Khutbah PilihanIdul Fitri Senin, 28 Agustus 2014
"CIRI-CIRI ORANG YANG MENGENAL ALLAH"
Ciri-ciri orang yang mengenal Allah
الله أكبر كبيرا
والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا . لااله إلا الله وحده . صدق وعده. ونصر عبده. وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده . لااله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون .
الحمد لله , الحمد لله رب العلمين , والصلاة والسلام على المبعوث رحمة للعالمين , وعلى آله وصحبه حملة لواء الدين , وانجم الهداية للمقتدين والواصلين
اشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له الملك الحق المبين . واشهد أن محمد عبده ورسوله النور المبين والسراج المنيرخاتم النبيين.
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله واصحبه وأزواجه وذرياته ومن تبعهم إلى يوم الدين .
أما بعد : فيا إخوان الكرام , اتقوا الله تعالى فقد فاز المتقون.
قال الله تعالى في القران الكريم : وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Allahu Akbar 3 x Allahu Akbar walillahil hamd
Jamaah Shalat Id Rohimakumullah
Jamaah Shalat Id Rohimakumullah
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Ciri-ciri orang yang mengenal Allah
Betapa banyaknya orang yang
mengucapkan kalimat Allahu akbar, tapi dia tidak kenal dengan Allah.
Ciri-ciri
orang yang mengenal Allah ialah:
1.
Mengetahui pantanglarang Allah, dan benar-benar meninggalkan
segala larangan-Nya.
2.
Mengenal segala sifat-sifat-Nya.
3.
Apabila disebut nama Allah,
ada getaran di hatinya. Jika di hatinya
tidak ada getaran lagi, itulah
tandanya dia tidak lagi bertuhan, atau tidak ada cita rasa ketuhanan di
hatinya, atau dia telah membohongi naluri kamanusiaannya.
Ya Allah aku
ingin merasakan getaran cinta kepada-Mu seperti dulu. Seperti ketika aku
mengenal-Mu di balik surat Al-Fatihah-Mu yang Kau wajibkan untuk dibaca 17 kali
sehari. Aku ingin mengenal-Mu, lebih dekat dan dekat...
Matin: Amiin.
Salik: Ya Allah, ajarkan aku tentang cinta seperti yang Kau ajarkan kepada kami dengan sifat-Mu, Rahman dan Rahim-Mu...Kasih dan Cinta-Mu...
Matin: Amiin...
Salik: Aku merasakan kerinduan kepada-Mu. Persis seperti ketika aku patah hati dengan pacar pertamaku. Bahkan lebih dahsyat lagi. Lebih dari itu. Sukar kujelaskan. Aku merasa sakit hati ketika cemburu. Rindu ketika tak bertemu. Dan, benci bercampur rindu. Susah kulupakan. Tapi, aku cinta dan sangat mencintai. Apakah kerinduanku kepada-Mu bertepuk sebelah tangan? Beri aku tanda bahwa Engkau dekat denganku. Aku ingin merasakannya.
Matin: Amiin.
Salik: Ya Allah, ampuni segala dosa-dosaku. Aku merasa hina di hadapan-Mu. Aku sering melalaikan perintah-Mu. Aku sering menganggap-Mu remeh. Aku sering menomer-duakan-Mu. Aku sering tak menyadari kehadiran-Mu dalam diriku sendiri. Maka, ajarkanlah aku untuk merasakannya. Ajari ruhku ini untuk mengenal-Mu lebih dekat.
Matin: Amiin.
Matin: Amiin.
Salik: Ya Allah, ajarkan aku tentang cinta seperti yang Kau ajarkan kepada kami dengan sifat-Mu, Rahman dan Rahim-Mu...Kasih dan Cinta-Mu...
Matin: Amiin...
Salik: Aku merasakan kerinduan kepada-Mu. Persis seperti ketika aku patah hati dengan pacar pertamaku. Bahkan lebih dahsyat lagi. Lebih dari itu. Sukar kujelaskan. Aku merasa sakit hati ketika cemburu. Rindu ketika tak bertemu. Dan, benci bercampur rindu. Susah kulupakan. Tapi, aku cinta dan sangat mencintai. Apakah kerinduanku kepada-Mu bertepuk sebelah tangan? Beri aku tanda bahwa Engkau dekat denganku. Aku ingin merasakannya.
Matin: Amiin.
Salik: Ya Allah, ampuni segala dosa-dosaku. Aku merasa hina di hadapan-Mu. Aku sering melalaikan perintah-Mu. Aku sering menganggap-Mu remeh. Aku sering menomer-duakan-Mu. Aku sering tak menyadari kehadiran-Mu dalam diriku sendiri. Maka, ajarkanlah aku untuk merasakannya. Ajari ruhku ini untuk mengenal-Mu lebih dekat.
Matin: Amiin.
Salik: Ya Allah...Aku ingin merasakan getaran jiwa seperti yang pernah dirasakan para nabi-Mu, para wali-Mu, dan orang-orang shaleh yang Kaucintai. Aku ingin mengenal-Mu sebelum matiku. Aku ingin menjadi kekasih-Mu sebelum Kau undang aku ke negeri akhirat-Mu. Aku ingin merasakan getarannya. Aku ingin.
Matin: Amiin. Doamu bagus sekali. Apakah sering mengucapkan munajat dan doa semacam ini?
Salik: Ya sering. Terutama dalam penghayatan shalat dan dzikir setelah shalat. Atau pada saat merenung di malam hari...Aku juga ingin jadi kekasih Allah. Aku juga mau jadi waliyullah. Boleh kan?
Matin: Boleh...Lagi pula, siapa yang melarang?!
Salik: Apa aku salah mengucapkan hal-hal yang kurasakan seperti itu?
Matin: Tidak ada salahnya. Karena setiap diri pasti memiliki potensi untuk menjalin komunikasi dengan Tuhannya. Masing-masing pasti memiliki gaya dan caranya masing-masing untuk mendekat dan merasakan getaran jiwa kepada Tuhannya.
Salik: Apakah dengan cara semacam itu bisa?
Matin: Bisa. Bukankah Dia yang menggerakkan jiwamu hingga mengucapkan doa semacam itu? Bukankah Dia pula yang menyadarkanmu untuk merasakan kerinduan, merasakan berdosa dan meminta ampunan kepada-Nya? Bukankah Dia pula yang membuat-Mu ingat dan segera memanggil-manggil-Nya dalam kesendirian-Mu?
Salik: Apakah itu juga yang disebut al-wajdu (getaran jiwa) seperti yang diajarkan Syekh Abdul Qadir Jailani dalam Sirrul-Asrar?
Matin: Ya. Benar. Getaran jiwa semacam itu harus diasah. Ada orang yang hanya mendengar suara kicau burung yang merdu lalu menangis tersedu-sedu, beristigfar dan bertasbih mengagungkan-Nya. Ada pula orang yang getar jiwanya membuncah saat selamat dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya. Bahkan, ada yang merasakan getar jiiwa yang begitu hebat, sejurus setelah dia mencuri dan hampir ketahuan oleh pemiliknya?
Salik: Mencuri? Hampir ketahuan?
Matin: Ya. Bisa jadi, saat dia mencuri lupa dengan Allah. Tak menyadari bahwa dirinya diperhatikan, dilihat dan disaksikan Allah dan malaikat-Nya. Namun, kesadarannya muncul justru saat aksi pencuriannya hampir diketahui, dia merasakan dag-dig-dug, takut, gelisah, bingung, lalu saat itu dia menyadari kesalahan dan mengingat Allah. Dan, meminta pertolongan Allah agar aksinya tidak ketahuan, agar diterima tobatnya, agar selamat dari kejaran orang, agar tidak dikroyok dan sebagainya.
Salik: Ohhhhh.
Matin: Doamu tadi adalah refleksi jiwamu. Jiwa yang sedang merasakan getaran untuk mengenali Tuhannya. Nikmati saja getarannya. Asah terus dengan dzikir-dzikirmu kepada Allah setiap hari. Lakukan dengan istiqamah. Insya Allah, kamu akan merasakan dan merasakan lebih dari itu.
Pada pagi 1 Syawwal ini umat Islam yang mengenal Tuhannya, akan mengagungkan Allah dengan bertakbir “Allahu
Akbar,” mengesakan Allah dengan kalimat tauhid “Laa Ilaaha Illallah,”
dan memujiNya dengan bertahmid “Walillahilhamdu.” Demikianlah kalimat-kalimat suci dan mulia itu
terdengar di segala tempat dan dari segala penjuru. Kalimat yang keluar melalui
lisan muslimin dan muslimat, diiringi oleh senyum kebahagiaan, dan bersama
dengan wajah-wajah ceria penuh kegembiraan. Bagi orang-orang yang telah
berpuasa Ramadhan, hari ini adalah hari sukacita, ditambah lagi kegembiraan saat perjumpaan
dengan Allah di akhirat nanti. Rasulullah telah menjamin dalam sabdanya:
لِلصَّائِمِ
فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا: إذَا أفْطَرَ فَرِحَ وإذا لَقِيَ ربه فَرِحَ بصَوْمِهِ
“Orang yang puasa
mempunyai dua kegembiraan, jika berbuka mereka gembira, dan jika
bertemu Rabbnya mereka gembira karena puasa yang dilakukannya" (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Hari Raya ini
memang layak untuk disambut dengan gembira dan penuh sukacita. Namun demikian
hendaklah rasa gembira itu tidak membuat kita lalai dan hanya tergiur dengan
kemegahan serta kemewahan duniawi. Hari raya ini bukanlah tempat untuk berlomba
status dan adu gengsi, bukan ajang lomba busana, bukan saat untuk bersaing
mencari sanjung dan puji manusia. Allah Subhanahu Wata’ala
berfirman:
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ
وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيم
“Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan
dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 28 tersebut,
dengan sangat tegas mengingatkan bahwa apa yang kita miliki di dunia ini adalah ujian. Sesungguhnya
pakaian bagus yang kita kenakan, kendaraan yang kita naiki, dan rumah yang kita
tinggali, adalah kekayaan yang diamanatkan oleh Allah kepada kita. Semua itu adalah titipan dan amanah yang diberikan
oleh Allah sebagai ujian, agar dengan ujian tampak jelas siapakah di antara kita yang terbaik
amalnya, agar jelas pula siapa di antara kita yang bersyukur dan siapa yang mengingkarinya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Sebagian orang hanya merasa bahwa dirinya sedang diuji
ketika ditimpa musibah dan kefakiran. Padahal Allah dan Rasul-Nya Shallallahu
‘Alaihi Wasallam telah menjelaskan bahwa kesenangan dan berlimpahnya harta
benda, adalah juga ujian dari-Nya. Allah berfirman dalam surat Al-Anbiya’ ayat
35:
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ
وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.”
Berkenaan dengan itu ayat tersebut, Ibnu ‘Abbas berkata
bahwa Allah akan menguji manusia dengan kesengsaraan dan kebahagiaan, dengan
sakit dan sehat, dengan kekayaan dan kefakiran, dengan halal dan haram, dengan
petunjuk dan kesesatan. Dengan demikian, tidaklah tepat jika perasaan sedang
diuji itu muncul hanya saat datangnya musibah dan kefakiran, karena sebenarnya
semua orang dalam setiap keadaan adalah sedang menjalani ujian dari-Nya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً
وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ
“Sesungguhnya setiap umat
mendapatkan fitnah dan fitnah umat ini adalah harta.”(HR. At-Tirmidzy)
Al-Bukhari
dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata:
مَا الْفَقْرُ أَخْشَى عَلَيْكُمْ
“Bukanlah kefakiran yang aku
takutkan menimpa kalian,
وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ
الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ،
Akan tetapi aku khawatir akan dibuka
lebar (pintu) dunia kepada kalian, seperti telah dibuka lebar kepada
orang-orang sebelum kalian…
Demikianlah
apa yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau
mengingatkan bahwa diguyurkannya harta benda, dilimpahkannya kekayaan, dan
dibukanya pintu-pintu kekayaan duniawi, adalah ujian berat. Gelimang harta yang
menggiurkan, kemilau emas yang menggoda, megahnya istana yang merayu, adalah
kekayaan sementara yang dapat menggelincirkan. Dan akibat dari dibukanya
pintu-pintu kekayaan duniawi itu, Rasulullah bersabda:
فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا
Lalu kalian akan saling bersaing
untuk mendapatkannya sebagaimana orang-orang sebelum kalian telah bersaing
untuknya.
Terbukanya
pintu-pintu kekayaan duniawi akan memunculkan persaingan untuk mendapatkannya.
Semua orang hanya akan berlomba-lomba meraih kekayaan, memeras keringat dan
membating tulang hanya untuk tujuan mendapatkan harta benda, dan segala do’apun
hanya berisikan permohonan agar diberikan kekayaan. Kehormatan dan status
sosial hanya diukur dengan harta benda. Akhirat sebagai tempat tinggal
abadi di hari nanti tidak lagi mendapat perhatian. Dan halal haram juga tidak
lagi dipedulikan. Karena itulah dalam akhir sabdanya, Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam mengingatkan bahwa jika hal itu terjadi, maka:
فَتُهلِكُكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُم
Kemudian
(kemewahan) dunia itu akan membinasakan kalian seperti telah membinasakan
mereka.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Kekayaan duniawi yang dimiliki oleh setiap orang adalah ujian, yang akan
menempatkannya sebagai penghuni surga, atau harta itu akan menjadi jalan menuju
neraka. Oleh karenanya, wajib bagi
setiap muslim yang telah diberi kelebihan harta benda oleh Allah, untuk
menjadikan kekayaanya itu sebagai jalan menuju ridha-Nya, dengan zakat, infaq,
dan shadaqah.
Sesungguhnya
Allah telah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang menafkahkan harta
mereka fi sabilillah:
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ
فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“dan apa saja
yang kau infaqkan maka Allah
akan menggantinya dan Dialah pemberi rizqi yang sebaik-baiknya.” (Saba: 39)
Sedangkan
bagi orang-orang yang kikir dan tidak menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka
Allah memberikan ancaman:
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ
وَالْفِضَّةَ وَلا يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ
أَلِيمٍ * يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا
جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لأَنفُسِكُمْ
فَذُوقُوا مَا كُنتُمْ تَكْنِزُونَ
“Dan orang-orang yang menyimpan emas
dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka
akan mendapat) siksa yang pedih, Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka,
lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang
kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu
simpan itu." (At-taubah: 34-35)
(اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ)
(رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ
تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا
رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ
لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ
الْكَافِرِيْنَ) (رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ) والحمد لله رب العالمين
No comments:
Post a Comment