baru Masehimengisyaratkan bahwa perhitungan penanggalan dalam Islam  dengan peredaran bulan. Kemudian Umar ranhu Di Balik Hedonisme Perayaan Tahun Baru Masehimenjadikan tonggak sejarah awal kebangkitan Islam yaitu peristiwa hijrahnya nabi saw Di Balik Hedonisme Perayaan Tahun Baru Masehisebagai tahun pertama dalam tahun hijriah. Subhanaloh, kalau kita cermati ini merupakan kejeniusan kholifah Umar ranhu Di Balik Hedonisme Perayaan Tahun Baru Masehiyang luar biasa. Namun demikian beliau sama sekali tidak memerintahkan kaum Muslimin untuk memperingati tahun baru hijriah.
Setelah umat ini meninggalkan kemurnian. Mereka mulai membebek pada tradisi orang kufar. Bahkan ketika hegemoni Yahudi dan Nasroni menguasai dunia tradisi itu membudaya di kalangan kaum Muslimin. Allohu musta’an…
Akhirnya sistem penanggalan hijriah mulai luntur dikalangan kaum Muslimin berganti dengan penanggalan masehi. Akibatnya terkubur pula jejak-jejak sejarah Islam. Padahal tidak mungkin syiar-syiar Islam yang murni akan bangkit kecuali dengan menghidupkan kembali penanggalan hijriah dalam kehudupan kaum Muslimin. Semoga kita bisa menghidupkan kembali sunnah mulia yang kini redup di telan peradaban tirani tersebut. Pada hakikatnya menghidupkan penaggalan masehi adalah menghidupkan syiar-syiar jahiliyyah dan mengubur sejarah emas kejayaan Islam.
Ingat..!!! Kita Adalah Umat Terbaik
Suatu hari Rasulullah saw Di Balik Hedonisme Perayaan Tahun Baru Masehipernah memberitakan pada para Sahabat;
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ: فَمَنْ
“Sungguh engkau sekalian akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelummu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga seandainya mereka masuk kedalam lubang biawak engkaupun akan mengikutinya. Kita (para Sahabat) bertanya; Wahai Rasulullah saw Di Balik Hedonisme Perayaan Tahun Baru Masehi, apakah mereka kaum Yahudi dan Nasroni? Beliau menjawab, siapa lagi kalau bukan mereka.”  (HR. Muslim no. 6952)
Apa yang di kabarkan beliau sungguh benar dan telah terjadi. Perayaan tahun baru adalah bukti konkret dari pengekoran umat ini pada budaya kaum kufar Yahudi dan Nasrani. Sangat tidak pantas bagi kaum Muslimin mengikuti budaya mereka yang menyimpang dari fitroh. Kita harus selalu ingat bahwa kita umat terbaik yang di anugrahkan bagi alam ini. Ya, umat terbaik hingga akhir zaman. Tiada yang lain. Percayalah…


BERSIKAP ZUHUDLAH DI TENGAH MASYARAKAT YANG  MENYEMBAH UANG
Rakib Jamari's photo.
Akan datang suatu masa nanti kepada umat manusia.  Masyarakatnya berkarakter kambing dan kiblat mereka adalah  wanita dan uang(Kiblatuhum nisa’uhum wa darohimuhum)
Wahai para penyembah wanita dan uang
Jadikanlah hidup anda seimbang
Akhirat perlu, dunia jangan dibuang
Hidup di dunia bukan, untuk bersenang-senang

Makan jangan, terlalu kenyang
Jalan yang haram, tidak diberi peluang
Dunia akhirat, akan tenang
Tipu daya, harus  ditentang.

Sikap zuhud terhadap uang  merupakan salah satu akhlak mulia yang diajarkan oleh Islam. Zuhud mengandung arti melepaskan diri dari keterikatan kepada dunia atau melepaskan diri dari diperbudak oleh dunia. Dengan demikian zuhud bukan berarti melepaskan diri terhadap kebutuhan dunia, karena hidup tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan. Tidak ada orang yang hidup tanpa membutuhkan sesuatu. Namun janganlah menganggap bahwa dunia adalah segala-galanya, sehingga lupa akhirat.


Kebalikan dari sifat zuhud adalah sifat matrealistis. Orang yang mempunyai sifat ini menganggap bahwa dunia dan harta adalah segala-galanya. Kalau kecintaannya terhadap dunia semakin menjadi-jadi dan tidak terkendali, maka dia dapat melupakan Allah SWT dan  melupakan kehidupan akhirat.


Orang yang zuhud disebut zahid. Sikap zuhud menjadi penting untuk dimiliki oleh setiap orang muslim karena syaitan selalu membisikkan agar semakin banyak yang didapat manusia, maka semakin banyak pula keinginannya terhadap yang lain. Syaitan menghendaki
agar manusia menjadi makhluk yang matrealistis, serakah atau tamak, sudah memiliki satu ingin dua, setelah punya dua ingin empat, setelah punya empat ingin delapan dan seterusnya.

Kebanyakan orang karena terdorong nafsu syaitan maka kehidupannya hanya disibukkan untuk mencari kepuasan dunia. Dari hari kehari, bulan ke bulan dan seterusnya dari tahun ke tahun, sehingga hampir tidak ada lagi waktu mengingat Allah SWT dalam dirinya. Bahkan terkadang banyak orang menjadi lupa terhadap dirinya sendiri karena mengejar dan mencari kebutuhan hidup dan mendewakan harta atau materi. Orang seperti ini sudah terjebak dengan pola kehidupan yang matrealistis. Hadis Rasulullah :

Artinya : “Diriwayatkan dari Anas r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah bersabda: Anak Adam menjadi semakin tua, tetapi ada dua perkara dari padanya yang akan menjadikannya semakin muda yaitu: Tamak (rakus) kepada harta dan tamak kepada umur.
( HR Bukhari dan Muslim )


Artinya : "Orang beriman makan dengan satut usus, sedang orang kafir makan dalam tujuh usus".
(H.R. Bukhari dan Muslim).
MENIPU SETAN
Rakib Jamari's photo. M.Rakib Ciptakarya.Riau Indonesia. 2014.
Pada tahun 1998, penulis(M.Rakib Ciptakarya) menjadi guru SMA Unggul Riau, yang kini bernama SMA Plus, yang terletak di Desa Kubang pinggiran Kota Pekanbaru Riau Indonesia. Umur penulis waktu itu 40 tahun. Teman-teman lain umurnya juga rata-rata 40 tahun. Kami sudah mulai merasakan penyakit PATIMAH(Payah Tidur Malam Hari)…Sambil berkelakar, penulis menyatakan, jika ingin mengatasi sulit tidur, cepat-cepatlah datang ke masjid pada hari jumat. Pura-pura bezikir dan pura-pura ingin membaca Al-Qur’an sebanyak-banyaknya. Maka Setan akan datang menghimpin pelupuk mata anda  dan menghilangkan daya fikiran di otak anda, pastilah anda akan dininabobokkan oleh Setan, sampai anda tertidur pulas. Dibangunkan orangpun anda seakan tidak rela. KHATIB berteriak pakai mikropon juga anda tidak perduli. Itulah tip pertama jika ingin menipu Setan.
Ada tip kedua menipu Setan..jika anda sulit tidur. Pertama anda harus bersandar ke dinding atau ke kursi. Ambillah buku agama yang pemahamannnya agak berat. Bacalah kira-kira satu setengah halaman. Baru masuk ke halaman ke dua, anda kemungkinan besar didatangi oleh Setan tertinggi yang secepat kilat masuk ke saraf otak dan bertengger di kelopak mata anda agar anda tertidur pulas. Setan tidak peduli bahwa anda sebenarnya hanya pura-pura, karena anda ingin tidur sebenarnya..
ABU NAWAS MENIPU TUHAN DENGAN MERAYUNYA
Abu Nawas adalah seseorang yang selalu memiliki cara untuk menjawab setiap pertanyaan dengan tepat. Bahkan, pertanyaan yang sama pun dapat dijawabnya dengan cara yang berbeda. Dan ada satu lagi yang diketauhi oleh sang guru bahwa Abunawas bisa menipu Tuhan.

Untuk cerita mengenai Satu Pertanyaan Dijawab dengan Jawaban Berbeda sudah dikisahkan juga dalam bog Kisah Abu Nawas ini. Selanjutnya adalah mengenai Kisah Cara Menipu Tuhan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLORTA3LGwrG11Svw1DIrRbTA9kKBY_hfEK6BSlZ79SssdsJTG5C97rDx7bQIm_hp_A8GKUtY6HSt-QjKUxlutOnRDz_DFMrxIa9s7SmHJSY2YQBM0I8sj9dB8KfLXik1biFYg-sIUGONg/s640/Kisah+Abu+Nawas.jpg
Kisahnya:

Setelah para murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda.

Murid Abu Nawas bertanya lagi.

"Wahai guru, mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan?" tanya muridnya.

"Mungkin." jawab Abu Nawas.

"Bagaimana caranya?" tanya si murid penasaran.

"Dengan merayuNya melalui pujian dan doa." jawab Abu Nawas.

"Ajarkan pujian dan doa itu padaku wahai guru." pinta muridnya.
Doa itu adalah:
Ilahi lastu lil firdausi ahla, walaa aqwa 'alan naril jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fainnaka ghafiruz dzanbil 'adhimi"

Arti doa tersebut adalah:

"Wahai Tuhanku, aku ini sama sekali tidak pantas menjadi penghuni surgaMu, tetapi aku juga tidak tahan terhadap panasnya api neraka. Oleh sebab itu terimalah taubatku serta ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar."

Demikian teknik Abu Nawas agar bisa menipu Tuhan.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook