Friday, January 24, 2014

Jauhi humor porno.., terutama bagi guru=guru yang akan berhadapan dengan anak remaja.


PORNOGRAFI OLEH WIDYAISWARA
DIGUNAKAN UNTUK BERSANDIWARA
MELANGGAR MORAL, TIDAK TERASA
BERBUAT KAMSIAT, DIBENCI ALLAH.

         (Drs.H.M.Rakib, S.H.,M.Ag)



Jauhi humor porno.., terutama bagi guru=guru yang akan berhadapan dengan anak remaja. Beberapa faktor yang dapat menurunkan moral di kalangan para remaja.
  1. Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga.
Orang tua  dan guru, adalah tokoh percontohan oleh anak-anak termasuk didalam aspek kehidupan sehari-hari tetapi didalam soal keagamaan hal itu seakan-akan terabaikan. Sehingga akan lahir generasi baru yang bertindak tidak sesuai ajaran agama dan bersikap materialistik.
  1. Pengaruh lingkungan yang tidak baik. Kebanyakan remaja yang tinggal di kota besar menjalankan kehidupan yang individualistik dan materialistik. Sehingga kadang kala didalam mengejar kemewahan tersebut mereka sanggup berbuat apa saja tanpa menghiraukan hal itu bertentangan dengan agama atau tidak, baik atau buruk.
  2. Tekanan psikologi yang dialami remaja. Beberapa remaja mengalami tekanan psikologi ketika di rumah diakibatkan adanya perceraian atau pertengkaran orang tua yang menyebabkan si anak tidak betah di rumah dan menyebabkan dia mencari pelampiasan.
  3. Gagal dalam studi/pendidikan. Remaja yang gagal dalam pendidikan atau tidak mendapat pendidikan, mempunyai waktu senggang yang banyak, jika waktu itu tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, bisa menjadi hal yang buruk ketika dia berkenalan dengan hal-hal yang tidak baik untuk mengisi kekosongan waktunya.
  4. Peranan Media Massa. Remaja adalah kelompok atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena remaja sedang mencari identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru atau mencontoh apa yang dia lihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya kekerasan, dan sebagainya.
  5. Perkembangan teknologi modern. Dengan perkembangan teknologi modern saat ini seperti mengakses informasi dengan cepat, mudah dan tanpa batas juga memudahkan remaja untuk mendapatkan hiburan yang tidak sesuai dengan mereka.
Tinjauan Teori Moral mengenai Pengaruh Video Porno Terhadap Perkembangan Moral Remaja
Melihat gencarnya media masa dalam menampilkan tayangan video porno ariel dan cut tari dan respon masyarakat yang sedemikian luar biasa,  seolah-olah Ariel Peterpan dan lahan-lahan tidur garapannya itulah sumber utama masalah moralitas di negara ini, seolah-olah Ariel-lah sosok yang paling bersalah dalam permasalahan moralitas generasi muda di negara ini, seolah-olah gara-gara Ariel lah moralitas anak muda negeri ini yang sebelumnya begitu putih dan suci menjadi terkontaminasi.

Jika masyarakat mau jujur dan sedikit membuka mata, mereka akan menyaksikan sendiri jauh sebelum video Ariel ini beredar moralitas generasi muda di negara ini (dilihat dari perilaku seksual) kalau itu dikaitkan dengan standar moralitas baku yang berlaku dalam agama yang dipahami dengan penafsiran standar  sebenarnya moralitas orang Indonesia ini sudah rusak sejak lama.
Sebelum Ariel, Cut Tari dan Luna Maya lahir pun dulu sudah marak cerita tentang mahasiswa yang hobi kumpul kebo di Jogja. Mahasiswa-mahasiswa yang kos di Banda Aceh juga sudah sejak lama terbiasa dengan kehidupan seksual yang bebas seperti ini. Soal video juga demikian, sejak VCD dan Internet belum ada, orang-orang di negara ini sudah begitu terbiasa dengan video semacam itu.
Di Banda Aceh misalnya, di tahun 80-an dan 90-an, sudah jadi rahasia umum kalau warung-warung kopi di rel (sebutan untuk bekas stasiun kereta api) yang terletak tepat berhadapan dengan Mesjid Raya Baiturrahman, biasa memutar film-film penggugah syahwat semacam ini untuk menarik pelanggannya. Di Lhokseumawe juga ada beberapa warung kopi yang biasa memutar film yang sama.
Jadi masalah moralitas semacam ini sebenarnya adalah masalah lama yang orang-orang pura-pura tidak tau saja, lalu bergaya sok kaget waktu terjadi kejadian seperti yang dialami Ariel, Cut Tari dan Luna Maya. Ketika teknologi semakin canggih, google demikian mudah membimbing orang yang berniat menonton adegan seperti itu untuk mendapatkan yang diinginkan, orang-orang di negeri ini pun jadi akrab dengan video semacam itu dengan pemeran utama dari dalam dan luar negeri, salah satu yang paling fenomenal adalah fenomena Miyabi alias Maria Ozawa. Yang menarik, kasus Ariel dan lahan tidur garapannya ini kemudian membangkitkan kembali semangat para pendukung  UU Anti Pornografi dan Pornoaksi untuk memaksa diberlakukannya undang-undang tersebut (Win Wan Nur , Ariel, Luna, Cut Tari dan Urgensi UU Pornografi)

Ditinjau dari sudut pandang teori moral, Video porno yang dilakukan ariel dan cut tari mempunyai dampak tidak langsung bagi perkembangan moral remaja. Pada tingkat pra konvensional tahap 2 yaitu  orientasi relativis-instrumental, ukuran baik buruk bagi remaja didasarkan pada pengetahuan yang ia peroleh mengenai baik dan buruk. Mereka mulai mempertanyakan sebab akibat. Pada tahap ini  remaja akan cenderung memaknai simbo-simbol dan keteladanan dari figur yang menarik bagi remaja.
Dengan kemajuan teknologi internet, video porno yang saat ini sedang hangat-hangatnya dibicarakan sangat mudah untuk diakses, khususnya oleh kaum remaja yang memang sedang getol-getolnya berkubang di dalam dunia maya. Mungkin bagi mereka yang sudah menikah, kasus video porno ini dianggap hal yang biasa, tidak ada apa-apanya atau terlalu dibesar-besarkan. Tetapi, bagi para remaja yang baru berusia belasan tahun yang masih dalam proses mencari jati diri, hal ini bisa memberikan efek dan pengaruh yang sangat dalam dan berkesan, apalagi kalau pemainnya benar-benar adalah public figure yang menjadi role model bagi mereka. Apakah ada perbedaan? Sudah jelas sangat berbeda. Kalau pelajar SMP/SMA/mahasiswa yang buat video “esek-esek”, orang tidak terlalu peduli. Paling dikatakan,”ah, itu anak yang tidak benar.” Dan tidak banyak orang yang akan meniru ataupun mencontoh perbuatan itu. Sebaliknya, kalau tokoh dalam video porno adalah artis ataupun pemain band yang menjadi idola dan trend setter, tentu pengaruhnya akan sangat besar bagi remaja yang mengidolakannya.
Dalam dunia psikologi, ada istilah (cognitive) imitation, yang artinya mengobservasi dan meng-copy apa yang dilakukan oleh role model. Contoh yang paling gampang adalah ketika rambut “segi empat” diperkenalkan oleh Demi Moore, hampir seluruh wanita di dunia meniru model rambut tersebut. Coba kalau yang mengenalkan model rambut gituan adalah seorang anak SMA yang tidak dikenal, apakah dunia akan meng-copy model rambut tersebut? bahkan mungkin akan jadi bahan olok-olokan satu kelas.
Hal yang sama juga berlaku dalam kasus video porno mirip Ariel-Luna-Tari. Ketiga tokoh ini adalah role model dan menjadi panutan bagi penggemarnya, khususnya kaum remaja. Model pakaian apapun yang dipakai, jenis bahasa apapun yang digunakan bahkan kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukan oleh mereka, bisa menjadi satu trend dan ditiru oleh para penggemarnya. kalau pemeran dalam video itu benar-benar adalah Ariel, Luna dan Cut Tari, Bukan hal yang mustahil perbuatan itu akan menjadi trend di kalangan anak remaja.

Jadi masalah video porno yang dilakukan public figure tersebut kemudian dijadikan sebagai model bagi generasi muda. keteladanan dari public figur itulah yang kemudian ditiru oleh para remaja yang memang mempunyai sifat meniru dan keingin tahuan yang tinggi.
 


HUMOR PORNO UNTUK MENGHILANGKAN MENGANTUK


No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook