Penyakit syahwat yang kotor sekali
Semua orang, menyesali.
Haruslah kuat, tali kendali,
Rasa malu dan iman sejati
Selingkuh itu adalah zina.
Dikutuk oleh, semua agama,
Poligami adalah, jalan keluarnya,
Badan sehat dan harus kaya.
Di kantor-kantor banyak pegawai pergi makan ke RM, sepasang-sepasang. Mereka atau Anda mungkin berkata, kami tidak
melakukan, kami tidak berbuat, kami hanya sekedar tertarik, saling
pandang, berbicara, curhat, kami sekedar berteman akrab, jalan bareng,
makan bareng, saling mengunjungi, saling bergurau dan bercerita,
saling…. Dan seterusnya. Kepada Anda saya katakan, jika Anda telah
bersuami atau beristri maka itulah selingkuh. Cobalah renungkan hadits
Nabi saw berikut ini.
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ
مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَمَحَالَةَ، فَالعَيْنَانِ زِنَاهُمَا
النَّظَرُ، وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الإِسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ
الكَلاَمُ، وَاليَدُ زِنَاهَا البَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الخُطَا،
وَالقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الفَرْجُ
وَيُكَذِّبُهُ .
“Dicatat atas Bani Adam bagiannya dari zina,
pasti dia mendapatkanya tidak mungkin tidak, maka dua mata zinanya
adalah memandang, dua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya
adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, dua kaki zinanya
adalah melangkah, dan hati menginginkan dan mendambakan, hal itu
dibenarkan oleh kemaluan atau didustakannya.” (HR. Muslim dari Abu
Hurairah).
Karena telah terbukti bahwa selingkuh yang sama dengan
zina merupakan kapak terbesar yang merobohkan dan meruntuhkan bangunan
rumah tangga, hal itu karena siapapun yang masih memiliki fitrah yang
lurus pasti menolak dan melepehnya bahkan pelaku zina itu sendiri. Imam
Ahmad meriwayatkan dari Abu Umamah berkata, Seorang anak muda datang
kepada Nabi saw, dia berkata, “Ya Rasulullah, izinkanlah aku berzina.”
Maka orang-orang berkumpul di sekelilingnya, mereka menghardiknya,
mereka berkata, “Diamlah kamu, diamlah kamu.” Nabi saw bersabda,
“Dekatkanlah dia ke mari.” Maka anak muda itu didekatkan, Nabi saw
bersabda, “Duduklah,” Anak muda tersebut duduk. Nabi bertanya, “Apakah
kamu menyukai zina untuk ibumu?” Dia menjawab, “Tidak demi Allah, aku
korbankan diriku untukmu.” Nabi bersabda, “Orang-orang juga tidak
menyukainya untuk ibu mereka.” Nabi bertanya, “Apakah kamu menyukai zina
untuk putrimu?” Dia menjawab, “Tidak demi Allah, aku korbankan diriku
untukmu.” Nabi bersabda, “Orang-orang juga tidak menyukainya untuk putri
mereka.” Nabi bertanya, “Apakah kamu menyukai zina untuk saudara
perempuanmu?” Dia menjawab, “Tidak demi Allah, aku korbankan diriku
untukmu.” Nabi bersabda, “Orang-orang juga tidak menyukainya untuk
saudara perempuan mereka.” Nabi bertanya, “Apakah kamu menyukai zina
untuk bibimu dari bapakmu?” Dia menjawab, “Tidak demi Allah, aku
korbankan diriku untukmu.” Nabi bersabda, “Orang-orang juga tidak
menyukainya untuk bibi dari bapak mereka.” Nabi bertanya, “Apakah kamu
menyukai zina untuk bibi dari ibumu?” Dia menjawab, “Tidak demi Allah,
aku korbankan diriku untukmu.” Nabi bersabda, “Orang-orang juga tidak
menyukainya untuk bibi dari ibu mereka.” Lalu Nabi saw meletakkan
tanganya di atasnya sambil bersabda, “Ya Allah, ampunilah dosanya,
bersihkanlah hatinya dan jagalah kehormatannya.” Dia berkata, “Setelah
itu anak muda tersebut tidak melirik kepada apa pun.
Hal yang
sama berlaku untuk suami istri karena jika tidak maka suami manapun yang
berfitrah lurus ketika ditanya, Apakah kamu rela istrimu berzina?
Jawabannya bisa dipastikan, hal yang sama pada istri, jika dia ditanya
dengan pertanyaan yang sama niscaya jawabannya pastilah sama. Lebih dari
itu fitrah yang lurus juga akan menolak ketika misalnya ia dijodohkan
dan disandingkan dengan pelaku dosa ini.
Firman Allah, “Laki-laki
yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina tidak dikawini
melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang
demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.” (An-Nur: 3).
Firman
Allah, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki
yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang
dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh
itu), bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).” (An-Nur: 26).
Karena
selingkuh alias zina merupakan penghancur rumah tangga dalam urutan
teratas maka maka Islam mengharamkannya demi menjaga kelangsungan dan
keberadaannya termasuk perantara-perantara dan wasilah-wasilahnya.
Firman
Allah, “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra`: 32).
Ibnu
Katsir berkata, “Allah berfirman melarang hamba-hambaNya dari zina dan
mendekatinya yakni melakukan sebab-sebabnya dan pemicu-pemicunya.”
Ibnu
Sa’di berkata, “Larangan mendekatinya lebih mendalam daripada larangan
melakukannya, karena hal itu mencakup larangan terhadap semua pengantar
dan penyebabnya.”
Ibnu Utsaimin berkata, “Ayat ini menunjukkkan
bahwa kita wajib meninggalkan segala sesuatu yang membawa kepada zina,
baik zina kelamin dan inilah yang paling besar atau selainnya.”
Islam
adalah yang terbaik tatanan dan aturannya termasuk dalam masalah
hubungan laki-laki dengan perempuan. Islam meletakkan kode etik yang
beradab dalam hal ini yang tidak dimiliki oleh aturan dan tatanan
manapun di dunia ini. Semua itu demi kebaikan dan kesucian masyarakat
termasuk rumah tangga.
Selingkuh alias berzina adalah penyakit
kotor dan kanker ganas yang merobohkan tatanan mulia masyarakat yaitu
pernikahan, berapa banyak rumah tangga berantakan, berapa banyak istri
yang menuntut talak, berapa banyak suami yang menceraikan, berapa kali
bapak hakim di pengadilan agama mengetok palu talak, berapa banyak
anak-anak terpisah dari pengasuhan bapak ibunya, berapa banyak hubungan
baik yang terjalin di antara keluarga suami dengan keluarga istri
terputus dan berbalik menjadi hubungan buruk, biang kerok dan kambing
hitam terbesar dalam semua itu adalah penyakit ini.
Islam sebagai
agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan dan keluhuran,
membenci dan memerangi kerendahan dan kebinatangan tingkah laku, telah
meletakkan langkah-langkah preventif yang jika dilaksanakan dengan baik
akan mengeliminir dan menyisihkan penyakit buruk ini.
Pertama:
Islam memerintahkan wanita-wanita muslimah berjilbab di hadapan
laki-laki yang bukan mahram sebagai tindakan antisipatif terhadap
kemungkinan jahat terhadap dirinya, dengan jilbabnya seorang wanita
muslimah dikenal sehingga laki-laki dengan jiwa kotor tidak lagi
berharap bisa meraih impiannya darinya.
Firman Allah, “Hai nabi,
katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 59).
Kedua: Di samping
Islam mengajak para wanita muslimah agar melindungi diri dengan pakaian
yang syar’i, Islam juga mendorong mereka agar melindungi diri dengan
berdiam diri di rumah, tidak meninggalkan pos tersebut kecuali untuk
kepentingan yang mendesak, sebab bagaimanapun rumah adalah tempat
terbaik bagi muslimah, di samping sebagai pelindung, rumah juga sebagai
ajang ibadah-ibadah besar lagi mulia bagi seorang muslimah.
Firman
Allah, “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias
dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.”
(Al-Ahzab: 33).
Ketiga: Islam melarang wanita berbicara dengan
suara yang dibuat-buat dan dilembut-lembutkan sebab hal itu bisa
memancing orang yang berhati busuk untuk berharap sesuatu darinya.
Firman
Allah, “Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita
yang lain, jika kamu bertakwa maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan
ucapkanlah perkataan yang baik.” (Al-Ahzab: 32).
Ibnu Katsir
berkata, “Ini adalah adab yang Allah perintahkan kepada istri-istri Nabi
saw dan wanita-wanita umat mengikuti mereka dalam hal ini… Artinya
bahwa dia berbicara dengan orang asing dengan ucapan yang tidak
mengandung kelemah-lembutan yakni seorang wanita tidak berbicara dengan
laki-laki asing seperti dia berbicara kepada suaminya.”
Keempat:
Islam mengajarkan kaum muslimin jika mereka mempunyai hajat kepada
istri-istri Nabi saw agar mereka menyampaikannya dari balik tabir, dan
perkara ini bukan kekhususan, akan tetapi para wanita muslimah dalam
perkara ini mengikuti para istri Nabi saw. Hal ini semata-mata untuk
menjaga kebersihan hati masing-masing.
Firman Allah, “Apabila
kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi),
maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci
bagi hatimu dan hati mereka.” (Al-Ahzab: 53).
Kelima: Islam
mengajak para wanita muslimah bersikap sopan dan tidak melakukan sesuatu
yang bisa menggoda laki-laki, salah satunya adalah dengan
memperlihatkan perhiasannya dihadapan orang yang mana dia dilarang
menampakkannya kepadanya.
Firman Allah, “Dan janganlah
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan, dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31).
Termasuk
dalam hal ini jika seorang wanita berdandan atau berparfum bukan untuk
suaminya akan tetapi demi orang lain, agar orang-orang melihatnya cantik
dan mencium bau harum parfumnya, perbuatan wanita seperti ini dilarang,
ia tergolong zina.
Dari Abu Musa dari Nabi saw bersabda, “Setiap
mata berzina, apabila seorang wanita memakai wewangian lalu dia
melewati suatu majlis, maka dia adalah begini begini.” Yakni pezina.
(HR. at-Tirmidzi dan dia berkata, “Hasan shahih.” Diriwayatkan pula oleh
Abu Dawud dan an-Nasa`i).
Keenam: Islam mengajarkan kaum
muslimin agar menjaga dan menundukkan pandangan, karena pandangan adalah
jendela hati, apa yang terbetik dalam hati biasanya bermula dari mata.
Apabila seseorang tidak menundukkan pandangannya maka ia akan melihat
apa yang semestinya tidak patut untuk dilihat dan itu akan berpengaruh
kepada hatinya bahkan bisa mengotorinya.
No comments:
Post a Comment