Tuesday, January 21, 2014

SYAIR DAN PANTUN REMUNERASI Drs.H.M.RAKIB, S.H., M.Ag...LPMP. Riau di Pekanbaru. 22-Januari, 2014



PANTUN  REMUNERASI

Drs.H.M.RAKIB, S.H., M.Ag
LPMP. Riau  di Pekanbaru. 22-Januari, 2014

Sejak terasi, tahan  disimpan
    Di Sukaramai,  mudah didapat.
      Sejak remunerasi,  diluncurkan,
         Disiplin pegawai,  jadi meningkat.

        Jika ada kecemburuan antar kementrian, sehingga remunerasi perlu dipertimbangkan lagi. Ini sungguh bodoh., kata salah seorang penulis di Kompas..Katanya,  kayak tukang bengkel amatir, ketika ada masalah di mesin, dia bilang spionnya harus diganti. Orang Minang bilang, awak tak pandai menari, lantai dikatakan terjungkit. Buruk rupa cermin dibelah. Itulah yang terjadi. Bukan remunerasinya yang harus dipertimbangkan ulang, tapi kementrian yang belum melaksanakan remunerasi itu yang perlu dipertanyakan. Tidak mampu? tidak mau? Kalau tidak mampu, ganti menterinya, cari yang mampu. Kalau tidak mau, ya sudah, ini Insubordinasi, ga usah lama-lama, langsung copot saja.

        Ada pula yang meributkan soal dana, wah.. berapa triliun harus nambah APBN untuk anggaran pegawai? Ini lagi-lagi pertanyaan orang bodoh, dan/atau orang malas, dan cengeng!. Ga mampu mikir, ga mau berpikir, malas berusaha, atau ga mau kehilangan sumber sabetan. Terlalu lama berada di comfort zone. Indonesia ini terlalu besar untuk mengeluh soal anggaran.Sekarang, ada pula kasus Gayus, yang gajinya udah 12 juta, tapi korupsi gila-gilaan. Apakah ini bukti tidak ada gunanya remunerasi? Sama sekali tidak. Ini adalah indikasi bahwa persyaratan pemberantasan korupsi belum terpenuhi secara utuh. Sistem belum menutup, moral masih nol.

        Analoginya, untuk mengamankan rumah, kita perlu pengamanan paripurna, ketat dan kuat, salah satunya pintu. Ketika maling masuk, bukan pintu yang harus disalahkan. Tidak pada tempatnya dikatakan “apa gunanya pintu, toh maling tetap bisa masuk”. Tapi diingat, jika pintu tidak ada, maka maling jauh lebih mudah masuk. Bahkan, pintu yang terbuka, sama artinya memancing maling datang.

         Gaji yang cukup, sistem yang kuat, dan moral yang terpuji. Sebetulnya, hanya dua faktor, sistem dan moral. Remunerasi sendiri adalah bagian dari sistem. Salah kaprah untuk mengatakan “bukan remunerasi yang penting, tapi sistem yang harus diperbaiki”. Salah satu komponen perbaikan sistem, adalah penerapan remunerasi. Jadi sudah dilakukan itu yang namanya perbaikan sistem, tapi masih sangat dini, masih jauh dari penyelesaian. Baru tahap-tahap awal. Sekian persen, gitu lah kira kira.
          Sistem, per definisi, A group of interacting, interrelated, or interdependent elements forming a complex whole. Jadi satu sama lain harus dijahit. Perlu rancangan, kemudian pelaksanaannya. Dan karena menyangkut banyak unsur / elemen yang satu sama lain berinteraksi, perlu penataan agar efektif. Ada yang merancang, ada yang melaksanakan, ada yang memastikan semua pihak yang terlibat melaksanakan, dan pelaksanaan berjalan sesuai rancangan. Yang terakhir ini, yang berperan memastikan, namanya pemimpin. Nah, di situ masalah negara kita yang besar dan kaya ini.


Dua  tiga,  musim berganti.
Tumbuhnya padi,  di ujung desa.
Tegaknya disiplin, pegawai negeri,
Gajinya halal,  negara sentosa.
                              
           Nenek gegasi, tangkap merpati,
        Merpati diberi, umpan  beras.
     Remunerasi, sangat berarti,
Jika diiringi, kerja keras.



No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook