DUA PULUH SATU KALI
MENEMUI DOSEN PENYIKSA
Pekanbaru Riau Indonesia. Penulis, M.Rakib SH,M.Ag, dari program doktor Ilmu Hukum Islam, sebagai mahasiswa S 3 yang tersulit di dunia untuk mendapatkan tanda tangan dosen penguji di Bangkinang, Pekanbaru Riau Indonesia. Barulah pada hari minggu tanggal 24 Mei 2015 pertemuan ke 21, bisa
mendapatkan tanda tangan dosen penyiksa(suka memplonco mahasiswanya, yang
hampir stress.
Pekanbaru,
kota bertuah,
Penderitaanku,
begitu parah,
Program
doktor, tempat penyiksa
Oknum
dosen, sangat berkuasa.
Ada tulisan Putra Timur yang
menarik, katanya begini: Fakta tak
terelakkan mungkinnya kalau dosen masa kini baik Dr maupun Prof saat ini
terkadang sulit ditemui mahasiswanya terlebih bagi mahasiswa tahap akhir yang
hendak menuntaskan tugas akhhir perkuliahan baik dijenjang Skripsi, tesis
maupun disertasi. Kesulitan bertemu dengan dosen ini mungkin bagi mahasiswa
dianggap biasa serta wajar dijalani serta mungkin saja ada pemikiran demikian “mau
apa juga sih, biar ajalah kita nurut apa mau mereka biar cepat, biar ntar
tulisannya baik dan lain sebagainya serta biar cepat di ok-kan
penulisanku sehingga bisa cepat tuntaskan perkuliahannya dan cari kerja”.
Mencermati hal ini bisa jadi bila semua pribadi yang pernah mengalami akan hal
seperti ini, mampu mengoreskan kisah-kisahnya dalam sebuah cerita pengalamannya
saat menempuh penyusunan akhir perkuliahan, maka bukan tidak mungkin telah ada
berjuta-juta kisah unik menarik telah dihasilkan tentang bagaimana
tindak-tanduk para dosen yang seharusnya bisa membantu membimbing para
mahasiswanya agar lebih cepat menyelesaikan studi justru bertingkah tidak
selayaknya seorang akademisi yakni justru memperlakukan semau gue dan mahasiswa
benar-benar tak dianggap bagian darinya dengan dalih macam-macam seperti contoh
biar mahasiswa berlatih kesabaran semua guna menutup aib para dosen yang
mungkin takut dibeberkan hingga kini.
Saya
belum punya waktu, lagi sibuk ada acara/kegiatan di sini/di sana besok saja
kita bertemu. Saya lagi sibuk nanti saya kabarin lagi, sabar saya sementara membacanya
jika selesai akan saya kabarin kembali. Inilah kalimat-kalimat yang
sering keluar dari bibir mulut para dosen yang terkadang oleh mahasiswa
dianggap ibarat mengejar pertemuan dengan seorang dewa karena harus begitu
sulit ditemui. Jika sudah bertemu terkadang tak ada kesempatan atau tak waktu,
entah itu untuk sementara waktu atau waktu yang panjang sampai kapan atau kapan
tak jelas. Membuat sebahagian besar mahasiswa harus bertindak sebagai pengemis
atau manusia pasrah terima nasib atau pun manusia setengah gila akibat stress
meladeni sikap dosen yang boleh kata kayak ingin bertemu seorang dewa.
Ekstern
lingkup PT mungkin hingga kini menganggap bahwa ahh gampang dan enak-enak saja
sih mahasiswa sekarang ini, anggapan seperti itu bisa saja dibenarkan dan juga
bisa tidak dibenarkan, semua tergantung penilaian masing-masing, yang pasti
jika mahasiswa telah berada pada tahap penulisan akhir maka jelaslah akan
begitu pelik sehingga butuh kesabaran, ketekunan dan keseriusan ekstra
mungkinnya dan bukan harus seenaknya, karena jika tidak demikian maka yang
terjadi adalah akan terkatung-katunglah sudah nasib perkuliahan yang
bersangkutan akibat menghadapi perpeloncoan dewa mereka (dosen) dengan tindakan
yang terkadang boleh kata menghambat dalam bentuk mengulur-ngulur waktu dengan
lebigh cenderung mengutamakan kepentingan mereka yang lainnya ketimbang
tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) mereka sebagai seorang dosen. Mengapa
demikian yang terjadi karena terkadang para dewa ini di samping menjadi dosen
mereka juga memiliki jam terbang tinggi di langit ketujuh juga mungkinnya
ditempat lain. Lantas apakah hal seperti ini tidak bisa membuat stress
mahasiswa sekaligus mencemarkan nama pendidikan akibat kurang eksis dan
loyalnya para dewa bagi Tupoksinya, akibat cenderung kepada aktivitas luar
tupoksi yang menurut mereka dewa dapat menambah pundi-pundi keluarga. Yang
berbuntut mahasiswa dipeloncoin dan memanfaatkan berbagai dalih untuk menambah
pundi-pundi air mata dan stress mahasiswa. Lantas apa semua ini tepat? Mungkin
jika ada yang mengangga wajar ataupun tepat , boleh dibilang bahwa yang
bersangkutan tak berhati mulia tapi berhati pahit atau empedu saja mungkinnya.
Dosen
memang dianggap orang yang sangat dibutuhkan di kalangan perguruan tinggi bagi
mahasiswa karena tanpa mereka mahasiswa tak berarti apa-apa tapi bukan lantas
harus mengelabui mahasiswa dengan tindakan semau gue lantas mempeloncoin
mahasiswanya dengan tindak-tanduk tak professional. Tetapi yang patut dicatat
bahwa antara dosen dan mahasiswa masing-masing punya nilai kontribusi timbal
balik yang erat sehingga jangan demikian semau gue bertindaklah bagi para
dosen. Mengapa demikian karena adalah sesuatu yang tak dapat dipungkiri bahwa
kehadiran mahasiswa memberi nilai bagi dosen bersangkutan, demikian sebaliknya
hadirnya dosen tersebut pun mampu memberi nilai bagi mahasiswanya. Untuk
itu yang diutamakan hanyalah ada hubungan timbal balik yang saling
menguntungkan bukan harus lebih kepada parasit mutualis sedangkan
mahasiswa lantas harus jadi korban bulan-bulanan tak menentu arah dan tujuan
sehingga mau dipermainkan kayak apa juga monggo.
Lebih
lanjut mungkinnya jika dicermati, bukan tidak mungkin dari berbagai kenyataan
di atas pun terungkap bahwa hal-hal seperti itu terindikasikan dosen adalah
dewa bagi mahasiswanya, akibat sulitnya ditemui lantaran banyak di antara para
dosen ini yang lalai akan tupoksinya dengan ngojek luar guna memperbanyak
pundi-pundi keuangan masing-masing.
Bertolak
dari berbagai kenyataan yang telah jelas tersebut mungkin merupakan suatu
kebutuhan mendesak mungkinnya untuk sesegera mungkin harus ada peninjauan
kembali kondisi tersebut di lapangan baik secara langsung mauupun tidak, baik
kepada mahasiwa mungkinnya sehingga dapat mengetahui pasti benar, serta
kondisi-kondisi sepertiini jika dibiarkan berlarut-larut tepat atau tidak dan
lain sebagainya dalam parameter yang seseuai kebutuhan, sehingga kalau dapat
aka nada regulasi bidang pendidikan khusus guna mendisplinkan kembali kinerja
dosen secara optimal, memadai serta tepat sasaran. Agar mungkinnya mampu
mengurangi berbagai penyimpangan para dewa terhadap Tupoksinya yang ujung-ujung
terkadang mahasiswalah jadi tumbal dengan jadi bulan-bulanan dewa serta lama
dalam menyelesaikan studi dan lain sebagainya. Akhirnya selamat berjuang kusampaikan
bagi teman-temanku yang mungkinnya adalah mahasiswa/mahasiswi dariku yang
prihatin akan nasibmu, dan titip pesan mari bersama bangkit, singsingkan lengan
bajumu bersama hadirkan Indonesia baru yang bermartabat terutama bidang
pendidikan baik dalam negeri maupun dunia Internasional. Thank’s for all
“amankanlah pendidikan negeriku, bangkitkan dan jayakanlah pendidikan di
negaraku”
Goresan
Putera Timur Nusantara 27 Sept 2013.
Penulis(M.Rakib)Pekanbaru Riau Indonesia. Barulah pada hari minggu tanggal 24 Mei 2015 pertemuan ke 21, bisa
mendapatkan tanda tangan dosen penyiksa(suka memplonco mahasiswanya, yang
hampir stress.
Pekanbaru,
kota bertuah,
Penderitaanku,
begitu parah,
Program
doktor, tempat penyiksa
Oknum
dosen, sangat berkuasa.
Ada tulisan Putra Timur yang
menarik, katanya begini: Fakta tak
terelakkan mungkinnya kalau dosen masa kini baik Dr maupun Prof saat ini
terkadang sulit ditemui mahasiswanya terlebih bagi mahasiswa tahap akhir yang
hendak menuntaskan tugas akhhir perkuliahan baik dijenjang Skripsi, tesis
maupun disertasi. Kesulitan bertemu dengan dosen ini mungkin bagi mahasiswa
dianggap biasa serta wajar dijalani serta mungkin saja ada pemikiran demikian “mau
apa juga sih, biar ajalah kita nurut apa mau mereka biar cepat, biar ntar
tulisannya baik dan lain sebagainya serta biar cepat di ok-kan
penulisanku sehingga bisa cepat tuntaskan perkuliahannya dan cari kerja”.
Mencermati hal ini bisa jadi bila semua pribadi yang pernah mengalami akan hal
seperti ini, mampu mengoreskan kisah-kisahnya dalam sebuah cerita pengalamannya
saat menempuh penyusunan akhir perkuliahan, maka bukan tidak mungkin telah ada
berjuta-juta kisah unik menarik telah dihasilkan tentang bagaimana
tindak-tanduk para dosen yang seharusnya bisa membantu membimbing para
mahasiswanya agar lebih cepat menyelesaikan studi justru bertingkah tidak
selayaknya seorang akademisi yakni justru memperlakukan semau gue dan mahasiswa
benar-benar tak dianggap bagian darinya dengan dalih macam-macam seperti contoh
biar mahasiswa berlatih kesabaran semua guna menutup aib para dosen yang
mungkin takut dibeberkan hingga kini.
Saya
belum punya waktu, lagi sibuk ada acara/kegiatan di sini/di sana besok saja
kita bertemu. Saya lagi sibuk nanti saya kabarin lagi, sabar saya sementara membacanya
jika selesai akan saya kabarin kembali. Inilah kalimat-kalimat yang
sering keluar dari bibir mulut para dosen yang terkadang oleh mahasiswa
dianggap ibarat mengejar pertemuan dengan seorang dewa karena harus begitu
sulit ditemui. Jika sudah bertemu terkadang tak ada kesempatan atau tak waktu,
entah itu untuk sementara waktu atau waktu yang panjang sampai kapan atau kapan
tak jelas. Membuat sebahagian besar mahasiswa harus bertindak sebagai pengemis
atau manusia pasrah terima nasib atau pun manusia setengah gila akibat stress
meladeni sikap dosen yang boleh kata kayak ingin bertemu seorang dewa.
Ekstern
lingkup PT mungkin hingga kini menganggap bahwa ahh gampang dan enak-enak saja
sih mahasiswa sekarang ini, anggapan seperti itu bisa saja dibenarkan dan juga
bisa tidak dibenarkan, semua tergantung penilaian masing-masing, yang pasti
jika mahasiswa telah berada pada tahap penulisan akhir maka jelaslah akan
begitu pelik sehingga butuh kesabaran, ketekunan dan keseriusan ekstra
mungkinnya dan bukan harus seenaknya, karena jika tidak demikian maka yang
terjadi adalah akan terkatung-katunglah sudah nasib perkuliahan yang
bersangkutan akibat menghadapi perpeloncoan dewa mereka (dosen) dengan tindakan
yang terkadang boleh kata menghambat dalam bentuk mengulur-ngulur waktu dengan
lebigh cenderung mengutamakan kepentingan mereka yang lainnya ketimbang
tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) mereka sebagai seorang dosen. Mengapa
demikian yang terjadi karena terkadang para dewa ini di samping menjadi dosen
mereka juga memiliki jam terbang tinggi di langit ketujuh juga mungkinnya
ditempat lain. Lantas apakah hal seperti ini tidak bisa membuat stress
mahasiswa sekaligus mencemarkan nama pendidikan akibat kurang eksis dan
loyalnya para dewa bagi Tupoksinya, akibat cenderung kepada aktivitas luar
tupoksi yang menurut mereka dewa dapat menambah pundi-pundi keluarga. Yang
berbuntut mahasiswa dipeloncoin dan memanfaatkan berbagai dalih untuk menambah
pundi-pundi air mata dan stress mahasiswa. Lantas apa semua ini tepat? Mungkin
jika ada yang mengangga wajar ataupun tepat , boleh dibilang bahwa yang
bersangkutan tak berhati mulia tapi berhati pahit atau empedu saja mungkinnya.
Dosen
memang dianggap orang yang sangat dibutuhkan di kalangan perguruan tinggi bagi
mahasiswa karena tanpa mereka mahasiswa tak berarti apa-apa tapi bukan lantas
harus mengelabui mahasiswa dengan tindakan semau gue lantas mempeloncoin
mahasiswanya dengan tindak-tanduk tak professional. Tetapi yang patut dicatat
bahwa antara dosen dan mahasiswa masing-masing punya nilai kontribusi timbal
balik yang erat sehingga jangan demikian semau gue bertindaklah bagi para
dosen. Mengapa demikian karena adalah sesuatu yang tak dapat dipungkiri bahwa
kehadiran mahasiswa memberi nilai bagi dosen bersangkutan, demikian sebaliknya
hadirnya dosen tersebut pun mampu memberi nilai bagi mahasiswanya. Untuk
itu yang diutamakan hanyalah ada hubungan timbal balik yang saling
menguntungkan bukan harus lebih kepada parasit mutualis sedangkan
mahasiswa lantas harus jadi korban bulan-bulanan tak menentu arah dan tujuan
sehingga mau dipermainkan kayak apa juga monggo.
Lebih
lanjut mungkinnya jika dicermati, bukan tidak mungkin dari berbagai kenyataan
di atas pun terungkap bahwa hal-hal seperti itu terindikasikan dosen adalah
dewa bagi mahasiswanya, akibat sulitnya ditemui lantaran banyak di antara para
dosen ini yang lalai akan tupoksinya dengan ngojek luar guna memperbanyak
pundi-pundi keuangan masing-masing.
Bertolak
dari berbagai kenyataan yang telah jelas tersebut mungkin merupakan suatu
kebutuhan mendesak mungkinnya untuk sesegera mungkin harus ada peninjauan
kembali kondisi tersebut di lapangan baik secara langsung mauupun tidak, baik
kepada mahasiwa mungkinnya sehingga dapat mengetahui pasti benar, serta
kondisi-kondisi sepertiini jika dibiarkan berlarut-larut tepat atau tidak dan
lain sebagainya dalam parameter yang seseuai kebutuhan, sehingga kalau dapat
aka nada regulasi bidang pendidikan khusus guna mendisplinkan kembali kinerja
dosen secara optimal, memadai serta tepat sasaran. Agar mungkinnya mampu
mengurangi berbagai penyimpangan para dewa terhadap Tupoksinya yang ujung-ujung
terkadang mahasiswalah jadi tumbal dengan jadi bulan-bulanan dewa serta lama
dalam menyelesaikan studi dan lain sebagainya. Akhirnya selamat berjuang kusampaikan
bagi teman-temanku yang mungkinnya adalah mahasiswa/mahasiswi dariku yang
prihatin akan nasibmu, dan titip pesan mari bersama bangkit, singsingkan lengan
bajumu bersama hadirkan Indonesia baru yang bermartabat terutama bidang
pendidikan baik dalam negeri maupun dunia Internasional. Thank’s for all
“amankanlah pendidikan negeriku, bangkitkan dan jayakanlah pendidikan di
negaraku”
Goresan
Putera Timur Nusantara 27 Sept 2013.
No comments:
Post a Comment