Monday, January 27, 2014

Menghidupkan Semangat Pendidikan Islam.........Drs.Mhd.Rakib,S.H.,M.Ag



Menghidupkan Semangat Pendidikan Islam

BUDAYA DAN ADAT
YANG BERTENTANGAN  DENGAN AQIDAH DALAM ISLAM
OLEH  
Drs.Mhd.Rakib,S.H.,M.Ag
Widyaiswara LPMP Riau di Pekanbaru
Kisah Nyata
Mayat di Atas Kubah Masjid

Terakhir ada seorang manusia yang memanjat kubah hijau Masjid Nabawi untuk dihancurkan, lalu disambar petir secara tiba-tiba dan mati. Mayatnya melekat pada kubah hijau tersebut dan tidak dapat diturunkan sampai sekarang. Syekh Zubaidy, ahli sejarah Madinah menceritakan ada seorang soleh di kota Madinah bermimpi, dan terdengar suara yang mengatakan “Tidak ada satu orang pun yang dapat menurunkan mayat tersebut, agar orang yang belakangan hari dapat mengambil, i’tibar”.

Hingga sekarang mayat tersebut masih ada dan dapat disaksikan langsung dengan mata kepala. Bagi yang tidak dapat berkunjung ke sana dapat mengakses internet google “Ada Mayat di atas Kubah Masjid Nabawi”.


Adat dan budaya para khalifah waktu itu membolehkan membuat Qubbatul Khadhra’ (kubah hijau)  dibangun di atas kubur Nabi.SAW, yang terlihat megah di Masjid Nabawi berfungsi menaungi kuburan jasad Rasul Saw yang mulia didampingi kedua sahabatnya sekaligus mertuanya yaitu Abu Bakar Siddiq ra, dan Umar bin Khattab ra. Tempat tersebut dahulunya adalah rumah baginda Rasul Saw karena setiap Rasul yang diutus oleh Allah Swt dikuburkan di mana dia wafat. Sebagaimana sabda Nabi Saw: Tidak dicabut nyawa seorang Nabi pun melainkan dikebumikan di mana dia wafat. (HR. Ibnu Majah)

Sejarah bercerita, ketika Nabi sampai di Madinah, pertama sekali dikerjakan Nabi Saw adalah membangun Masjid Nabawi dengan membeli tanah seharga 10 dinar kepunyaan dua orang anak yatim Sahl dan Suhail berukuran 3 x 30 m.

Bangunan yang sederhana itu hanya berdindingkan tanah yang dikeringkan, bertiangkan pohon kurma dan beratapkan pelepah kurma. Sebelah Timur bangunan Masjid Nabawi dibangun rumah Nabi Saw, dan sebelah Barat dibangun ruangan untuk orang-orang miskin dari kaum Muhajirin yang pada akhirnya tempat itu dikenal dengan tempat ahli Suffah (karena mereka tidur berbantalkan pelana kuda).

Baru pada tahun ke-7 H, Nabi mengadakan perluasan Masjid Nabawi ke arah Timur, Barat, dan Utara sehingga berbentuk bujursangkar 45 x 45 m dengan luas mencapai 2.025 m2 dan program jangka panjang untuk memperluas Masjid Nabawi seperti yang kita lihat sekarang ini diisyaratkan oleh Nabi Saw dengan sabdanya menjelang wafat: “Selayaknya kita memperluas masjid ini”.

Hingga pada tahun ke-17 H, Amirul Mukminin Umar bin Khattab khalifah kedua, memperluas ke arah Selatan dan Barat masing-masing 5 m dan ke Utara 15 m, dan dilanjutkan oleh Usman bin Affan khalifah ketiga memperluas ke arah Selatan, Utara dan Barat masing-masing 5 m pada tahun ke-29 H.

Akhirnya pada masa Khalifah Bani Umayyah Al-Walid bin Abdul Malik pada tahun 88 H, memperluas ke semua sisi Masjid Nabawi termasuk ke arah Timur (rumah Nabi) dan kamar-kamar isteri Nabi (hujurat) sehingga makam Nabi Muhammad Saw, Abu Bakar Siddiq, dan Umar bin Khattab termasuk bagian dari masjid dan berada di dalam masjid yang sebelumnya terpisah dari masjid.

Inilah yang menjadi pembahasan para ulama dan fukaha di dalam Fikih Islam, yaitu mendirikan bagunan seperti rumah kubah, madrasah, dan masjid di atas kuburan. Karena Nabi Saw bersabda : Allah mengutuk umat Yahudi dan Nasrani yang membuat kuburan para nabi mereka menjadi masjid-masjid (tempat peribadatan). (HR. Bukhari Muslim)

Hadis di atas dipahami oleh sebagian ulama terutama di kalangan pengikut Syekh Muhammad bin Abdul Wahab (Th. 1115 H/ 1703 M di Masjid Saudi Arabia, dan aliran ini disebut oleh para rivalnya sebagai aliran Wahabiyah, dan di Indonesia dengan aliran Salafi). Secara umum, tidak boleh melakukan kegiatan ibadah di atas kuburan, berdoa menghadap kuburan, dan membangun kubah di atas kuburan.

Terakhir ada seorang manusia yang memanjat kubah hijau Masjid Nabawi untuk dihancurkan, lalu disambar petir secara tiba-tiba dan mati. Mayatnya melekat pada kubah hijau tersebut dan tidak dapat diturunkan sampai sekarang. Syekh Zubaidy, ahli sejarah Madinah menceritakan ada seorang soleh di kota Madinah bermimpi, dan terdengar suara yang mengatakan “Tidak ada satu orang pun yang dapat menurunkan mayat tersebut, agar orang yang belakangan hari dapat mengambil, i’tibar”.

Hingga sekarang mayat tersebut masih ada dan dapat disaksikan langsung dengan mata kepala. Bagi yang tidak dapat berkunjung ke sana dapat mengakses internet google “Ada Mayat di atas Kubah Masjid Nabawi”.

Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini, terlepas dari kebenarannya, bahwa kembali kepada Tauhid yang murni seperti zaman Rasul Saw adalah tujuan dari dakwah Islam dan misi para Rasul dan umat Islam mesti menerimanya, jika tidak ingin menjadi orang musyrik. Akan tetapi pemeliharaan nilai sejarah dan para pelaku sejarah juga penting, karena Allah berfirman : Sungguh di dalam sejarah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal. (QS. Yusuf : 111).

sumber : http://palingseru.com/4500/misteri-mayat-di-atas-kubah-masjid-nabawi


A. PENGERTIAN

Aqidah Secara Etimologi
Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang diyakinioleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenaran terhadap sesuatu.

Aqidah Secara Syara’
Yaitu beriman kepada Allah, para MalaikatNya, kitab-kitabNya, para Rasulnya, dankepada hari Akhir serta kepada qadar baik yang baik maupun yang buruk (rukun iman).Dalilnya adalah

QS. Al Kahfi: 110

QS Az Zumar: 65

QS. Az Zumar: 2-3

QS. An Nahl: 36

QS. Al A’raf: 59,65,73, 85
(Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al Fauzan)

Aqidah secara terminologi
Menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy, Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapatditerima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarakan akal, wahyu dan fitrah.Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dankeberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengankebenaran itu
(Kuliah Aqidah Islam, Dr. Yunahar Ilyas, M.Ag., Lc.)

B. SUMBER-SUMBER AQIDAH YANG BENAR DAN MANHAJ SALAF DALAMMENGAMBIL AQIDAH

Aqidah adalah tauqifiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syar’i, tidak ada medan ijtihad dan berpendapat di dalamnya. Karena itulah sumber-sumbernyaterbatas kepada apa yang ada di dalam al-Quran dan as-Sunnah. Sebab tidak seorangpunyang lebih mengetahui tentang Allah, tentang apa-apa yang wajib bagiNya dan apa yangharus disucikan dariNya melainkan Allah sendiri. Dan tidak ada seorangpun sesudahAllah yang mengetahui tentang Allah selain Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam. Olehkarena itu manhaj as-Salafush Shalih dan para pengikutnya dalam mengambil aqidahterbatas pada al-Quran dan as-Sunnah (Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih bin Fauzan binAbdullah al Fauzan).

C. ISTILAH-ISTILAH LAIN TENTANG AQIDAH

Iman,
yaitu: sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dandiamalkan dengan anggota tubuh.

Tauhid,
artinya: mengesakan Allah (Tauhidullah).

Ushuluddin,
artinya: pokok-pokok agama

Fiqh Akbar,
artinya: fiqh besar. Istilah ini muncul berdasarkan pemahaman bahwa tafaqquh fiddin yang diperintahkan Allah dalam surat At-Taubah ayat 122, bukan hanya masalah fiqih, tentu dan lebih utama masalah aqidah. Dikatakah fiqhakbar, adalah untuk membedakannya dengan fiqh dalam masalah hukum.
(Kuliah Aqidah Islam, Dr. Yunahar Ilyas, M.Ag., Lc.)
D. BEBERAPA KAIDAH AQIDAH


Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakini adanya, kecuali bila akalsaya mengatakan ”tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu.

Keyakinan, di samping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bisamelalui berita yang diyakini kejujuran si-pembawa berita.

Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena anda tidak bisamenjangkaunya dengan indera mata.

Seseorang hanya bisa mengkhayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau olehinderanya.

Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dalam ruang dan waktu.

Iman adalah fitrah setiap manusia.

Kepuasan materiil di dunia sangat terbatas

Keyakinan pada hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentangadanya Allah.(Kuliah Aqidah Islam, Dr. Yunahar Ilyas, M.Ag., Lc.)

E. PENYIMPANGAN AQIDAH DAN CARA-CARA PENANGGULANGANNNYA
Sebab-Sebab Penyimpangan dari Aqidah Shahiha
h, yaitu:
1. Kebodohan terhadap aqidah shahihah
, karena tidak mau mempelajari danmengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian terhadapnya. Sehingga tumbuhgenerasi yang tidak mengenal aqidah shahihah dan juga tidak mengetahui lawan ataukebalikannya. Akibatnya, mereka menyakini yang haq sebagai sesuatu yang batil danyang batil dianggap sebagai yang haq. Sebagaimana yang dikatakan oleh Umar binKhatab radliyallahu ’anhu : ” Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demisatu manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenalkejahiliyahan”.
2. Ta’ashshub (fanatik)
kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya,sekalipun hal itu batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekalipun hal itu benar. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 170, yang artinya:”Dan apabila dikatakan kepada mereka, ’ikutilah apa yang telah diturunkan Allah ’,mereka menjawab, ’(tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari(perbuatan) nenek moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga ), walaupunnenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”

3. Taqlid Buta
Dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa megetahui dalilnyadan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya.
4. Ghuluw (berlebihan)
Dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atasderajat yang semestinya, sehingga menyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak mampudilakukan kecuali oleh Allah, baik berupa mendatangkan kemanfaatan maupun meolak kemudharatan. Juga menjadikan para wali itu perantara antara Allah dan makhlukNya,sehingga sampai pada tingkat penyembahan para wali tersebut dan bukan menyembahAllah.
5. Ghaflah (lalai)
Terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat-ayatkauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam kitabNya (ayat-ayat Qura’niyah). Disamping itu, juga terbuai dengan hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata, sehingga mereka mengagung-agungkan manusia dan menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan manusia semata. Pada umumnya rumah tangga sekarang ini kosong dari pengarahan yang benar menurut Islam.
7. Enggannya media pendidikan dan media informasi melaksanakan tugasnya
.Kurikulum pendidikan kebanyakan tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan agama Islam, bahkan ada yang tidak peduli sama sekali. Sedangkan mediainformasi, baik cetak maupun elektronik berubah menjadi sarana penghancur dan perusak, atau paling tidak hanya memfokuskan pada hal-hal yang bersifat meteri danhiburan semata. Tidak memperhatikan hal-hal yang dapat meluruskan moral danmenanamkan aqidah serta menangkis aliran-aliran sesat.

Cara-cara penanggulangan penyimpangan aqidah adalah dengan

:1. Kembali pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam untuk mengambil aqidah shahihah. Sebagaimana para Salafush Shalih mengambil aqidahmereka dari keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali apa yangtelah memperbaiki umat terdahulunya. Juga dengan mengkaji aqidah golongan yang sesatdan mengenal syubuhat-syubuhat mereka untuk kita bantah dan kita waspadai, karenasiapa yang tidak mngenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke dalamnya.2. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai jenjang pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketatdalam menyajikan materi ini.3. Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelajaran. Sedangkankitab-kitab kelompok penyeleweng harus dijauhkan.4. Menyebar para da’i yang meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidahsalaf serta menjawab dan menolak seluruh aqidah batil.
(Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al Fauzan)
Aqidah atau keimanan adalah suatu keyakinan seseorang yang diwujudkandengan membenarkan dengan hati kita sendiri, menyatakan dengan lisan danmembuktikannya dengan seluruh amal perbuatan. Orang yang benar-benar beriman itu,terkandung di dalam
Qs.AL-Hujurat ayat 15

yang artinya :

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yangberiman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu danmereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, Mereka itulahorang-orang yang benar ”.
Orang beriman wajib juga percaya kepada AL-Quran, Malaikat, Hari akhir, qodlodan qodar. Karena semua itu merupakan perangkat dalam seting kehidupan.Orang beriman seharusnya menyadari bahwa didalam berperilaku senantiasadihadapkan kepada keuntungan atau kerugian, secara lahir dan batin, yang berakibatkeuntungan lahiriah (materi) dan batiniah (pahala), maka setiap orang yang berimanadalah orang yang memiliki komitmen dan tekat yang bulat (commitment anddetermination), untuk memperoleh keberuntungan dari pencipta kehidupan,yakni Allahdan untuk itu Allah menjamin sebagaimana ketetapannya dalam
Qs-AL Muminuun [23]ayat 1

, yang artinya :
“ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman ”
Allah menetapkan sungguh beruntung orang-orang yang beriman, karena ituorang beriman selalu optimis sebabnya selalu akan memperoleh keberuntungan, ketikamendapat musibah ia bersabar karena yakin bahwa musibah adalah rencana Allah untuk meningkatkan derajatnya atau merupakan peringatan untuk perbaikan dirinya.Dalam AL-Quran Surat at-Tahrim ayat 6,diJelaskan bahwa orang yang berimandiperintahkan untuk : “ Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ”. Ayat inimenekankan orang yang beriman untuk menimpa berupa harta dan pahala.Orang beriman senantiasanya mengembangkan sikap “
tolerance for risk,ambiguity, and uncertainty

”, karena ia mempunyai penjamin kulitas (quality assurance)sandaran keyakinan yang tidak mungkin dapat disaingi oleh siapapun, ia merasa aman bersamanya. Orang beriman selalu rindu, cinta, senang bersama Allah, ia selalu melatihdiri untuk membesarkannya dengan shalat yang khusuk, tahajud di dua pertiga malammerupakan target mencapai “
maqomam mahmuda
” tempat yang terpuji.Untuk memelihara diri dan keluarga serta untuk memudahkan meringankankehidupan,islammemiliki syariat atau jalan hidup diantaranya adalah menegakan shalat.Rassulullaah menyatakan bahwa shalat itu adalah tiang agama, maka barang siapa yangmenegakkannya ia menegakkan agama, barang siapa yang meninggalkannya iameruntuhkan agama. Dalam sabda yang lain Rasullullah SAW juga menyatakan bataskeimanan seseorang dengan kekafirannya adalah meninggalkan shalat. Dalam kehidupandunia, shalat merupakan penentu, yakni orang yang dapat shalat dengan khusuk,tawadlu,dalam membesarkan Allah selama melaksanakan shalat, maka makna shalatyakni Ingat kepada Allah dan membesarkannya akan selalu tegak dalam kehidupansehari-hari setiap saat dalam berbagai kondisi dan situasi, sehingga mencapai apa yangdiharapkan Allah yakni terkandung dalam
Q.S. Ali Imran [3] ayat 191

, yang artinya :

“orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadanberbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi : “YaTuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,maka peliharalah kami dari siksa neraka”
.
F. AQIDAH ISLAMIYAH
Aqidah Islamiyah adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, kepada qadla dan qadar baik-buruk keduanya dari Allah.Sedangkan makna iman itu sendiri adalah pembenaran yang bersifat pasti (tashdiiqul jazm), yang sesuai dengan kenyataan, yang muncul dari adanya dalil/bukti. Bersifat pastiartinya seratus persen kebenaran/keyakinannya tanpa ada keraguan sedikitpun. Sesuaidengan fakta artinya hal yang diimani tersebut memang benar adanya dan sesuai denganfakta, bukan diada-adakan (mis. keberadaan Allah, kebenaran Quran, wujud malaikatdll). Muncul dari suatu dalil artinya keimanan tersebut memiliki hujjah/dalil tertentu,tanpa dalil sebenarnya tidak akan ada pembenaran yang bersifat pasti .Suatu dalil untuk masalah iman, ada kalanya bersifat aqli dan atau naqli, tergantung perkara yang diimani.
Jika perkara itu masih dalam jangkauan panca indra/aqal, makadalil keimanannya bersifat aqli, tetapi jika tidak (yaitu di luar jangkauan panca indra),maka ia didasarkan pada dalil naqli. Hanya saja perlu diingat bahwa penentuan sumber suatu dalil naqli juga ditetapkan dengan jalan aqli. Artinya, penentuan sumber dalil naqlitersebut dilakukan melalui penyelidikan untuk menentukan mana yang boleh dan manayang tidak boleh dijadikan sebagai sumber dalil naqli. Oleh karena itu, semua daliltentang aqidah pada dasarnya disandarkan pada metode aqliyah. Dalam hal ini, ImamSyafi’i berkata:“Ketahuilah bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf adalah berfikir dan mencari dalil untuk ma’rifat kepada Allah Ta’ala. Arti berfikir adalahmelakukan penalaran dan perenungan kalbu dalam kondisi orang yang berfikir tersebutdituntut untuk ma’rifat kepada Allah. Dengan cara seperti itu, ia bisa sampai kepadama’rifat terhadap hal-hal yang ghaib dari pengamatannya dengan indra dan inimerupakan suatu keharusan. Hal ini seperti merupakan suatu kewajiban dalam bidangushuluddin.” (Lihat Fiqhul Akbar, Imam Syafi’i hal. 16)
G. TUJUAN AQIDAH DALAM ISLAM
Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang teguh, yaitu :1. Untuk mengihlaskan niat dan ibadah kepada AllahI semata. Karena Dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu bagiNya, maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkanhanya kepadaNya.2. Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dariakidah. Karena orang yang hatinya kosong dari akidah ini, adakalanya kosong hatinyadari setiap akidah serta menyembah materi yang dapat di indera saja dan adakalanyaterjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat.3. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang dalam pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan orang mukmin dengan Penciptanya lalurela bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur, Hakim yang membuat tasyri’. Oleh karenaitu hatinya menerima takdir-Nya, dadanya lapang untuk menyerah lalu tidak mencari pengganti yang lain.4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allahdan bermuamalah dengan orang lain. Karena diantara dasar akidah ini adalah mengimani para Rasul, dengan mengikuti jalan mereka yang lurus dalam tujuan dan perbuatan.5. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan kesempatan beramal baik, kecuali digunakannya dengan mengharap pahala. Serta tidak melihattempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari siksa. Karena diantara dasar akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan terhadap seluruh perbuatan.”Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan yangdikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. AlAn’am : 132).
 Nabi Muhammad SAW juga menghimbau untuk tujuan ini dalam sabdanya :”Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orangmukmin yang lemah. Dan pada masing-masing terdapat kebaikan. Bersemangatlahterhadap sesuatu yang berguna bagimu serta mohonlah pertolongan dari Allah dan janganlah lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu, maka jaganlah engkau katakan :seandainya aku kerjakan begini dan begitu. Akan tetapi katakanlah : itu takdir Allah danapa yang Dia kehendaki dia lakukan. Sesungguhnya mengada-ada itu membuka perbuatan setan.” ( HR. Muslim)6. Menciptakan umat yang kuat yang mengerahkan segala yang mahal maupun yangmurah untuk menegakkan agamanya serta memperkuat tiang penyanggahnya tanpa peduli apa yang akan terjadi untuk menempuh jalan itu.”Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepadaAllah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan hartadan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang –rang yang benar.” (QS. AlHujurat : 15),
7. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki individu-individu maupunkelompok-kelompok serta meraih pahala dan kemuliaan.”Barangsiapa yang mengerjakan amal baik, baik lelaki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang paling baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl 97)Inilah sebagian dari tujuan akidah Islam, Kami mengharap agar Allah merealisasikannyakepada Kami dan seluruh umat Islam.[Prinsip Dasar Keimanan Karya Syaikh Muhammad Sholih al Utsaimin rahimahulloh]

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook