MAKAN DI SIANG HARI
RAMADHAN
Kisah Al-Hajjaj Makan Di Siang Hari Puasa
Sang pengawal pun memeriksa gunung-gunung di sekitarnya untuk menemukan orang. Akhirnya ia menemukan seorang yang tidur diantara dua kantung gandum. Maka pengawal itu menendangnya dengan kaki,”Menghadaplah kepada Amir”.
Laki-laki itupun mendatangi Al Hajjaj dan Al Hajjaj pun mengatakan,”Cuci tanganmu, makanlah siang denganku”. Laki-laki itu pun menjawab,”Telah menyeruku yang lebih mulia darimu, dan aku telah memenuhi panggil-Nya”. Al Hajjaj pun bertanya,”Siapa?” Laki-laki itu menjawab,”Allah Ta’ala telah menyeruku agar berpuasa, maka aku berpuasa”. Al Hajjaj kembali bertanya,”Di siang yang amat panas begini?”. Laki-laki itupun menjawab,”Ya, bahkan aku berpuasa di hari yang lebih panas dari hari ini”.
Al Hajjaj terus mendesak,”Jika demikian berbukalah, besok baru berpuasa lagi”. Laki-laki itu menjawab,”Apakah engkau bisa menjamin aku bakal hidup sampai besok?” Al Hajjaj pun menjawab,”Tidak bisa”. Laki-laki itu pun berkata,”Bagaimana engkau meminta agar aku menunda puasaku besok, sedangkan engkau sendiri tidak bisa menjamin kematianku bakal tertunda”. (Shifat Ash Shafwah, 4/378)
Al Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqofi adalah seorang Amir untuk Iraq
di masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari dinasti Bani Umayyah.
Al Hajjaj mempunyai kebiasaan, bila hendak makan ia harus ditemani.
Pada suatu hari ia pergi bersama rombongan untuk berburu di padang pasir. Ketika waktu makan siang tiba, ia mengutus para pengawalnya untuk mencarikan temannya untuk makan siang. Akan tetapi para pengawal itu tidak menemukan siapapun, selain seorang badui yang kebetulan sedang tidur di bawah naungan sebuah gunung.
Pengawal Hajjaj segera membangunkan badui itu dari tidurnya. Orang badui itu bertanya kepada mereka, "Mengapa kamu membangunkan aku. Semoga Allah merahmati kamu."
Para pengawal itu kemudian menjelaskan maksudnya, "Kami mengundang anda makan siang bersama Amir Iraq. Tahukah engkau siapa dia ?"
"Ya, " jawab orang badui itu. "Dia Al Hajjaj bin Yusuf."
Kemudian pengawal itu membawa si badui ke hadapan Al Hajjaj. Setiba di hadapannya, Al Hajjaj bertanya kepadanya, "Tahukah engkau, siapa dia?"
Orang badui itu menjawab dengan perlahan, "Ya, engkau adalah AL Hajjaj bin Yusuf, Amir Iraq."
Al Hajjaj kemudian berkata lagi, "Silakan duduk , temani aku makan siang!"
Orang badui itu cepat menjawab , "Maaf, aku telah menerima undangan makan dari yang lebih besar dari anda.
Al Hajjaj penasaran, maka dia bertanya, "Siapa yang lebih besar dari aku yang mengundangmu itu, hai badui?"
Orang badwi itu menjawab lagi menjelaskan, "Aku hari ini sedang puasa, dan diundang makan oleh Allah Ta’ala."
Al Hajjaj bertanya lagi dengan penuh heran, "Mengapa engkau berpuasa pada hari sepanas ini?"
Orang badui itu menjawab lagi, "Ya Hajjaj ! Aku melakukannya untuk menangkal hari yang lebih panas dari hari ini!"
Dengan setengah memaksa Al Hajjaj terus membujuk orang badui itu, "Ya akhil Arab , esok saja engkau berpuasa. Hari ini batalkanlah puasa anda dan makanlah bersamaku."
Tetapi orang badui itu menjawab dengan tegas, "Tidak, Hajjaj! Apakah engkau tahu pasti bahawa aku akan hidup hingga esok pagi!"
Karena Hajjaj terus menerus mendesaknya, maka orang badui itu akhirnya berkata tegas, "Ya Hajjaj, sebenarnya apa yang engkau inginkan dariku?"
Al Hajjaj menjawab dengan nada menyerah, "Tidak, aku tidak menginginkan apa-apa."
Maka orang badui itu berkata lagi untuk yang terakhir kalinya, "Kalau begitu, lepaskanlah aku bersama Allah!"
Maka Al Hajjaj pun melepaskan orang badui itu dan di membiarkannya pergi.
Pada suatu hari ia pergi bersama rombongan untuk berburu di padang pasir. Ketika waktu makan siang tiba, ia mengutus para pengawalnya untuk mencarikan temannya untuk makan siang. Akan tetapi para pengawal itu tidak menemukan siapapun, selain seorang badui yang kebetulan sedang tidur di bawah naungan sebuah gunung.
Pengawal Hajjaj segera membangunkan badui itu dari tidurnya. Orang badui itu bertanya kepada mereka, "Mengapa kamu membangunkan aku. Semoga Allah merahmati kamu."
Para pengawal itu kemudian menjelaskan maksudnya, "Kami mengundang anda makan siang bersama Amir Iraq. Tahukah engkau siapa dia ?"
"Ya, " jawab orang badui itu. "Dia Al Hajjaj bin Yusuf."
Kemudian pengawal itu membawa si badui ke hadapan Al Hajjaj. Setiba di hadapannya, Al Hajjaj bertanya kepadanya, "Tahukah engkau, siapa dia?"
Orang badui itu menjawab dengan perlahan, "Ya, engkau adalah AL Hajjaj bin Yusuf, Amir Iraq."
Al Hajjaj kemudian berkata lagi, "Silakan duduk , temani aku makan siang!"
Orang badui itu cepat menjawab , "Maaf, aku telah menerima undangan makan dari yang lebih besar dari anda.
Al Hajjaj penasaran, maka dia bertanya, "Siapa yang lebih besar dari aku yang mengundangmu itu, hai badui?"
Orang badwi itu menjawab lagi menjelaskan, "Aku hari ini sedang puasa, dan diundang makan oleh Allah Ta’ala."
Al Hajjaj bertanya lagi dengan penuh heran, "Mengapa engkau berpuasa pada hari sepanas ini?"
Orang badui itu menjawab lagi, "Ya Hajjaj ! Aku melakukannya untuk menangkal hari yang lebih panas dari hari ini!"
Dengan setengah memaksa Al Hajjaj terus membujuk orang badui itu, "Ya akhil Arab , esok saja engkau berpuasa. Hari ini batalkanlah puasa anda dan makanlah bersamaku."
Tetapi orang badui itu menjawab dengan tegas, "Tidak, Hajjaj! Apakah engkau tahu pasti bahawa aku akan hidup hingga esok pagi!"
Karena Hajjaj terus menerus mendesaknya, maka orang badui itu akhirnya berkata tegas, "Ya Hajjaj, sebenarnya apa yang engkau inginkan dariku?"
Al Hajjaj menjawab dengan nada menyerah, "Tidak, aku tidak menginginkan apa-apa."
Maka orang badui itu berkata lagi untuk yang terakhir kalinya, "Kalau begitu, lepaskanlah aku bersama Allah!"
Maka Al Hajjaj pun melepaskan orang badui itu dan di membiarkannya pergi.
©MUNAWIR SADZALI RAZAK, awal 2003, taken from
eramoslem.com
http://www.munawir.cjb.net
http://www.munawir.cjb.net
No comments:
Post a Comment