SIAPAKAH Kirkpatrick
YANG mengembangkan suatu model untuk mengukur
By M.Rakib, LPMP Riau
Indonesia.2014
Jika ingin, mengintip ratu
Naik saja, keatas kereta,
Jika ingin, pendidikan bermutu,
Ajari murid, berwira swasta.
Sabtu, Desember 10, 2011
Evaluasi Pelatihan Kirkpatrick
|
||
Oh
Tuhan, aku selalu ingin menatap erat tiap perkembangan dan perubahan pendidikan yang terjadi pada negeriku ini. Tapi aku sendiri tak
pernah bisa memastikan sampai kapan aku bisa ada bersamanya dan mencoba
menantang pongahnya zaman.
Kalaupun
suatu saat kelak sang waktu membimbingku pada sebuah perpisahan.
Percayalah
sahabatku kau abadi dalam kenanganku. Kau sahabat, murid sekaligus guru
bagiku. Bukankah kau ingat hampir separuh kosakata bahasa rimbaku kau yang
mengajarkan. Aturan adat, seluko dan banyak hal tentang kehidupan di rimba
kau pula yang menjadi guruku. Kau tahu sahabatku. Saat kau mengatakan kepada
ibu guru di sekolah, tak ada tokoh idola yang kau kenal selain aku, ketika
kau diminta membuat karangan tentang tokoh idola. Sungguh aku merasa sangat
berarti dan bermakna dalam hidupku.
|
Donald Kirkpatrick pada akhir
1950-an mengembangkan suatu model untuk mengukur efektivitas program
pelatihan melalui suatu evaluasi dikarenakan beberapa alasan
diantaranya adalah :
|
|
a.
|
Mempertanggungjawabkan keberadaan
bagian Diklat dengan menunjukkan bagaimana bagian ini berkontribusi terhadap
tujuan dan cita-cita organisasi.
|
|
b.
|
Membuat keputusan untuk
melanjutkan atau menghentikan program-program pelatihan.
|
|
c.
|
Mendapatkan informasi bagaimana
mengembangkan program-program pelatihan selanjutnya.
|
|
Model yang umum dikenal dan
digunakan ini telah diadaptasi dan dimodifikasi oleh beberapa penulis,
walau demikian struktur dasar yang terdiri dari empat tingkat model
Kirkpatrick tetap digunakan sampai sekarang. Ke-4 tahap proses yang
dikenal dengan The four level evaluation, merupakan serangkaian proses yang
dinamis. Empat tahap evaluasi itu adalah:
|
||
a.
|
Reaction (Reaksi).
|
|
Evaluasi ini dilakukan pada saat
dan setelah menerima materi pelatihan, yakni evaluasi untuk mengukur minat
dan reaksi peserta atas pelatihan.
|
||
b.
|
Learning (Pembelajaran).
|
|
Disebut juga evaluasi hasil
belajar. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta
setelah menerima pembahasan dari para pelatih setiap sesi pelatihan.
Penilaian terhadap tingkat pemahaman ini sangat penting untuk mengetahui
apakah peserta materi yang diberikan dalam pelatihan.
|
||
c.
|
Behavior (Perilaku) .
|
|
Evaluasi ini dilakukan setelah
pelatihan. Tujuannya untuk melihat bagaimana perilaku peserta setelah
mengikuti pelatihan, langkah – langkah apa yang sudah dilakukan serta
bagaimana sikap stake holder terhadap hasil pelatihan.
|
||
d.
|
Result (Hasil).
|
|
Merupakan evaluasi jangka panjang,
yakni evaluasi mengenai kinerja lembaga yang terjadi akibat kinerja anggota
organisasi yang mengikuti pelatihan. Evaluasi ini dapat dilakukan tiga sampai
empat tahun setelah pelatihan.
|
||
Tahapan-tahapan di atas tentunya
dilakukan secara berurutan atau disesuaikan pada sampai dimana
organisasi/lembaga diklat menetapkan tujuan evaluasi. Meskipun demikian,
evaluasi yang berurutan sesuai level akan dapat memberikan informasi yang
lebih lengkap walau evaluasi pada tahap yang lebih tinggi akan memakan waktu
yang lebih lama dan sulit.
|
||
B.
|
Penerapan Model Evaluasi
Kirkpatrik
|
|
Penerapan model evaluasi empat
level dari Kirkpatrick dalam pelatihan dapat diuraikan dengan persyaratan
yang diperlukan sebagai berikut.
|
||
Level 1: Reaksi
|
||
Evaluasi reaksi ini sama halnya
dengan mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan. Komponen-komponen yang
termasuk dalam level reaksi ini yang merupakan acuan untuk dijadikan ukuran.
Komponen-komponen tersebut berikut indikator-indikatornya adalah:
|
||
1.
|
Instruktur/ pelatih.
|
|
Dalam komponen ini terdapat hal
yang lebih spesifik lagi yang dapat diukur yang disebut juga dengan
indikator. Indikator-indikatornya adalah kesesuaian keahlian pelatih dengan
bidang materi, kemampuan komunikasi dan ketermapilan pelatih dalam mengikut
sertakan peserta pelatihan untuk berpartisipasi.
|
||
2.
|
Fasilitas pelatihan.
|
|
Dalam komponen ini, yang termasuk
dalam indikator-indikatornya adalah ruang kelas, pengaturan suhu di dalam
ruangan dan bahan dan alat yang digunakan.
|
||
3.
|
Jadwal pelatihan.
|
|
Yang termasuk indikator-indikator
dalam komponen ini adalah ketepatan waktu dan kesesuaian waktu dengan peserta
pelatihan, atasan para peserta dan kondisi belajar.
|
||
4.
|
Media pelatihan.
|
|
Dalam komponen ini,
indikator-indikatornya adalah kesesuaian media dengan bidang materi yang akan
diajarkan yang mampu berkomunikasi dengan peserta dan menyokong instruktur/
pelatihan dalam memberikan materi pelatihan.
|
||
5.
|
Materi Pelatihan.
|
|
Yang termasuk indikator dalam
komponen ini adalah kesesuaian materi dengan tujuan pelatihan, kesesuaian
materi dengan topik pelatihan yang diselenggarakan.
|
||
6.
|
Konsumsi selama pelatihan
berlangsung.
|
|
Yang termasuk indikator di
dalamnya adalah jumlah dan kualitas dari makanan tersebut.
|
||
7.
|
Pemberian latihan atau
tugas.
|
|
Indikatornya adalah peserta
diberikan soal.
|
||
8.
|
Studi kasus.
|
|
Indikatornya adalah memberikan
kasus kepada peserta untuk dipecahkan.
|
||
9.
|
Handouts.
|
|
Dalam komponen ini indikatornya
adalah berapa jumlah handouts yang diperoleh, apakah membantu atau
tidak.
|
||
Bagi penyelenggara diklat seperti
Balai Diklat Keagamaan (BDK) Bandung, evaluasi untuk level 1 pada setiap
diklat yang diselenggarakan telah berjalan dengan baik. Sebagai contoh,
penyelenggara menyiapkan 2 (dua) bentuk evaluasi yaitu evaluasi terhadap
pengajar/widyaiswara dan evaluasi terhadap penyelenggara diklat.
Evaluasi terhadap pengajar/widyaiswara meliputi penguasaan materi,
sistematika penyajian, kemampuan menyajikan, penguasaan metode dan sarana,
ketepatan waktu, sikap dan prilaku, cara menjawab pertanyaan, penguasaan
bahasa, pemberian motivasi, pencapaian tujuan, kerapihan berpakaian dan
kerjasama tim. Sedangkan evaluasi terhadap penyelenggara diklat
meliputi unsur kepesertaan, kepanitiaan, kurikulum, widyaiswara, akomodasi,
konsumsi dan sarana diklat.
|
||
Dengan demikian, dengan kepuasaan
peserta atau reaksi peserta terhadap pelaksanaan diklat yang diselenggarakan
dapat dibaca dari hasil evaluasi walau masih dirasakan bahwa peserta belum
maksimal/obyektif untuk memberikan saran/komentar.
|
||
Level 2: Pembelajaran
|
||
Pada level evaluasi ini untuk
mengetahui sejauh mana daya serap peserta program pelatihan pada materi
pelatihan yang telah diberikan, dan juga dapat mengetahui dampak dari program
pelatihan yang diikuti para peserta dalam hal peningkatan knowledge, skill
dan attitude mengenai suatu hal yang dipelajari dalam pelatihan. Pandangan
yang sama menurut Kirkpatrick, bahwa evaluasi pembelajaran ini untuk
mengetahui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh
dari materi pelatihan. Oleh karena itu diperlukan tes guna utnuk mengetahui
kesungguhan apakah para peserta megikuti dan memperhatikan materi pelatihan
yang diberikan. Dan biasanya data evaluasi diperoleh dengan membandingkan
hasil dari pengukuran sebelum pelatihan atau tes awal (pre-test) dan sesudah
pelatihan atau tes akhir (post-test) dari setiap peserta.
Pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga mencakup semua isi
materi dari pelatihan.
|
||
Untuk level ini, setiap jenis
diklat yang diselenggarakan di BDK Bandung memang telah mempersiapkan
soal-soal untuk menguji kemampuan awal peserta diklat atau yang disebut
pre-test dan soal untuk mengukur kemampuan setelah pelatihan yang disebut post-test.
Hasil pre-test dan post-test biasanya dilaporkan pada akhir pelaksanaan
diklat hanya disayangkan soal-soal pre-test dan post-test memang belum ada
yang menganalisis untuk mengetahui bagian mana atau materi mana yang perlu
ditingkatkan pada pelaksanaan diklat sejenis yang akan datang.
|
||
Level 3: Perilaku
|
||
Pada level ini, diharapkan setelah
mengikuti pelatihan terjadi perubahan tingkah laku peserta dalam melakukan
pekerjaan. Dan juga untuk mengetahui apakah pengetahuan, keahlian dan sikap
yang baru sebagai dampak dari program pelatihan, benar-benar dimanfaatkan dan
diaplikasikan di dalam perilaku kerja sehari-hari dan berpengaruh secara
signifikan terhadap peningkatan kinerja/kompetensi di unit kerjanya
masing-masing.
|
||
Rencana Tindak Lanjut (RTL) atau
rencana aksi merupakan salah satu bentuk evaluasi pada level ini untuk
mengetahui perilaku apa yang akan peserta lakukan setelah mendapatkan
materi-materi pelatihan atau apa yang akan peserta rencanakan di tempat tugas
masing-masing setelah mengikuti pelatihan. Beberapa diklat di BDK
Bandung telah mencantumkan RTL dalam kurikulum diklat dan perlu dipikirkan
kembali untuk mengembangkan pada setiap jenis diklat yang akan dilaksanakan.
|
||
Level 4: Hasil
|
||
Tujuan dari pengumpulan informasi
pada level ini adalah untuk menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja
atau organisasi secara keseluruhan. Sasaran pelaksanaan program pelatihan
adalah hasil yang nyata yang akan disumbangkan kepada perusahaan/organisasi sebagai
pihak yang berkepentingan. Walaupun tidak memberikan hasil yang nyata bagi
perusahan dalam jangka pendek, bukan berarti program pelatihan tersebut tidak
berhasil. Ada kemungkinan berbagai faktor yang mempengaruhi hal tersebut, dan
sesungguhnya hal tersebut dapat dengan segera diketahui penyebabnya, sehingga
dapat pula sesegera mungkin diperbaiki.
|
||
Evaluasi paska diklat adalah salah
satu cara yang dilaksanakan oleh BDK Bandung untuk mengetahui dampak dari
pelatihan baik untuk diri sendiri, rekan sejawat dan secara umum untuk
organisasi. Walau harus diakui untuk evaluasi pada tahap ini masih sulit
untuk diukur.
|
||
Penutup
|
||
Teknik evaluasi pelatihan dari
Kirkpatrick yang terdiri dari empat tingkat evaluasi yaitu reaksi,
pembelajaran, perilaku, dan hasil sampai saat ini masih diperhitungkan untuk
digunakan oleh organisasi penyelenggara diklat untuk mengukur kebehasilan
suatu program diklat. Walau, Kirkpatrick sendiri mengakui bahwa
evaluasi pada tingkat keempat yaitu hasil, masih sulit untuk diukur.
Kesulitannya adalah kemampuan untuk memisahkan pelatihan dari banyak variabel
lain yang dapat mempengaruhi kinerja jangka panjang. Yang jelas, suatu
pelatihan harus memberikan konsep dan ketrampilan kepada peserta sehingga
dapat dimanfaatkan oleh organisasi.
|