Thursday, February 13, 2014

4 hal yang lebih besar daripada dosa


 4 hal yang lebih besar daripada dosa
M.Rakib Pekanbaru Riau.
 
1.Menabaikan dan mremehkan dosa-dosa kecil
2.Setelah berbuat dosa, membanggakan keberaniannya berbuat dosa, kepada orang lain.
3.Memberikan bantuan hanya untuk dibangga-banggakan saja
4. Membangga-banggakan ketinggian ilmunya dan merendahkan ilmu orang lain.

1. Jika anda mengabaikan kerusakan kecil.
maka siap-siaplah menghadapi kerusakan besar. Remehkanlah dosa kecil, maka kita akan terbiasa dengan dosa yang lebih besar
lagi. Manjakanlah keinginan daging kita, maka kita akan asing dengan keinginan rohani. Biarkanlah kesalahan-kesalahan kecil dan biasakanlah itu, maka kita akan
menganggap kesalahan yang lebih besar bukan lagi sebuah kesalahan. Hidup merupakan akumulasi. Siapa menyangka bahwa tetesan-tetesan air bisa membuat
lobang di batu yang keras? Waspadalah dan jangan pernah kompromi dengan dosa sekecil apapun juga. 

2. Membanggakan keberanian berbuat dosa.

Berani berselingkuh, diceritakan kepada orang lain, berarti mengajak otrang lain berselingkuh.  Masya Allah.
Apa yang terjadi jika saya bangun tidur dan tiba-tiba mendapati berat badan saya naik 40 kg? Yang pasti saya shock dan tak membuang waktu lagi untuk menghubungi dokter dan bertanya, “Mengapa tiba-tiba badan saya menggelembung semua?” Namun jika berat badan itu naik secara bertahap, misalnya bulan ini naik satu kilo, lalu bulan depan naik dua kilo, dan seterusnya, maka saya cenderung membiarkannya.

3. Memberikan bantuan hanya untuk dipuji.
Menjelang Pemilu, banyak yang menawarkian bantuan, tapi sekedar untuk dipuji atau dipilih.
Orang yang memlih seorang peminpin hanya karena uang, meruapakan dosa, tapi ada yang mennganggapnya sebagai dosa kecil, na'zubillah. Kita akan cenderung membiarkan hal-hal yang kecil. Lupa bahwa hal-hal besar adalah akibat akumulasi dari hal-hal kecil yang dibiarkan. Saya punya motor yang
tak lagi nyaman dikendarai. Apa sebab? Saya mengabaikan kerusakan-kerusakan kecil yang terjadi. Misalnya lupa mengolesi rantai dengan minyak, membiarkan
satu sekrup lepas, tidak mengecek air aki, terlambat mengganti oli mesin, dsb. Dengan saya mengabaikan hal-hal kecil itu, memang motor masih tetap bisa
berjalan, dipakai ngebut pun masih sanggup. Tapi jika hal yang seperti ini dibiarkan terus, bisa-bisa motor saya harus rawat inap di bengkel!

4.Membanggakan dan dan menyombongkan ketinggian ilmunya.

        Satu-satunya makhluk yang paling membanggakan ketinggian ilmunya adalah Iblis. Cara kerja iblis menghancurkan kehidupan manusia, dengan menguatkan nafsu, melemahkan aqidah. Ia tak akan pernah langsung menggelembungkan kepala kita secara mendadak. Ia membuat kita sombong perlahan-lahan. Tanduk kita pun tak tumbuh secara tiba-tiba, sedikit demi sedikit, sampai kita tak sadar bahwa kita sudah berubah seratus delapan puluh derajat! Ia tidak akan pernah memberi umpan dengan dosa yang besar, dengan hal itu kita akan sadar bahwa iblis sedang menjebak kita. Kita mulai berani meyembunyikan uang secara kecil-kecilan, akhirnya menjadi koruptor besar...Iblis pintar, ia
memancing kita dengan umpan kecil yang imut dan rasanya bukan dosa besar, tapi itu sudah lebih daripada cukup untuk membuat kita KO pada akhirnya.


Nestapa Pengekor Hawa Nafsu

Air kelapa, dicampur susu,
Diminum oleh, orang Bangkinang
Nestapa Pengekor, Hawa Nafsu,
 Hidup di dunia, tak pernah tenang.

                   Anak udang, di dalam pasu
                    Dijual saja, di Pekan selasa.
                    Budak uang, dan hamba nafsu,
                    Tak pernah dirinya, merasa berdosa.

Oleh: Drs.Haji M.Rakib, S.H.,M.Ag.
Pekanbaru- Riau Indonesia. 2014
        Abu Muhammad Abdul Mu’thi Al Maidani, menyatajkan: . Sesungguhnya di dunia ini bagi manusia hanya ada dua jalan; jalan kebenaran dan jalan hawa nafsu. Jalan kebenaran adalah petunjuk yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan hawa nafsu merupakan jalan yang diprakarsai oleh setan sebagai musuh manusia guna menimbun bahan bakar api neraka pada hari kiamat nanti. Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alihi wasallam tatkala menerangkan tentang petunjuk, acap kali mengingatkan pula tentang bahaya hawa nafsu.

          Hawa nafsu berarti ‘kecenderungan manusia kepada perkara yang di suka oleh jiwanya’. Hawa nafsu yang tercela adalah hawa nafsu yang menyelisihi petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa para salaf menggelari sebagian orang yang menisbatkan diri kepada ilmu atau ibadah sebagai pengikut hawa nafsu, karena mereka menyelisihi petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Petunjuk Allah yaitu ilmu agama yang diwahyukan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada nabi-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman kepada Nabi Dawud ’alaihis salam:

يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Shad: 26)
Hawa nafsu menjalar pada diri seseorang laksana sebuah penyakit yang sangat ganas, bahkan lebih berbahaya dari rabies pada seekor anjing. Hawa nafsu lebih berbahaya karena tidak disadari oleh pengidapnya tetapi lebih mematikan. Jika rabies dapat membinasakan jasad manusia maka hawa nafsu bisa menghancurkan jiwanya. Sehingga hatinya pun mati dan gelap gulita. Pada akhirnya, dia tak lagi mampu menerima petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Di antara semua zaman yang pernah ada di dunia, zaman di mana kita hidup sekarang ini merupakan sebuah zaman yang sangat materialistis. Orang dinilai berdasarkan status sosial dan materi yang mereka miliki. Manusia yang memiliki banyak uang – tidak peduli cara mereka mendapatkannya – akan dihormati dan diperlakukan secara istimewa. Mereka menguasai dunia usaha, mempengaruhi dunia politik, dan semua orang di sekeliling mereka membungkuk ketika mereka lewat.
Menurut Webster dan Oxford Dictionary, arti kaya adalah memiliki banyak harta atau properti, tetapi menurut Robert T Kiyosaki, kaya adalah memiliki passive income (pendapatan tanpa bekerja karena uang mereka yang bekerja) yang nilainya lebih besar daripada biaya hidup sehingga tanpa bekerja pun, seseorang atau sebuah keluarga dapat tetap menjalani kehidupan dengan standar yang sama (layak). Begitulah definisi kaya orang dunia pada umumnya.

Kaya sebenarnya bukan hanya dilihat dari satu dimensi, yaitu dimensi material, tetapi kaya yang sesungguhnya banyak dimensi. Kaya dalam iman, dalam pengetahuan, dalam kasih dan pelayanan kepada orang lain (2 Kor 8:7). Kekayaan yang hanya dilihat dari satu dimensi (material), sungguh merupakan definisi kaya yang sempit.  Kekayaan tidak seharusnya hanya dilihat dari satu dimensi saja (dimensi material saja), tetapi dari banyak dimensi (rohani, psikologis, sosial, dll).

Oleh sebab itu, ada beberapa ciri-ciri orang kaya yang memenuhi definisi kaya dari berbagai dimensi tersebut:
-    Orang kaya adalah orang yang mengendalikan uang/kekayaannya, bukan dikendalikan oleh uang/kekayaannya. Penulis memiliki moto yang berbunyi, “Orang yang tidak dapat mengendalikan uang akan dikendalikan oleh uang.”
Banyak orang kaya menganggap diri mereka sebagai pemilik kekayaan padahal justru mereka yang dimiliki dan diperbudak orang kekayaan mereka. Kita seharusnya menjadi tuan atas uang atau kita menjadi budaknya.


Kata ekonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani oikos dan nomos. Kata oikos berarti rumah tangga dan nomos berarti aturan. Jadi ekonomi berarti aturan rumah tangga atau mengatur rumah tangga. Maka ekonomi sebenarnya berbicara mengenai bagaimana mengatur rumah tangga supaya rumah tangga tersebut berjalan dengan baik. Ekonomi sebenarnya bukan berbicara mengenai bagaimana mengejar kekayaan sebanyak mungkin bahkan dengan mengorbankan keluarga dan rumah tangga demi karier atau pekerjaan. Padahal justru keluargalah yang seharusnya menjadi karier yang utama dan pekerjaan hanya sebagai pendukungnya. Ekonomi keluarga yang baik hanyalah sarana untuk mencapai keluarga yang bahagia dan bukan sebaliknya. Tetapi kenyataannya, banyak keluarga yang kaya tidak bukan merupakan keluarga yang bahagia.


-    Orang kaya adalah orang yang dapat mengendalikan keinginannya, bukan dikendalikan oleh keinginannya. Banyak orang pada masa konsumerisme ini yang membeli sebuah barang bukan karena kebutuhan, melainkan karena keinginan (karena gengsi, peer-pressure, dll).
-    Orang kaya adalah orang rela memperkaya orang lain (atau murah hati). John Wesley mengatakan, “Carilah uang sebanyak-banyaknya, simpanlah sebanyak-banyaknya, bagikanlah sebanyak-banyaknya.” Dia kemudian melanjutkan, “Uang tidak pernah lama bersama karena ia akan membakarku. Kulemparkan dari tanganku secepat saya mampu agar jangan sampai ia memperoleh jalan masuk ke dalam hatiku.”

 



No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook