Sunday, May 24, 2015

DUA PULUH SATU KALI MENEMUI DOSEN




DUA PULUH SATU KALI
 MENEMUI DOSEN PENYIKSA

Pekanbaru  Riau Indonesia. Penulis, M.Rakib SH,M.Ag, dari program doktor Ilmu Hukum Islam, sebagai mahasiswa S 3 yang tersulit di dunia untuk mendapatkan tanda tangan dosen penguji di Bangkinang, Pekanbaru Riau Indonesia.  Barulah pada hari minggu  tanggal 24 Mei 2015 pertemuan ke 21, bisa mendapatkan tanda tangan dosen penyiksa(suka memplonco mahasiswanya, yang hampir stress.


Pekanbaru, kota bertuah,
Penderitaanku, begitu parah,
Program doktor, tempat penyiksa
Oknum dosen, sangat berkuasa.

Ada tulisan Putra Timur yang menarik, katanya begini:  Fakta tak terelakkan mungkinnya kalau dosen masa kini baik Dr maupun Prof saat ini terkadang sulit ditemui mahasiswanya terlebih bagi mahasiswa tahap akhir yang hendak menuntaskan tugas akhhir perkuliahan baik dijenjang Skripsi, tesis maupun disertasi. Kesulitan bertemu dengan dosen ini mungkin bagi mahasiswa dianggap biasa serta wajar dijalani serta mungkin saja ada pemikiran demikian “mau apa juga sih, biar ajalah kita nurut apa mau mereka biar cepat, biar ntar tulisannya baik dan lain sebagainya serta  biar cepat di ok-kan penulisanku sehingga bisa cepat tuntaskan perkuliahannya dan cari kerja”. Mencermati hal ini bisa jadi bila semua pribadi yang pernah mengalami akan hal seperti ini, mampu mengoreskan kisah-kisahnya dalam sebuah cerita pengalamannya saat menempuh penyusunan akhir perkuliahan, maka bukan tidak mungkin telah ada berjuta-juta kisah unik menarik telah dihasilkan tentang bagaimana  tindak-tanduk para dosen yang seharusnya bisa membantu membimbing para mahasiswanya agar lebih cepat menyelesaikan studi justru bertingkah tidak selayaknya seorang akademisi yakni justru memperlakukan semau gue dan mahasiswa benar-benar tak dianggap bagian darinya dengan dalih macam-macam seperti contoh biar mahasiswa berlatih kesabaran semua guna menutup aib para dosen yang mungkin takut dibeberkan hingga kini.
Saya belum punya waktu, lagi sibuk ada acara/kegiatan di sini/di sana besok saja kita bertemu. Saya lagi sibuk nanti saya kabarin lagi, sabar saya sementara membacanya  jika selesai akan saya kabarin kembali. Inilah kalimat-kalimat yang sering keluar dari bibir mulut para dosen yang terkadang oleh mahasiswa dianggap ibarat mengejar pertemuan dengan seorang dewa karena harus begitu sulit ditemui. Jika sudah bertemu terkadang tak ada kesempatan atau tak waktu, entah itu untuk sementara waktu atau waktu yang panjang sampai kapan atau kapan tak jelas. Membuat sebahagian besar mahasiswa harus bertindak sebagai pengemis atau manusia pasrah terima nasib atau pun manusia setengah gila akibat stress meladeni sikap dosen yang boleh kata kayak ingin bertemu seorang dewa.
Ekstern lingkup PT mungkin hingga kini menganggap bahwa ahh gampang dan enak-enak saja sih mahasiswa sekarang ini, anggapan seperti itu bisa saja dibenarkan dan juga bisa tidak dibenarkan, semua tergantung penilaian masing-masing, yang pasti jika mahasiswa telah berada pada tahap penulisan akhir maka jelaslah akan begitu pelik sehingga butuh kesabaran, ketekunan dan keseriusan ekstra mungkinnya dan bukan harus seenaknya, karena jika tidak demikian maka yang terjadi adalah akan terkatung-katunglah sudah nasib perkuliahan yang bersangkutan akibat menghadapi perpeloncoan dewa mereka (dosen) dengan tindakan yang terkadang boleh kata menghambat dalam bentuk mengulur-ngulur waktu dengan lebigh cenderung  mengutamakan kepentingan mereka yang lainnya ketimbang tugas pokok dan fungsi (Tupoksi)  mereka sebagai seorang dosen. Mengapa demikian yang terjadi karena terkadang para dewa ini di samping menjadi dosen mereka juga memiliki jam terbang tinggi di langit ketujuh juga mungkinnya ditempat lain. Lantas apakah hal seperti ini tidak bisa membuat stress mahasiswa sekaligus mencemarkan nama pendidikan akibat kurang eksis dan loyalnya para dewa bagi Tupoksinya, akibat cenderung kepada aktivitas luar tupoksi yang menurut mereka dewa dapat menambah pundi-pundi keluarga. Yang berbuntut mahasiswa dipeloncoin dan memanfaatkan berbagai dalih untuk menambah pundi-pundi air mata dan stress mahasiswa. Lantas apa semua ini tepat? Mungkin jika ada yang mengangga wajar ataupun tepat , boleh dibilang bahwa yang bersangkutan tak berhati mulia tapi berhati pahit atau empedu saja mungkinnya.
Dosen memang dianggap orang yang sangat dibutuhkan di kalangan perguruan tinggi bagi mahasiswa karena tanpa mereka mahasiswa tak berarti apa-apa tapi bukan lantas harus mengelabui mahasiswa dengan tindakan semau gue lantas mempeloncoin mahasiswanya dengan tindak-tanduk tak professional. Tetapi yang patut dicatat bahwa antara dosen dan mahasiswa masing-masing punya nilai kontribusi timbal balik yang erat sehingga jangan demikian semau gue bertindaklah bagi para dosen. Mengapa demikian karena adalah sesuatu yang tak dapat dipungkiri bahwa kehadiran mahasiswa  memberi nilai bagi dosen bersangkutan, demikian sebaliknya hadirnya dosen tersebut pun mampu memberi nilai bagi  mahasiswanya. Untuk itu yang diutamakan hanyalah ada hubungan timbal balik yang saling menguntungkan bukan harus lebih kepada  parasit mutualis sedangkan mahasiswa lantas harus jadi korban bulan-bulanan tak menentu arah dan tujuan sehingga mau dipermainkan kayak apa juga monggo.
Lebih lanjut mungkinnya jika dicermati, bukan tidak mungkin dari berbagai kenyataan di atas pun terungkap bahwa hal-hal seperti itu terindikasikan dosen adalah dewa bagi mahasiswanya, akibat sulitnya ditemui lantaran banyak di antara para dosen ini yang lalai akan tupoksinya dengan ngojek luar guna memperbanyak pundi-pundi keuangan masing-masing.
Bertolak dari berbagai kenyataan yang telah jelas tersebut mungkin merupakan suatu kebutuhan mendesak mungkinnya untuk sesegera mungkin harus ada peninjauan kembali kondisi tersebut di lapangan baik secara langsung mauupun tidak, baik kepada mahasiwa mungkinnya sehingga dapat mengetahui pasti benar, serta kondisi-kondisi sepertiini jika dibiarkan berlarut-larut tepat atau tidak dan lain sebagainya dalam parameter yang seseuai kebutuhan, sehingga kalau dapat aka nada regulasi bidang pendidikan khusus guna mendisplinkan kembali kinerja dosen secara optimal, memadai serta tepat sasaran. Agar mungkinnya mampu mengurangi berbagai penyimpangan para dewa terhadap Tupoksinya yang ujung-ujung terkadang mahasiswalah jadi tumbal dengan jadi bulan-bulanan dewa serta lama dalam menyelesaikan studi dan lain sebagainya. Akhirnya selamat berjuang kusampaikan bagi teman-temanku yang mungkinnya adalah mahasiswa/mahasiswi dariku yang prihatin akan nasibmu, dan titip pesan mari bersama bangkit, singsingkan lengan bajumu bersama hadirkan Indonesia baru yang bermartabat terutama bidang pendidikan baik dalam negeri maupun dunia Internasional. Thank’s for all “amankanlah pendidikan negeriku, bangkitkan dan jayakanlah pendidikan di negaraku”
Goresan Putera Timur Nusantara 27 Sept 2013.

