PERLENGKAPAN HAJI
Oleh M.Rakib Janib Jamari,
Pekaanbaru- Riau
Tali nilon, perlu dibawa,
Cukup lima, meter panjangnya.
Untuk mengikata, berbagai
benda,
Sejak awal, tidak terduga.
Celana panjang,
bawa dua lembar,
Karena
kopornya, tidak besar.
Tiada pakaian,
ditenteng di luar.
Agar
kehilangan, dapat dihindar.
Piring plastik, gelas
plastik,
Bahannya ringan, mudah
ditarik.
Dibawa dengan, rasa simpatik,
Tiada pecah, dibolak-balik.
Persiapan ke Makkah,
untuk umroh,
Disunnahkan, mandi ihrom.
Pakai sabun,
pakai odol.
Ulangi berwudhuk, lebih afdhol.
Kopor besar, tiga puluh dua
kilo,
Tas tentengan, tujuh kilo.
Ketika berangkat, diisi
separoh,
Ketika pulang, ditambah
separoh.
Pasport
diamankan, di dalam bus,
Dari Madinah,
secara khusus,
Miqot di Bir Ali, secara khusus.
Berwudhuk kembali, jika putus.
Bendera khusus, harus
diletakkan,
Mudah dalam, pengenalan.
Nomor pelatnya, jangan
dilupakan,
Warnanya sama, setiap zaman.
Tas tentengan, tinggalkan di mobil,
Pulangnya, baru
diambil.
Diberi tanda, yang agak ganjil,
Hindari fitnah, besarndannkecil.
Pakaian ihrom, sejak dari
Madinah,
Karena seragam, tampaknya
indah.
Bahu kiri, tertutup sudah.
Bahu kanan, biarkan terbuka.
Wanita mens, tetap berihrom,
Shalat saja,m baginya haram.
Jangan masuk, ke masjidil haram,
Menunggu bersih, agar tenteram.
Selesai subuh, berangkat, ke
Makkah,
Terasalah perjalanan, membawa
berkah.
Sejak awal, sudah terarah.
Rangkaian haji, sangatlah
indah.
Haji tamattuk, umroh dahulu,
Membayar ‘dam”, pasti begitu,
Seekor kambing, yang bermutu.
Disembelih, di
tempat itu.
Haji tamattuk, lebih
menyenangkan,
Banyak kesempatan,
berjalan-jalan.
Memakai ihrom, waktunya
ringan,
Tidak harus, berkepanjangan.
Laabbaikallah humma umrotan,
Niat umroh,
diucapkan.
Tanpa peci, tanpa
wangi-wangian,
Dengan isteri, tidak boleh
sebadan.
Tidak boleh, memotong kuku,
Tanamanpun, jangan diganggu.
Humor porno, dilarang di
situ.
Jika bergurau,m jangan terlalu.
Janganlah anda, terbuka aurat,
Walaupun dua lembar, kain
dibuat.
Tanpa kolor,
tanpa cawat.
Kecuali wanita, tiada diperberat.
Rukun umroh, pertama, ialah
niat.
Tawaf sa’i, dan tahlul yang
keempat,
Fisik dan mental, harus kuat.
Tiada wajib mencium, hajaral aswad.
Wanita bezikir, di dalam hati,
Membaca talbiyah, secara sirri.
Suara indahnya bisa,
mengundang birahi,
Cuaca Arab, menggelitik laki-laki.
Jangan lupa,
jamak dan qoshor,
Dua rakaat,
shalat lohor.
Agar
perjalanan, tidak tekor,
Bagi musafir,
sangat tersohor.
Doa masuk, kota
Maakah,
Allahumma inna haza, haromuka.
Satu-satunya tanah suci, di dunia,
Jauhkan diriku dari, azab neraka.
Kemudian menuju, asrama
semuanya,
Kunci kamar, diambilkann
ketua,
Kalau tertib, tercegah,
derita.
Tiada tertib, dapat bencana.
Di dalam Bus, ada yang mabuk,
Ada pula, yang
serba sibuk.
Yang emosi,
segera dibujuk,
Supaya dia, jangan merajuk.
Rukun umroh kedua, ialah
tawaf,
Kelilingi ka’bah, hitungan
lengkap.
Dari sudut, hajaral aswad,
Jaamaahnya sungguh, ramai dan
padat.
Pintu
masjid, diberi tanda,
Hotel juga, diberi
pita.
Bawalah terus, kartu nama,
Hafalkan
jalan, belokannya.
Melihat Ka’bah,
berderai air mata,
Di dalam hati,
gemuruhpun tiba.
Kebesaran
Allah, sangat terasa,
Hidup terasa,
sangat mulia.
Sudut aswad, sudut
Iraqy,
Sudut
Syami, sudut Yamani.
Empat sudut,
sangat berarti,
Itulah ka’bah,
karunia Ilahi.
Pintu masjid,
saratus tiga sembilan,
Namanya harus,
dihafalkan.
Karena di situ,
tempat penantian,
Suami isteri,
membuat perjanjian.
Pancuran emas, di atas ka’bah,
Hijir Ismail, di bawahnya.
Di situ anda, dapat berdoa,
Agar hidup, sehat bahagia.
Bismillahi,
Allahu Akabar,
Di sudut
Yamani, terus berkobar.
Ketika membaca,
hati berdebar,
Rasa haru,
sangatlah besar.
Lambaikan tangan, pada aswad,
Dikecup pula, penuh semangat.
Terlalu dekat, jemaahnya padat,
Terlalu jauh, selesainya lambat.
Di dinding Ka’bah,
ada yang meratap,
Menggosokkan
badan, sambil berharap.
Saat itu,
katanya insyaf.
Kepada manusia
harus, minta maaf.
Shalat sunnat, di hijir Ismail,
Sambil berdoa,
tubuh menggigil.
Banyak kejadian,
yang mustahil,
Hak orang lain, jangan diambil.
Berwudhuk saja,
terasa berat,
Karena turun,
ke lantai empat.
Salah jalan,
bisa tersesat,
Ada juga keran,
airnya hebat.
Toilet di luar, hanya ada,
Terputus
tawaf, tidak mengapa.
Sambung
di mana, putusnya,
Lanjutkan saja, sampai sempurna.
Bayar “dam” di
Bank Raj’i.
Empat ratus
riyal, dihargai.
Bisa agen, yang
mencari,
Pemotongan
hewan, saksikan sendiri.
“Dam” itu, dua macam,
Ada “dam”
pelanggaran,
“Dam”tamattuk,
dilaksanakan.
Mirip
dengan, ibadah kurban.
Ketika ihrom,
tak pakai kolor,
Tetapi tidak,
sampai kotor.
Ibadah serius,
tanpa humor,
Bukan seperti,
orang di kantor.
No comments:
Post a Comment