GAZA BERLUMUR DARAH
Banan Jum'at, 12 Jumadil Awwal 1435 H / 14 Maret
2014 11:05
Image 1 of 6 -
Penulis membaca apa yang ditulis oleh : Abdillah Onim
Wartawan dan Aktifis Indonesia untuk Palestina
PIN : 25C63245
Whatsapp : +972 598058513
MARI KITA SAMA-SAMA MENGUCAPKAN TAKBIR
Tentunya, dengan mengumandangkan takbir dan tahmid, umat Islam melepaskan bulan Ramadan dan dengan takbir dan tahmid pula menyambut 1 Syawal 1430 H. Mudah-mudahan pelepasan bulan Ramadan dan penyambutan bulan Syawal terpenuhi makna dan arti kedua peristiwa yang terjadi dalam suasana bergembira.
Idul fitri adalah hari kemenangan besar yang mengembalikan manusia pada fitrahnya (kesuciannya) dimana jiwa kembali bersih karena dibasuh dengan ibadah, fitrah dan saling memaafkan serta rezeki yang kita miliki telah dicuci pula dengan zakat.
Kembali kepada kesucian artinya dengan merayakan Idul Fitri ini kita mendeklarasikan kesucian kita dari berbagai dosa sebagai buah dari ibadah sepanjang bulan Ramadan. Pada Idul Fitri inilah, manusia yang taat pada takdir Allah SWT meyakini tibanya kembali fitrah diri yang kerap diimajinasikan dengan ungkapan kala itu seperti terlahir kembali. Dan, bila kita bersedia menerima fitrah yang ada di hari besar ini serta menerjemahkan dengan pikiran dan bahasa sederhana, Idul Fitri merupakan momentum bagi manusia untuk langkah awal menuju kehidupan lebih baik.
Kembali kepada fitrah berarti kembali kepada jati diri sebagai hamba Allah SWT yang muslim, hamba Allah SWT yang memakmurkan kehidupan, hamba Allah SWT yang tidak egois dan tidak arogan. Jadi, jika seorang muslim selama sebulan berpuasa, shalat tarawih, baca Al-Quran, shalat di masjid. Namun, setelah selesai bulan puasa kita tidak shalat, memusuhi masjid, memusuhi Al-Quran. Ya.... dia justru melenceng dari fitrahnya, puasanya tidak berarti bagi dirinya. Sebaliknya jika selama bulan Ramadhan kita sudah saleh secara pribadi, saleh secara sosial, memakmurkan masjid, bersilaturahim dengan banyak orang, maka dia berada dalam kondisi yang sesuai dengan fitrah. Jika dia ber-Idul Fitri, maka dia akan kembali kepada fitrahnya dengan menguatkan komitmen-komitmen itu sehingga setelah bulan Ramadhan pun akan semakin cinta dengan masjid, cinta dengan Al-Quran, akan tetap bersilaturahim. Hal inilah yang akan menjadikan Islam sebagai sumber keselamatan bagi kehidupan.
Di hari Idul Fitri, jiwa kita akan merasa tenang dan tenteram karena dosa-dosa kita kepada Allah SWT telah diampuni, berkat puasa Ramadhan yang telah kita lakukan kareana dorongan iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadlan karena iman dan mengharapkan pahala, niscaya diampunkan baginya apa yang telah lalu dari dosanya”.
Sesudah shalat Idul Fitri nanti kita akan meminta maaf kepada keluarga, kaum kerabat dan famili, teman, tetangga dan kenalan kita dari kejahatan, kesalahan serta perbuatan dzalim yang pernah kita lakukan terhadap mereka, agar jiwa kita benar-benar terbebas dari dosa kepada Allah SWT dan kesalahan kepada sesama manusia. Dan dengan demikian kita akan dapat merasakan kebahagiaan yang sejati. Dalam surat Al-Imran ayat 112 Allah, SWT telah berfirman: “Mereka itu akan ditimpa kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka itu menyambung tali hubungan baik dengan Allah SWT dan tali hubungan baik dengan sesama manusia”.
Dengan menyambung tali hubungan baik dengan sesama manusia yang ditandai dengan masing-masing pribadi berani mengakui kesalahan dirinya dan berani meminta maaf kepada orang yang lebih muda usianya dan lebih rendah pangkat dan derajatnya, kehidupan masyarakat nampak rukun dan damai. Persatuan dan kesatuan masyarakat yang tulus dapat kita saksikan dengan jelas. Sedang persatuan dan kesatuan yang tulus dan murni dari sesuatu bangsa itu adalah merupakan salah satu kunci dari keberhasilan dalam mencapai pembangunan lahir dan batin.
Berpenampilan Indah
Rasulullah SAW itu saat Idul Fitri memakai pakaiannya yang paling baik (bukan berarti baju baru, lho) dan membaguskan penampilannya. Berkata Ibnul Qayyim dalam "Zadul Ma'ad": "Nabi memakai pakaiannya yang paling bagus untuk keluar (melaksanakan shalat) pada hari Idul Fitri dan Idul Adha. Beliau memiliki perhiasan yang biasa dipakai pada dua hari raya itu dan pada hari Jum'at. Sekali waktu beliau memakai dua burdah (kain bergaris yang diselimutkan pada badan) yang berwarna merah, namun bukan merah murni sebagaimana yang disangka sebagian manusia, karena jika demikian bukan lagi namanya burdah. Tapi yang beliau kenakan adalah kain yang ada garis-garis merah seperti kain bergaris dari Yaman." Sedangkan salah seorang sahabat Nabi, Ibnu Umar juga biasa memakai pakaiannya yang paling bagus pada dua hari mulia tersebut.
Mandi sebelum shalat 'Id
Dari Nafi' ia berkata : "Abdullah bin Umar biasa mandi pada hari Idul Fitri sebelum pergi ke tanah lapang." Sedang Imam Said ibnul Musayyib berkata : "Sunnah Idul Fitri itu ada tiga, berjalan kaki menuju tanah lapang, makan sebelum keluar ke tanah lapang dan mandi."
Makan sebelum berangkat sholat
Makan sebelum berangkat sholat bukan berarti di sana nanti nggak menyediakan konsumsi, tapi karena emang disunnahkan kok oleh Rasulullah SAW. Dari Anas r. a. ia berkata : "Rasulullah SAW tidak pergi ke tanah lapang pada hari Idul Fitri hingga beliau makan beberapa butir kurma."
Setelah sholat biasanya kita saling bersalaman dan mengucapkan selamat untuk teman yang lain. Senang dan lega banget rasanya saat kita menyalami mereka, selain itu mempererat ukhuwah juga menghapus dosa atau kesalahan yang telah kita lakukan pada teman kita itu.
Tahukah kamu apa ucapan yang baik serta dianjurkan sebagai ucapan selamat? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ditanya tentang ucapan selamat pada hari raya maka beliau menjawab: "Ucapan selamat pada hari raya, dimana sebagian orang mengatakan kepada yang lain jika bertemu setelah sholat Id: Taqobbalallahu minna wa minkum (Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian)." Itu juga yang dilakukan para sahabat Rasulullah SAW bila bertemu pada hari raya.
Allah SWT menciptakan segala sesuatu pasti ada kelebihan atau hikmah yang bisa diambil oleh hamba-Nya, begitu juga dengan Idul Fitri. Banyak sekali hikmah yang dapat kita peroleh baik yang kita sadari karena terlihat manfaatnya langsung pada diri kita maupun yang nggak kita sadari karena mungkin memang kita terlalu lemah untuk melihat hikmah dari berbagai peristiwa.
Hikmah pertama adalah penyadaran hakikat diri sebagai hamba Allah. "Dan tak Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzaariyat ayat 56). Itulah sesungguhnya makna sebenarnya atas tugas kita di dunia ini. Dengan memahami hal tersebut, diharapkan kita tidak lepas dari pengawasan Allah SWT. Jalan untuk meretas batin kita agar selalu merasa terikat dengan Allah SWT adalah dengan bertakwa kepada-Nya. Idul Fitri juga merupakan salah satu sarana takwa yang bisa membawa kita kepada hakikat penghambaan. Idul Fitri seperti ‘alarm’ dalam rangka untuk mengingatkan jati diri kita. Selain itu Idul Fitri mengembalikan kesadaran pemahaman kita kepada berbagai cobaan yang terasa berat saat bulan Ramadhan yang lalu.
Hikmah kedua adalah menjadikan Idul Fitri sarana untuk mengeratkan kembali hubungan kita dengan Allah SWT dan manusia. Selama setahun mungkin kita telah melakukan begitu banyak kesalahan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Nah, salah satu hikmah Idul Fitri ialah menghadirkan moment saling memaafkan kesalahan yang telah kita perbuat terutama kepada kedua orang tua kita selama ini yang telah membesarkan kita, kemudian kepada keluarga terdekat kita yang mungkin saja sering kita acuhkan dan juga kepada teman-teman yang bergaul dengan kita baik di lingkungan rumah, sekolah atau di tempat yang sangat jauh.
Terakhir, sebagai seorang hamba, hikmah Idul Fitri lainnya ialah membawa kita untuk semakin dekat kepada Allah SWT. Ingatkah kamu saat seorang hamba berbuat dosa maka ada empat bukti kecintaan Allah SWT pada kita. Pertama, rezeki kita tetap mengalir meski dosa kita bertumpuk. Kedua, nikmat sehat yang tetap dianugerahkan-Nya. Ketiga, Allah SWT tidak segera menyiksa hamba-Nya saat itu juga dan keempat, Allah SWT tidak membeberkan aib atau dosa kita.
Wartawan dan Aktifis Indonesia untuk Palestina
PIN : 25C63245
Whatsapp : +972 598058513
MATOA BERBUNGA, DI BULAN PUASA
BUAHNYA MASAK, DI BULAN HAJI
PANTUN DAN SYAIR HARI
RAYA
BY M.RAKIB CIPTAKARYA
PEKANBARU INDONESIA
MATOA BERBUNGA, DI BULAN PUASA
BUAHNYA MASAK, DI BULAN HAJI
WAKTU BERUBAH, TIDAK TERASA
GENERASI KINI, TELAH BERGANTI
PESAWAT LION, PUNYA CINA SINGAPUR
PESAWAT SRIWIJAYA,
APALAGI
DUNIA BISNI, TERUS MENGGEMPUR
TERPINGGIRKAN SUDAH, BUDI PEKERTI
Satu syawal telah hadir
Disambut syahdu kumandang takbir
Airmata bahagiapun mengalir
Hiasi senyum tak hanya dibibir
Tetapi dari hatiku untukmu terlahir
Selamat Menyambut Malam Hari Raya
Idul Fitri H Maaf Lahir Dan Batin
___________________________
Sebulan bulan suci
Telah kita lewati
Dan sampai kini
Di satu syawal yang fitri
Kemenangan selagai arti
Selamat Lebaran Idul Fitri 1435 H
Minal Aidin Wal-Faidzin
Mohon Maaf Lahir Dan Batin
___________________________
Walau hanya lewat puisi
Tak seindah ayat suci
Tetapi kucipta sendiri
Dari suara hati
Untukmu yang jauh dari mata ini
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Minal Aidin Wal-Faidzin
Mohom Maaf Lahir Dan Batin
________________________
Secerah cahaya mentari
Sesejuk tetesan embun pagi
Untukmu tulus kuucap suci
Berharap engkau mau membuka hati
Memaafkan dosa dan salahku selama ini
Salam Idul Fitri
Minal Aidin Wal-Faidzin
Mohon maaf Lahir Dan Batin
_______________________
Seindah bintang rembulan
Sesegar langit baru turunkan hujan
Aku ikhlas membuka senyuman
Untukmu sekeluarga aku ucapkan
Selamat Lebaran Idul Fitri
Mohon Maaf Lahir Dan Batin
Disambut syahdu kumandang takbir
Airmata bahagiapun mengalir
Hiasi senyum tak hanya dibibir
Tetapi dari hatiku untukmu terlahir
Selamat Menyambut Malam Hari Raya
Idul Fitri H Maaf Lahir Dan Batin
___________________________
Sebulan bulan suci
Telah kita lewati
Dan sampai kini
Di satu syawal yang fitri
Kemenangan selagai arti
Selamat Lebaran Idul Fitri 1435 H
Minal Aidin Wal-Faidzin
Mohon Maaf Lahir Dan Batin
___________________________
Walau hanya lewat puisi
Tak seindah ayat suci
Tetapi kucipta sendiri
Dari suara hati
Untukmu yang jauh dari mata ini
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Minal Aidin Wal-Faidzin
Mohom Maaf Lahir Dan Batin
________________________
Secerah cahaya mentari
Sesejuk tetesan embun pagi
Untukmu tulus kuucap suci
Berharap engkau mau membuka hati
Memaafkan dosa dan salahku selama ini
Salam Idul Fitri
Minal Aidin Wal-Faidzin
Mohon maaf Lahir Dan Batin
_______________________
Seindah bintang rembulan
Sesegar langit baru turunkan hujan
Aku ikhlas membuka senyuman
Untukmu sekeluarga aku ucapkan
Selamat Lebaran Idul Fitri
Mohon Maaf Lahir Dan Batin
Hikmah Idul
Fitri
Dr.Drs.M.Rakib,
S.H.,M.Ag
Selamat
Idul Fitry
MARI KITA SAMA-SAMA MENGUCAPKAN TAKBIR
Allahu Akbar….. Allahu Akbar….. Allahu Akbar
Laa Ilaa ha illallahu Allahu Akbar
Allahu Akbar Walilla Ilham
Laa Ilaa ha illallahu Allahu Akbar
Allahu Akbar Walilla Ilham
Tentunya, dengan mengumandangkan takbir dan tahmid, umat Islam melepaskan bulan Ramadan dan dengan takbir dan tahmid pula menyambut 1 Syawal 1430 H. Mudah-mudahan pelepasan bulan Ramadan dan penyambutan bulan Syawal terpenuhi makna dan arti kedua peristiwa yang terjadi dalam suasana bergembira.
Selama bulan Ramadhan, jiwa, ruh,
dan hati umat Islam benar-benar telah terasah dengan amal-amal kebajikan,
sehingga hati mereka yang merupakan wadah ketakwaan semakin terbuka lebar dan
luas guna lebih mengembangkan dan meningkatkan kualitas takwa yang sudah
diperoleh selama beribadah di bulan Ramadan, "Mereka itulah orang-orang
yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa" (QS. Al-Hujurat
ayat 3). Tujuan dari puasa adalah untuk menjadikan orang-orang yang
melakukannya menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Sebagaimana
Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 183: “Wahai orang-orang yang
beriman, telah diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu sekalian dapat bertaqwa”.
Idul fitri adalah hari kemenangan besar yang mengembalikan manusia pada fitrahnya (kesuciannya) dimana jiwa kembali bersih karena dibasuh dengan ibadah, fitrah dan saling memaafkan serta rezeki yang kita miliki telah dicuci pula dengan zakat.
Kembali kepada kesucian artinya dengan merayakan Idul Fitri ini kita mendeklarasikan kesucian kita dari berbagai dosa sebagai buah dari ibadah sepanjang bulan Ramadan. Pada Idul Fitri inilah, manusia yang taat pada takdir Allah SWT meyakini tibanya kembali fitrah diri yang kerap diimajinasikan dengan ungkapan kala itu seperti terlahir kembali. Dan, bila kita bersedia menerima fitrah yang ada di hari besar ini serta menerjemahkan dengan pikiran dan bahasa sederhana, Idul Fitri merupakan momentum bagi manusia untuk langkah awal menuju kehidupan lebih baik.
Kembali kepada fitrah berarti kembali kepada jati diri sebagai hamba Allah SWT yang muslim, hamba Allah SWT yang memakmurkan kehidupan, hamba Allah SWT yang tidak egois dan tidak arogan. Jadi, jika seorang muslim selama sebulan berpuasa, shalat tarawih, baca Al-Quran, shalat di masjid. Namun, setelah selesai bulan puasa kita tidak shalat, memusuhi masjid, memusuhi Al-Quran. Ya.... dia justru melenceng dari fitrahnya, puasanya tidak berarti bagi dirinya. Sebaliknya jika selama bulan Ramadhan kita sudah saleh secara pribadi, saleh secara sosial, memakmurkan masjid, bersilaturahim dengan banyak orang, maka dia berada dalam kondisi yang sesuai dengan fitrah. Jika dia ber-Idul Fitri, maka dia akan kembali kepada fitrahnya dengan menguatkan komitmen-komitmen itu sehingga setelah bulan Ramadhan pun akan semakin cinta dengan masjid, cinta dengan Al-Quran, akan tetap bersilaturahim. Hal inilah yang akan menjadikan Islam sebagai sumber keselamatan bagi kehidupan.
Di hari Idul Fitri, jiwa kita akan merasa tenang dan tenteram karena dosa-dosa kita kepada Allah SWT telah diampuni, berkat puasa Ramadhan yang telah kita lakukan kareana dorongan iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadlan karena iman dan mengharapkan pahala, niscaya diampunkan baginya apa yang telah lalu dari dosanya”.
Sesudah shalat Idul Fitri nanti kita akan meminta maaf kepada keluarga, kaum kerabat dan famili, teman, tetangga dan kenalan kita dari kejahatan, kesalahan serta perbuatan dzalim yang pernah kita lakukan terhadap mereka, agar jiwa kita benar-benar terbebas dari dosa kepada Allah SWT dan kesalahan kepada sesama manusia. Dan dengan demikian kita akan dapat merasakan kebahagiaan yang sejati. Dalam surat Al-Imran ayat 112 Allah, SWT telah berfirman: “Mereka itu akan ditimpa kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka itu menyambung tali hubungan baik dengan Allah SWT dan tali hubungan baik dengan sesama manusia”.
Dengan menyambung tali hubungan baik dengan sesama manusia yang ditandai dengan masing-masing pribadi berani mengakui kesalahan dirinya dan berani meminta maaf kepada orang yang lebih muda usianya dan lebih rendah pangkat dan derajatnya, kehidupan masyarakat nampak rukun dan damai. Persatuan dan kesatuan masyarakat yang tulus dapat kita saksikan dengan jelas. Sedang persatuan dan kesatuan yang tulus dan murni dari sesuatu bangsa itu adalah merupakan salah satu kunci dari keberhasilan dalam mencapai pembangunan lahir dan batin.
Beberapa kebiasaan Rasulullah SAW
dan para sahabat dalam menyambut Idul Fitri yang patut Umat Islam contoh,
yaitu:
Berpenampilan Indah
Rasulullah SAW itu saat Idul Fitri memakai pakaiannya yang paling baik (bukan berarti baju baru, lho) dan membaguskan penampilannya. Berkata Ibnul Qayyim dalam "Zadul Ma'ad": "Nabi memakai pakaiannya yang paling bagus untuk keluar (melaksanakan shalat) pada hari Idul Fitri dan Idul Adha. Beliau memiliki perhiasan yang biasa dipakai pada dua hari raya itu dan pada hari Jum'at. Sekali waktu beliau memakai dua burdah (kain bergaris yang diselimutkan pada badan) yang berwarna merah, namun bukan merah murni sebagaimana yang disangka sebagian manusia, karena jika demikian bukan lagi namanya burdah. Tapi yang beliau kenakan adalah kain yang ada garis-garis merah seperti kain bergaris dari Yaman." Sedangkan salah seorang sahabat Nabi, Ibnu Umar juga biasa memakai pakaiannya yang paling bagus pada dua hari mulia tersebut.
Bertakbir
Bertakbir atau biasa kita sebut takbiran merupakan sunnah Rasul. Telah diriwayatkan bahwa, "Beliau keluar pada hari Idul Fitri, maka beliau bertakbir hingga tiba di tanah lapang dan hingga ditunaikannya shalat. Apabila beliau telah menunaikan shalat, beliau menghentikan takbir". Juga pada pagi hari Idul Fitri dan Idul Adha, Ibnu Umar mengeraskan takbir hingga ia tiba di tanah lapang, kemudian ia tetap bertakbir hingga datang imam.
Bertakbir atau biasa kita sebut takbiran merupakan sunnah Rasul. Telah diriwayatkan bahwa, "Beliau keluar pada hari Idul Fitri, maka beliau bertakbir hingga tiba di tanah lapang dan hingga ditunaikannya shalat. Apabila beliau telah menunaikan shalat, beliau menghentikan takbir". Juga pada pagi hari Idul Fitri dan Idul Adha, Ibnu Umar mengeraskan takbir hingga ia tiba di tanah lapang, kemudian ia tetap bertakbir hingga datang imam.
Mandi sebelum shalat 'Id
Dari Nafi' ia berkata : "Abdullah bin Umar biasa mandi pada hari Idul Fitri sebelum pergi ke tanah lapang." Sedang Imam Said ibnul Musayyib berkata : "Sunnah Idul Fitri itu ada tiga, berjalan kaki menuju tanah lapang, makan sebelum keluar ke tanah lapang dan mandi."
Makan sebelum berangkat sholat
Makan sebelum berangkat sholat bukan berarti di sana nanti nggak menyediakan konsumsi, tapi karena emang disunnahkan kok oleh Rasulullah SAW. Dari Anas r. a. ia berkata : "Rasulullah SAW tidak pergi ke tanah lapang pada hari Idul Fitri hingga beliau makan beberapa butir kurma."
Ucapan selamat pada hari
raya
Setelah sholat biasanya kita saling bersalaman dan mengucapkan selamat untuk teman yang lain. Senang dan lega banget rasanya saat kita menyalami mereka, selain itu mempererat ukhuwah juga menghapus dosa atau kesalahan yang telah kita lakukan pada teman kita itu.
Tahukah kamu apa ucapan yang baik serta dianjurkan sebagai ucapan selamat? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ditanya tentang ucapan selamat pada hari raya maka beliau menjawab: "Ucapan selamat pada hari raya, dimana sebagian orang mengatakan kepada yang lain jika bertemu setelah sholat Id: Taqobbalallahu minna wa minkum (Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian)." Itu juga yang dilakukan para sahabat Rasulullah SAW bila bertemu pada hari raya.
Allah SWT menciptakan segala sesuatu pasti ada kelebihan atau hikmah yang bisa diambil oleh hamba-Nya, begitu juga dengan Idul Fitri. Banyak sekali hikmah yang dapat kita peroleh baik yang kita sadari karena terlihat manfaatnya langsung pada diri kita maupun yang nggak kita sadari karena mungkin memang kita terlalu lemah untuk melihat hikmah dari berbagai peristiwa.
Hikmah pertama adalah penyadaran hakikat diri sebagai hamba Allah. "Dan tak Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzaariyat ayat 56). Itulah sesungguhnya makna sebenarnya atas tugas kita di dunia ini. Dengan memahami hal tersebut, diharapkan kita tidak lepas dari pengawasan Allah SWT. Jalan untuk meretas batin kita agar selalu merasa terikat dengan Allah SWT adalah dengan bertakwa kepada-Nya. Idul Fitri juga merupakan salah satu sarana takwa yang bisa membawa kita kepada hakikat penghambaan. Idul Fitri seperti ‘alarm’ dalam rangka untuk mengingatkan jati diri kita. Selain itu Idul Fitri mengembalikan kesadaran pemahaman kita kepada berbagai cobaan yang terasa berat saat bulan Ramadhan yang lalu.
Hikmah kedua adalah menjadikan Idul Fitri sarana untuk mengeratkan kembali hubungan kita dengan Allah SWT dan manusia. Selama setahun mungkin kita telah melakukan begitu banyak kesalahan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Nah, salah satu hikmah Idul Fitri ialah menghadirkan moment saling memaafkan kesalahan yang telah kita perbuat terutama kepada kedua orang tua kita selama ini yang telah membesarkan kita, kemudian kepada keluarga terdekat kita yang mungkin saja sering kita acuhkan dan juga kepada teman-teman yang bergaul dengan kita baik di lingkungan rumah, sekolah atau di tempat yang sangat jauh.
Terakhir, sebagai seorang hamba, hikmah Idul Fitri lainnya ialah membawa kita untuk semakin dekat kepada Allah SWT. Ingatkah kamu saat seorang hamba berbuat dosa maka ada empat bukti kecintaan Allah SWT pada kita. Pertama, rezeki kita tetap mengalir meski dosa kita bertumpuk. Kedua, nikmat sehat yang tetap dianugerahkan-Nya. Ketiga, Allah SWT tidak segera menyiksa hamba-Nya saat itu juga dan keempat, Allah SWT tidak membeberkan aib atau dosa kita.
(Arrahmah.com) – Gaza kembali membara dan berlumur darah sejak Rabu (12/3/2014) hingga Jum’at (14/3) dini hari tadi. Derita akibat perang ini berawal dari kesengajaan yang dilakukan oleh militer penjajah “Israel” yang membunuh 6 warga Palestina di Jalur Gaza, tiga diantaranya berasal dari Brigade Saraya Al-Quds, sayap militer Jihad Islami yang bermarkas di Jalur Gaza.
Selain membunuh warga Palestina di Jalur Gaza, militer
“Israel” juga telah dengan sengaja meluncurkan roket melalui pesawat tempur Jet
F16 dan pesawat Apache ke wilayah markas-markas militer pejuang Palestina di
Jalur Gaza. Selain itu, militer “Israel” bahkan tidak segan-segan meluncurkan
roket ke wilayah pemukiman warga Rafah di Gaza bagian Selatan.
Menyaksikan kekerasan dan kezaliman yang dilakukan dengan
sengaja oleh militer penjajah “Israel”, para pejuang Palestina di Jalur Gaza
tak mau tinggal diam. Ya, mereka harus membela diri dan membela tanah air
mereka. Tidak memerlukan waktu lama untuk berpikir panjang, para pejuang
Palestina di Jalur Gaza secara sigap segera merespon kezaliman militer “Israel”
dengan meluncurkan roket ke jantung kota “Israel” secara serentak pada Rabu
(12/3).
Para pejuang Palestina mengawali perlawanan mereka dengan
meluncurkan 3 roket, kemudian menambahnya menjadi 32 roket, dan menambahnya
lagi menjadi 70 roket. Hingga Kamis (13/3), Brigade Saraya Al-Quds dan Brigade
Al-Qassam menyatakan telah mengirimkan lebih dari 190 roket ke kota “Israel”.
Dari informasi yang disiarkan oleh media “Israel”, Ahronot,
dilaporkan bahwa roket dari Gaza mengenai rumah warga Yahudi di “Israel”.
Bahkan warga Yahudi yang bermukim berdekatan dengan perbatasan antara “Israel”
dan Gaza terpaksa harus mengungsi dan diungsikan ke kota “Israel”.
Juru bicara Saraya Al-Quds menegaskan, “Israel” harus
menerima risiko akibat dari kekerasan yang telah mereka lakukan, dengan sengaja
membunuh 6 warga Palestina. “Israel” tidak mengenal apa yang disebut dengan
perjanjian damai, yang mereka kenal hanyalah satu kata, yaitu PERANG. Dengan
demikian, saat ini bukan lagi saatnya membahas perjanjian damai, akan tetapi
cukup dengan satu sikap, LAWAN.
Abo Obaydah, juru bicara Brigade Al-Qassam, pemuda yang
dikenal selalu menutup wajahnya menggunakan syal Palestina, yang hanya
memperlihatkan matanya saja, menegaskan bahwa pada perang tahun 2012 yang
berlangsung selama 8 hari, “Israel” sendiri yang mengemis meminta perdamaian.
Namun saat ini mereka kembali menyulut peperangan, dengan demikian maka barisan
kaum Muslimin harus menyambutnya dengan perlawanan.
Benyamin Nyetanyahu, selaku perdana mentri “Israel”
mengatakan, “Kami militer ‘Israel’ akan membalas dengan melakukan invasi ke
wilayah Gaza dengan kekuatan yang sangat besar, dalam waktu dekat.” Dia juga
mengatakan bahwa mereka akan melawan siapa saja yang anti “Israel”.
Dan pada Kamis (13/3), pesawat jet tempur F16 dan pesawat
Apache milik “Israel” membentangkan invasi dengan meluncurkan sejumlah roket ke
sepanjang wilayah Gaza, mulai dari Rafah Gaza selatan, Gaza Tengah, Gaza Timur
dan Gaza utara.
Sasaran mereka adalah markas militer dan tempat latihan para
pejuang Palestina, serta tanah kosong pertanian milik warga Gaza dengan jumlah
lebih dari 30 roket. Sedangkan di wilayah Rafah, pihak “Israel” dengan sengaja
meluncurkan roket ke pemukiman warga Gaza. Akibatnya, tiga warga Rafah
mengalami luka serius dan dilarikan ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir
Balah Gaza tengah.
Hingga berita ini diturunkan, antara Gaza dan “Israel” masih
saling berbalasan meluncurkan roket. Sementara pesawat “Israel” masih
berpatroli di atas langit Gaza.
Penulis sangat berharap semoga Brigade Al-Qassam tidak
menggunakan roket buatan mereka sendiri yang dinamakan M75 yang panjangnya
lebih dari 5 meter dan berkekuatan ledak mencapai puluhan ribu ton. Jika
sebanyak lima roket M75 diluncurkan, maka pusat kota “Israel” Tel Aviv akan
hancur berantakan.
Penulis selaku WNI yang saat ini menetap di Jalur Gaza,
sekaligus ketua Koordinasi Daarul Qur’an Indonesia DAQU Gaza Palestina,
menghimbau kepada rakyat Indonesia, khususnya Muslim yang ada di Indonesia,
untuk selalu mendoakan rakyat Gaza Palestina yang tak henti-hentinya selalu
diganggu oleh pihak “Israel”. Dan mohon doakan anak-anak Gaza! (arrahmah.com)
Sebarkan!
No comments:
Post a Comment