 


Penulis(M.Rakib)Pekanbaru  Riau Indonesia. Barulah pada hari minggu  tanggal 24 Mei 2015 pertemuan ke 21, bisa mendapatkan tanda tangan dosen penyiksa(suka memplonco mahasiswanya, yang hampir stress.

Pekanbaru, kota bertuah,
Penderitaanku, begitu parah,
Program doktor, tempat penyiksa
Oknum dosen, sangat berkuasa.

Ada tulisan Putra Timur yang menarik, katanya begini:  Fakta tak terelakkan mungkinnya kalau dosen masa kini baik Dr maupun Prof saat ini terkadang sulit ditemui mahasiswanya terlebih bagi mahasiswa tahap akhir yang hendak menuntaskan tugas akhhir perkuliahan baik dijenjang Skripsi, tesis maupun disertasi. Kesulitan bertemu dengan dosen ini mungkin bagi mahasiswa dianggap biasa serta wajar dijalani serta mungkin saja ada pemikiran demikian “mau apa juga sih, biar ajalah kita nurut apa mau mereka biar cepat, biar ntar tulisannya baik dan lain sebagainya serta  biar cepat di ok-kan penulisanku sehingga bisa cepat tuntaskan perkuliahannya dan cari kerja”. Mencermati hal ini bisa jadi bila semua pribadi yang pernah mengalami akan hal seperti ini, mampu mengoreskan kisah-kisahnya dalam sebuah cerita pengalamannya saat menempuh penyusunan akhir perkuliahan, maka bukan tidak mungkin telah ada berjuta-juta kisah unik menarik telah dihasilkan tentang bagaimana  tindak-tanduk para dosen yang seharusnya bisa membantu membimbing para mahasiswanya agar lebih cepat menyelesaikan studi justru bertingkah tidak selayaknya seorang akademisi yakni justru memperlakukan semau gue dan mahasiswa benar-benar tak dianggap bagian darinya dengan dalih macam-macam seperti contoh biar mahasiswa berlatih kesabaran semua guna menutup aib para dosen yang mungkin takut dibeberkan hingga kini.
Saya belum punya waktu, lagi sibuk ada acara/kegiatan di sini/di sana besok saja kita bertemu. Saya lagi sibuk nanti saya kabarin lagi, sabar saya sementara membacanya  jika selesai akan saya kabarin kembali. Inilah kalimat-kalimat yang sering keluar dari bibir mulut para dosen yang terkadang oleh mahasiswa dianggap ibarat mengejar pertemuan dengan seorang dewa karena harus begitu sulit ditemui. Jika sudah bertemu terkadang tak ada kesempatan atau tak waktu, entah itu untuk sementara waktu atau waktu yang panjang sampai kapan atau kapan tak jelas. Membuat sebahagian besar mahasiswa harus bertindak sebagai pengemis atau manusia pasrah terima nasib atau pun manusia setengah gila akibat stress meladeni sikap dosen yang boleh kata kayak ingin bertemu seorang dewa.
Ekstern lingkup PT mungkin hingga kini menganggap bahwa ahh gampang dan enak-enak saja sih mahasiswa sekarang ini, anggapan seperti itu bisa saja dibenarkan dan juga bisa tidak dibenarkan, semua tergantung penilaian masing-masing, yang pasti jika mahasiswa telah berada pada tahap penulisan akhir maka jelaslah akan begitu pelik sehingga butuh kesabaran, ketekunan dan keseriusan ekstra mungkinnya dan bukan harus seenaknya, karena jika tidak demikian maka yang terjadi adalah akan terkatung-katunglah sudah nasib perkuliahan yang bersangkutan akibat menghadapi perpeloncoan dewa mereka (dosen) dengan tindakan yang terkadang boleh kata menghambat dalam bentuk mengulur-ngulur waktu dengan lebigh cenderung  mengutamakan kepentingan mereka yang lainnya ketimbang tugas pokok dan fungsi (Tupoksi)  mereka sebagai seorang dosen. Mengapa demikian yang terjadi karena terkadang para dewa ini di samping menjadi dosen mereka juga memiliki jam terbang tinggi di langit ketujuh juga mungkinnya ditempat lain. Lantas apakah hal seperti ini tidak bisa membuat stress mahasiswa sekaligus mencemarkan nama pendidikan akibat kurang eksis dan loyalnya para dewa bagi Tupoksinya, akibat cenderung kepada aktivitas luar tupoksi yang menurut mereka dewa dapat menambah pundi-pundi keluarga. Yang berbuntut mahasiswa dipeloncoin dan memanfaatkan berbagai dalih untuk menambah pundi-pundi air mata dan stress mahasiswa. Lantas apa semua ini tepat? Mungkin jika ada yang mengangga wajar ataupun tepat , boleh dibilang bahwa yang bersangkutan tak berhati mulia tapi berhati pahit atau empedu saja mungkinnya.
Dosen memang dianggap orang yang sangat dibutuhkan di kalangan perguruan tinggi bagi mahasiswa karena tanpa mereka mahasiswa tak berarti apa-apa tapi bukan lantas harus mengelabui mahasiswa dengan tindakan semau gue lantas mempeloncoin mahasiswanya dengan tindak-tanduk tak professional. Tetapi yang patut dicatat bahwa antara dosen dan mahasiswa masing-masing punya nilai kontribusi timbal balik yang erat sehingga jangan demikian semau gue bertindaklah bagi para dosen. Mengapa demikian karena adalah sesuatu yang tak dapat dipungkiri bahwa kehadiran mahasiswa  memberi nilai bagi dosen bersangkutan, demikian sebaliknya hadirnya dosen tersebut pun mampu memberi nilai bagi  mahasiswanya. Untuk itu yang diutamakan hanyalah ada hubungan timbal balik yang saling menguntungkan bukan harus lebih kepada  parasit mutualis sedangkan mahasiswa lantas harus jadi korban bulan-bulanan tak menentu arah dan tujuan sehingga mau dipermainkan kayak apa juga monggo.
Lebih lanjut mungkinnya jika dicermati, bukan tidak mungkin dari berbagai kenyataan di atas pun terungkap bahwa hal-hal seperti itu terindikasikan dosen adalah dewa bagi mahasiswanya, akibat sulitnya ditemui lantaran banyak di antara para dosen ini yang lalai akan tupoksinya dengan ngojek luar guna memperbanyak pundi-pundi keuangan masing-masing.
Bertolak dari berbagai kenyataan yang telah jelas tersebut mungkin merupakan suatu kebutuhan mendesak mungkinnya untuk sesegera mungkin harus ada peninjauan kembali kondisi tersebut di lapangan baik secara langsung mauupun tidak, baik kepada mahasiwa mungkinnya sehingga dapat mengetahui pasti benar, serta kondisi-kondisi sepertiini jika dibiarkan berlarut-larut tepat atau tidak dan lain sebagainya dalam parameter yang seseuai kebutuhan, sehingga kalau dapat aka nada regulasi bidang pendidikan khusus guna mendisplinkan kembali kinerja dosen secara optimal, memadai serta tepat sasaran. Agar mungkinnya mampu mengurangi berbagai penyimpangan para dewa terhadap Tupoksinya yang ujung-ujung terkadang mahasiswalah jadi tumbal dengan jadi bulan-bulanan dewa serta lama dalam menyelesaikan studi dan lain sebagainya. Akhirnya selamat berjuang kusampaikan bagi teman-temanku yang mungkinnya adalah mahasiswa/mahasiswi dariku yang prihatin akan nasibmu, dan titip pesan mari bersama bangkit, singsingkan lengan bajumu bersama hadirkan Indonesia baru yang bermartabat terutama bidang pendidikan baik dalam negeri maupun dunia Internasional. Thank’s for all “amankanlah pendidikan negeriku, bangkitkan dan jayakanlah pendidikan di negaraku”
Goresan Putera Timur Nusantara 27 Sept 2013.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook