"HANYA YAHUDI
YANG MANUSIA”
‘The Longest
Hatred’ (Kebencian yang Paling Lama)
Yang Bukan-Yahudi adalah Hewan di bawah
Derajat Manusia
Yebamoth 98a, “Semua anak keturunan orang kafir tergolong
sama dengan binatang”.
"Hanya
Orang Bangsa Yahudi Yang Manusia, sedangkan orang-orang non Yahudi bukanlah
manusia melainkan binatang." (Kerithuth 6b hal.78, Jebhammoth 61a).
“Orang-orang non-Yahudi harus dijauhi, bahkan lebih daripada babi yang sakit.”
(Orach Chaiim 57, 6a). "Orang-orang Non Yahudi boleh dibantai / dibunuh
karena hukumnya Wajib." (Sanhedrin 58).
Penanaman
doktrin rasisme yang terdapat dalam Talmud dilakukan para orangtua kaum Zionis
kepada anak-anak mereka sejak dini. Survei yang diadakan oleh Ary Syerabi,
mantan perwira dari Satuan Anti Teror Israel, terhadap 84 anak-anak Israel usia
sekolah dasar, saat dia bergabung dengan London Institute for Economic Studies.
Ary Serabi ingin mengetahui perasaan apa yang ada di dalam benak anak-anak
Israel terhadap anak-anak Palestina sebaya mereka yang sesungguhnya. Kepada
anak-anak Israel itu Ary memberikan sehelai kertas dan pensil, lalu kepada
mereka Ary berkata, “Tulislah surat buat anak-anak Palestina, surat itu akan
kami sampaikan pada mereka. ”
Hasilnya sungguh
mencengangkan. Anak-anak Israel yang menyangka suratnya benar-benar dikirim
kepada anak-anak Palestina. Mereka menulis surat mereka dengan
sebenar-benarnya, keluar dari hati terdalam. Apa saja yang mereka tulis? Salah
satu surat ditulis oleh seorang anak perempuan Israel berusia 8 tahun. Ia
mengaku menulis surat kepada anak perempuan Palestina seusianya. Isi suratnya
antara lain:
"Sharon
akan membunuh kalian dan semua penduduk kampung… dan membakar jari-jari kalian
dengan api. Keluarlah dari dekat rumah kami, wahai monyet betina. Kenapa kalian
tidak kembali ke (tempat) dari mana kalian datang? Kenapa kalian mau mencuri
tanah dan rumah kami? Saya mempersembahkan untukmu gambar (ini) supaya kamu
tahu apa yang akan dilakukan Sharon pada kalian…ha…ha…ha”
Bocah Israel itu menggambar sosok Sharon dengan
kedua tangannya menenteng kepala anak perempuan Palestina yang meneteskan
darah.
'Protocols of
Learned Elders of Zion' (Protokol Para Pemuka Agama Yahudi) adalah rencana
praktis atau kertas kerja untuk merealisasikan semua kandungan Taurat dan
Talmud. Jika Talmud merupakan buah pahit dari ajaran Perjanjian Lama (Taurat),
maka Protol Yahudi ini merupakan kertas kerja yang meringkas semua ajaran
Talmud kepada rencana strategis modern dan kontemporer.
Metoda kerja yang dipakai oleh ‘Protokol’ untuk
menghancurkan suatu masyarakat cukup jelas. Memahami metoda itu penting jika
seseorang ingin menemukan makna dari arus serta arus-balik yang membuat orang
menjadi frustrasi ketika mencoba memahami kekacauan keadaan masa kini. Orang
menjadi bingung dan hilang semangat oleh berbagai teori masa kini dan
suara-suara yang centang-perenang. Setiap suara atau teori itu seakan-akan
dapat dipercaya dan menjanjikan masa depan yang lebih baik. Kalau saja kita dapat
memahami makna dari suara yang centang-perenang dan berbagai teori yang
amburadul itu, maka hal itu akan menyadarkan kita bahwa kebingungan dan
hilangnya semangat masyarakat merupakan sasaran yang dituju oleh ‘Protokol’.
Ketidakpastian, keragu-raguan, kehilangan harapan, ketakutan, semuanya ini
merupakan reaksi yang diciptakan oleh program yang diuraikan di dalam
‘Protokol’ yang diharapkan tercapai. Kondisi masyarakat dewasa ini merupakan
bukti efektifnya program tersebut.
Pelaksanaan ajaran Talmud tentang keunggulan kaum
Yahudi yang didasarkan pada ajaran kebencian itu telah menyebabkan penderitaan
yang tak terperikan terhadap orang lain sepanjang sejarah ummat manusia sampai
dengan saat ini, khususnya di tanah Palestina. Ajaran itu telah dijadikan dalih
untuk membenarkan pembantaian secara massal penduduk sipil Arab-Palestina.
Kitab Talmud menetapkan bahwa semua orang yang bukan-Yahudi disebut “goyim”,
sama dengan binatang, derajat mereka di bawah derajat manusia. Ras Yahudi
adalah “ummat pilihan”, satu-satunya ras yang mengklaim diri sebagai keturunan
langsung dari Nabi Adam a.s.
Beberapa kutipan yang diangkat dari Kitab Tamud
dalam uraian berikut ini merupakan dokumen asli yang tidak-terbantahkan, dengan
harapan dapat memberikan pencerahan kepada segenap ummat manusia, termasuk kaum
Yahudi, tentang kesesatan dan rasisme dari ajaran Talmud yang penuh dengan
kebencian, yang menjadi kitab suci baik bagi kaum Yahudi Orthodoks maupun
Hasidiyah di seluruh dunia.
Beberapa
Contoh Isi Ajaran Talmud
Erubin 2b, “Barangsiapa yang tidak taat kepada
para rabbi mereka akan dihukum dengan cara dijerang di dalam kotoran manusia
yang mendidih di neraka”.
Moed Kattan 17a, “Bilamana seorang Yahudi tergoda
untuk melakukan sesuatu kejahatan, maka hendaklah ia pergi ke suatu kota dimana
ia tidak dikenal orang, dan lakukanlah kejahatan itu disana”
Menganiaya seorang Yahudi Sama Dengan Menghujat
Tuhan dan Hukumannya ialah Mati
Sanhedrin 58b, “Jika seorang kafir menganiaya
seorang Yahudi, maka orang kafir itu harus dibunuh”.
Dibenarkan Menipu Orang yang Bukan-Yahudi
Sanhedrin 57a, “Seorang Yahudi tidak wajib
membayar upah kepada orang kafir yang bekerja baginya”.
Orang Yahudi Mempunyai Kedudukan Hukum
yang Lebih Tinggi
Baba Kamma 37b, “Jika lembu seorang Yahudi
melukai lembu kepunyaan orang Kanaan, tidak perlu ada ganti rugi; tetapi ,jika
lembu orang Kanaan sampai melukai lembu kepunyaan orang Yahudi maka orang itu
harus membayar ganti rugi sepenuh-penuhnya”.
Orang Yahudi Boleh Mencuri Barang Milik
Bukan-Yahudi
Baba Mezia 24a, “Jika seorang Yahudi menemukan
barang hilang milik orang kafir, ia tidak wajib mengembalikan kepada
pemiliknya”. (Ayat ini ditegaskan kembali di dalam Baba Kamma 113b),
Sanhedrin 57a, “Tuhan tidak akan mengampuni
seorang Yahudi ‘yang mengawinkan anak-perempuannya kepada seorang tua, atau
memungut menantu bagi anak-lakinya yang masih bayi, atau mengembalikan barang
hilang milik orang Cuthea (kafir)’ …”.
Orang Yahudi Boleh Merampok atau Membunuh
Orang Non-Yahudi
Sanhedrin 57a, “Jika seorang Yahudi membunuh
seorang Cuthea (kafir), tidak ada hukuman mati, Apa yang sudah dicuri oleh
seorang Yahudi boleh dimilikinya”.
Baba Kamma 37b, “Kaum kafir ada di luar
perlindungan hukum, dan Tuhan membukakan uang mereka kepada Bani Israel”.
Orang Yahudi Boleh Berdusta kepada Orang
Non-Yahudi
Baba Kamma 113a, “Orang Yahudi diperbolehkan
berdusta untuk menipu orang kafir”.
Yang Bukan-Yahudi adalah Hewan di bawah
Derajat Manusia
Yebamoth 98a, “Semua anak keturunan orang kafir
tergolong sama dengan binatang”.
Abodah Zarah 36b, “Anak-perempuan orang kafir
sama dengan ‘niddah’ (najis) sejak lahir”.
Abodah Zarah 22a – 22b, “Orang kafir lebih senang
berhubungan seks dengan lembu”.
Ajaran Gila di dalam Talmud
Gittin 69a, “Untuk menyembuhkan tubuh ambil debu
yang berada di bawah bayang-bayang jamban, dicampur dengan madu lalu dimakan“.
Shabbath 41a, “Hukum yang mengatur keperluan
bagaimana kencing dengan cara yang suci telah ditentukan”.
Yebamoth 63a, ” … Adam telah bersetubuh dengan
semua binatang ketika ia berada di Sorga”.
Yebamoth 63a, “…menjadi petani adalah pekerjaan
yang paling hina “.
Sanhedrin 55b, “Seorang Yahudi boleh mengawini
anak-perempuan berumur tiga tahun (persisnya, tiga tahun satu hari)”.
Sanhedrin 54b, “Seorang Yahudi diperbolehkan
bersetubuh dengan anak-perempuan, asalkan saja anak itu berumur di bawah
sembilan tahun”.
Kethuboth 11b, “Bilamana seorang dewasa
bersetubuh dengan seorang anak perempuan, tidak ada dosanya”.
Yebamoth 59b, “Seorang perempuan yang telah
bersetubuh dengan seekor binatang diperbolehkan menikah dengan pendeta Yahudi.
Seorang perempuan Yahudi yang telah bersetubuh dengan jin juga diperbolehkan
kawin dengan seorang pendeta Yahudi”.
Abodah Zarah 17a, “Buktikan bilamana ada pelacur
seorangpun di muka bumi ini yang belum pernah disetubuhi oleh pendeta Talmud
Eleazar”.
Hagigah 27a, “Nyatakan, bahwa tidak akan ada
seorang rabbi pun yang akan masuk neraka”.
Baba Mezia 59b, “Seorang rabbi telah mendebat
Tuhan dan mengalahkan-Nya. Tuhan pun mengakui bahwa rabbi itu memenangkan debat
tersebut”.
Gittin 70a, “Para rabbi mengajarkan, ‘Sekeluarnya
seseorang dari jamban, maka ia tidak boleh bersetubuh sampai menunggu waktu
yang sama dengan menempuh perjalanan sejauh setengah mil, konon iblis yang ada
di jamban itu masih menyertainya selama waktu itu, kalau ia melakukannya juga
(bersetubuh), maka anak-keturunannya akan terkena penyakit ayan”.
Gittin 69b, “Untuk menyembuhkan penyakit
kelumpuhan campur kotoran seekor anjing berbulu putih dan campur dengan balsem;
tetapi bila memungkinkan untuk menghindar dari penyakit itu, tidak perlu
memakan kotoran anjing itu, karena hal itu akan membuat anggota tubuh menjadi
lemas “.
Pesahim 11a, “Sungguh terlarang bagi anjing,
perempuan, atau pohon kurma, berdiri di antara dua orang laki-laki. Karena
musibah khusus akan datang jika seorang perempuan sedang haid atau duduk-duduk
di perempatan jalan “.
Menahoth 43b-44a, “Seorang Yahudi diwajibkan
membaca doa berikut ini setiap hari, ‘Aku bersyukur, ya Tuhanku, karena Engkau
tidak menjadikan aku seorang kafir, seorang perempuan, atau seorang budak
belian’ “.
Inilah sebagian kecil dari ayat-ayat hitam
Talmud. Setiap hari Sabtu yang dianggap suci (Shabbath), mereka mendaras Talmud
sepanjang hari dan mengkaji ayat-ayat di atas. Mereka menganggap Yahudi sebagai
ras yang satu-satunya berhak disebut manusia. Sedangkan ras di luar Yahudi
mereka anggap sebagai binatang, termasuk orang-orang liberalis yang malah
melayani kepentingan kaum Zionis.
Pengakuan Talmud
Abodah Zarah 70a, “Seorang rabbi ditanya, apakah
anggur yang dicuri di Pumbeditha boleh diminum, atau anggur itu sudah dianggap
najis, karena pencurinya adalah orang-orang kafir (seorang bukan-Yahudi bila
menyentuh guci anggur, maka anggur itu dianggap sudah najis). Rabbi itu
menjawab, tidak perlu dipedulikan, anggur itu tetap halal (‘kosher’) bagi orang
Yahudi, karena mayoritas pencuri yang ada di Pumbeditha, tempat dimana
guci-guci anggur itu dicuri, adalah orang-orang Yahudi”. (Kisah ini juga
ditemukan di dalam Kitab Gemara, Rosh Hashanah 25b).
Ibadah Orang Farisi
Erubin 21 b, “Rabbi Akida berkata kepadanya,
‘Berikan saya air untuk mencuci tangan saya’. Ia menjawab, ‘Air itu tidak cukup
bahkan untuk diminum, apalagi untuk membasuh tanganmu’ keluhnya. ‘Lalu apa yang
harus saya perbuat ?’ tanya seseorang lainnya, ‘padahal engkau tahu menentang
ucapan seorang rabbi diancam dengan hukuman mati?’ ‘Saya lebih baik mati
daripada menentang pendapat kawan-kawan saya’ ” (Ritual cuci tangan ini terekam
dikutuk Nabi Isa a.s. dalam Injil Matius 15 : 1- 9).
Genosida Dihalalkan oleh Talmud
Perjanjian Kecil, Soferim 15, Kaidah 10, “Inilah
kata-kata dari Rabbi Simeon ben Yohai, ‘Tob shebe goyyim harog’ (“Bahkan orang
kafir yang baik sekali pun seluruhnya harus dibunuh”). Orang-orang Israeli
setiap tahun mengikuti acara nasional ziarah ke kuburan Simon ben Yohai untuk
memberikan penghormatan kepada rabbi yang telah menganjurkan untuk menghabisi
orang-orang non-Yahudi [2].
Di Purim, pada tanggal 25 Februari 1994 seorang
perwira angkatan darat Israel, Baruch Goldstein, seorang Yahudi Orthodoks dari
Brooklyn, membantai 40 orang muslim, termasuk anak-anak, tatkala mereka tengah
bersujud shalat di sebuah masjid. Goldstein adalah pengikut mendiang Rabbi Meir
Kahane, yang menyatakan kepada kantor berita CBS News, bahwa ajaran yang
dianutnya mengatakan orang-orang Arab itu tidak lebih daripada anjing, sesuai
ajaran Talmud”.[3]
Ehud Sprinzak, seorang profesor di Universitas
Jerusalem menjelaskan tentang falsafah Kahane dan Goldstein, “Mereka percaya
adalah teiah menjadi iradat Tuhan, bahwa mereka diwajibkan untuk melakukan
kekerasan terhadap ‘goyyim’, sebuah istilah Yahudi untuk orang-orang
non-Yahudi”. [4]
Rabbi Yizak Ginsburg menyatakan, “Kita harus
mengakui darah seorang Yahudi dan darah orang ‘goyyim’ tidaklah sama”. [5]
Rabbi Jacov Perrin berkata, “Satu juta nyawa
orang Arab tidaklah seimbang dengan sepotong kelingking orang Yahudi”.[6]
Doktrin Talmud : Orang non- Yahudi
Bukanlah Manusia
Talmud secara spesifik menetapkan orang non-Yahudi
termasuk golongan binatang, bukan-manusia, dan secara khusus menyatakan bahwa
mereka bukan dari keturunan Nabi Adam a.s. Ayat-ayat yang berkaitan itu
ditemukan bertebaran di dalam Kitab Talmud, antara lain sebagai berikut :
Kerihoth 6b, “Menggunakan minyak untuk mengurapi.
Rabbi kita mengajarkan, ‘Barangsiapa menyiramkan minyak pengurapan kepada
ternak atau perahu, ia tidak melakukan dosa; bila ia melakukannya kepada
‘goyyim’, atau orang mati, dia tidak melakukan dosa. Hukum yang berhubungan dengan
ternak dan perahu adalah benar, karena telah tertulis: terhadap tubuh manusia
(Ibrani: Adam) tidak boleh disiramkan (Exodus 30:32); karena ternak dan perahu
bukan manusia (Adam)’ “. “Juga dalam hubungan dengan yang meninggal
(sepatutnya) ia dikecualikan, karena setelah meninggal ia menjadi bangkai dan
bukan manusia lagi (Adam).
Tetapi mengapa terhadap ‘goyyim’ juga
dikecualikan, apakah mereka tidak termasuk kategori manusia (Adam) ? Tidak,
karena telah tertulis: ‘Wahai domba-domba-Ku, domba-domba di padang
gembalaan-Ku adalah manusia (Adam)’ (Ezekiel 34:31): Engkau disebut manusia
(Adam), tetapi ‘goyyim’ tidak disebut sebagai manusia (Adam)’ “.
Pada ayat-ayat terdahulu para rabbi membahas
hukum Talmud yang melarang memberikan minyak suci bagi manusia. Dalam
pembahasan itu para rabbi menjelaskan bukanlah suatu dosa untuk memberikan
miyak suci itu kepada ‘goyyim’ (kaum non-Yahudi, seperti Muslim, Kristen, dan
sebagainya), karena ‘goyyim’ tidak termasuk golongan manusia (harfiahnya: bukan
keturunan Adam).
Yebamoth 61a, “Telah diajarkan: Begitulah Simeon
ben Yohai menerangkan (61a) bahwa kuburan orang ‘goyyim’ tidak termasuk tempat
yang suci untuk mendapatkan ‘ohel’ (memberikan sikap ruku’ terhadap kuburan),
karena telah dikatakan, wahai domba-domba-Ku yang ada di padang gembalaan-Ku,
kalian adalah manusia (Adam)’, (Ezekiel 34:31); kalian disebut manusia (Adam);
tetapi kaum kafir ltu tldak disebut manusia (Adam)’ “.
Hukum Talmud menerangkan bahwa seorang Yahudi
yang menyentuh bangkai manusia atau kuburan (Yahudi) menyebabkan ia ternajisi.
Tetapi hukum Talmud mengajarkan, sebaliknya, jika seorang Yahudi menyentuh
kuburan orang goyyim, hal itu membuat ia tetap suci, karena orang goyyim tidak
termasuk golongan manusia (Adam).
Baba Mezia 114b, “Dia (Rabbah) berkata kepadanya:
‘Apakah engkau bukan pendeta: mengapa engkau berdiri di atas kuburan ? Ia
menjawab: ‘Apakah guru belum mempelajari hukum tentang kesucian? Karena telah
diajarkan: Simeon ben Yohai berkata:‘Kuburan kaum ‘goyyim’ tidak menajisi.
Karena telah tertulis, ‘Wahai gembalaan-Ku gembalaan di padang rumput-Ku adalah
manusia (Adam), dan ia berdiri di atas kuburan kaum ‘goyyim’ “.
Mengingat pembuktian berdasarkan nash Taurat
(Ezekiel 34:31). disebut sampai berulang-kali pada ketiga ayat-ayat Talmud di
atas tadi, padahal dalam kenyataannya Taurat tidak pernah menyebutkan bahwa
hanya orang Yahudi saja yang termasuk golongan manusia. Para ‘hachom’ Talmud
sangat menekankan kekonyolan ajaran mereka tentang kaum ‘goyyim’. Hal itu
merupakan bukti bahwa mereka sebenarnya adalah rasis dan ideolog anti-kaum
non-Yahudi, yang dalam kebuntuan nalarnya telah mendistorsikan ayat-ayat Taurat
dalam rangka membenarkan kesesatan mereka.
Berakoth 58a, “Shila seorang Yahudi memberikan
hukuman cambuk kepada seseorang yang telah bersetubuh dengan seorang perempuan
Mesir: Orang yang dicambuk itu pergi mengadukannya kepada pemerintah, dan
berkata: ‘Ada seorang Yahudi yang memberikan hukuman cambuk tanpa izin dari
pemerintah’. Seorang petugas memerintahkan untuk memanggilnya (Shila). Ketika
ia (Shila) tiba, ia ditanya: ‘Mengapa engkau mencambuk orang ini?’ Ia (Shila)
menjawab: ‘ Karena ia telah menyetubuhi keledai betina’ “. “Petugas itu berkata
kepadanya: ‘Apakah engkau mempunyai saksi-saksi?’ Ia(Shila) menjawab ‘Saya
mempunyainya’. Kemudian (nabi) Elijah turun dari langit dalam bentuk manusia
dan memberikan bukti. Petugas itu berkata lagi kepadanya: ‘Kalau demikian
halnya seharusnya orang itu dihukum mati!’ Ia (Shila) menjawab: ‘Karena kami
telah diasingkan dari negeri kami, kami tidak mempunyai wewenang untuk
menjatuhkan hukuman mati; lakukanlah terhadapnya sesuai kehendak kalian’ “
“Ketika mereka masih mempertimbangkan perkara itu
Shila pun berteriak.• ‘Kepada-Mulah ya Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Kuasa’
(Kisah-kisah 29:11).
‘Apa kehendakmu? tanya petugas itu. Ia (Shila)
menjawab.• ‘Apa yang kukatakan ialah: Terpujilah Yang Maha Pengasih yang telah
menciptakan segala sesuatunya dari tanah serupa dengan Yang di Sorga, dan telah
memberikan kepadamu sekalian tempat tinggal, dan membuat kalian mencintai
keadilan’ “,
“Petugas itu berkata kepadanya (Shila).• ‘Apakah
engkau sedemikian membantu kepada kehormatan pemerintah?’ Petugas itu memberi
Shila sebuah tongkat dan berkata kepadanya: ‘Engkau boleh menjadi hakim. ‘
Tatkala petugas (orang ‘goyyim’) itu telah pergi, orang-orang yang ada disana
berkata kepadanya (Shila).• ‘Apakah Yang Maha Pengasih membuat mu’zizat bagi
kaum pendusta?’. Ia (Shila) menjawab mereka (‘goyyim’) disebut keledai? Karena
telah tertulis: Daging mereka adalah daging keledai’ (Ezekiel 23:30)
Ia (Shila) memperhatikan orang-orang itu akan
memberi-tahukan petugas-petugas itu bahwa ia (Shila) telah menyebut mereka
sebagai keledai. Maka ia (Shila) berkata.• ‘Orang itu adalah penuntut hukum,
dan Taurat telah mengatakan: Jika seseorang datang untuk membunuhmu, bangkitlah
segera dan bunuh dia lebih dahulu.
Begitulah tongkat yang diberikan kepadanya itu
dipukulkannya kepada terdakwa dan membunuhnya.’ Kemudian ia berkata: ‘Karena
sebuah mu’zizat telah terjadi melalui ayat ini, maka aku melaksanakannya’ “.
Bagian ini terpaksa diutarakan agak panjang,
tetapi agaknya terpaksa dikutip seluruhnya untuk memperlihatkan bagaimana
kedzaliman kaum Yahudi. Sebagai tambahan bahwa nabi Elijah sampai perlu turun
dari sorga ke bumi untuk menipu mahkamah kaum goyyim, disini Talmud
mengajarkan, bahwa kaum ‘goyyim’ pada dasamya adalah binatang, sehingga karena
itu Rabbi Shila (dan nabi Elijah) sama sekali tidaklah dapat disebut telah
berdusta atau telah membuat dosa.
Ceritera itu menjelaskan bahwa sekiranya
seseorang (termasuk orang Yahudi) mengungkapkan ajaran Talmud pandangan tentang
kaum ‘goyyim’ sama dengan keledai, maka ia akan menerima hukuman mati. Karena
mengungkapkan hal itu akan membuat kaum ‘goyyim’ murka dan akan menindas agama
Yahudi.
Kutipan Talmud dari kitab Ezekiel ini merupakan
“nash bukti” sangat penting, karena ayat itu menyatakan bahwa kaum ‘goyyim’ itu
termasuk golongan binatang (keledai). Ayat dari kitab Ezekiel pada Kitab
Perjanjian lama telah diubah dengan hanya mengatakan bahwa “orang Mesir
memiliki kemaluan yang besar” (sindiran – sama dengan keledai). Hal ini tidak
membuktikan atau menegaskan secara eksplisit bahwa orang Mesir yang dirujuk
oleh Taurat sarna dengan binatang. Dalam hal ini Talmud memalsukan Taurat
dengan cara mendistorsikan tafsir. Beberapa ayat Talmud yang lain yang
mengkaitkannya dengan kitab Ezekiel 23:30 yang memperlihatkan watak rasis orang
Yahudi ditemukan dalam Arakin 19b, Berakoth 25b, Niddah 45a, Shabbath 150a, dan
Yebamoth 98a. Lagipula nash aseli Sanhedrin 37a hanya mengkaitkannya dengan
persetujuan Tuhan untuk penyelamatan kaum Yahudi saja. [7]
Moses Maimonides Membenarkan Pembantaian
Begawan yang sangat dihormati, Moses Maimonides,
mengajarkan tanpa tedeng aling-aling, bahwa kaum Kristen wajib dihabisi. Tokoh
yang memberikan fatwa seperti itu memiliki kedudukan tertinggi dalam hirarki
agama Yahudi.
Moses Maimonides dipandang sebagai penyusun hukum
dan filosuf terbesar sepanjang sejarah Yahudi. Ia acapkali dengan penuh rasa
hormat disebut dengan nama Rambam, dan disapa dengan panggilan Rabenu Moshe ben
Maimon, yang artinya ‘Rabbi Kami Musa anak Maimun”.[8]
Inilah yang diajarkan oleh Maimonides tentang
boleh tidaknya menyelamatkan nyawa kaum ‘goyyim’, atau bahkan’ orang Yahudi
sekali pun yang berani menolak “inspirasi ilahiyah di dalam Talmud’.
“Sesungguhnya bila kita melihat seorang kafir
(‘goyyim’) sedang terhanyut dan tenggelam di sungai, kita tidak boleh
menolongnya. Kalau kita melihat nyawanya sedang terancam, kita tidak boleh
menyelamatkannya.” [9]. Naskah dalam bahasa Ibrani edisi Feldheim 1981 tentang
Mishnah Torah menyebutkan hal yang sarna seperti itu.
Dengan peringatan dari Maimonides itu, telah
diwajibkan bagi kaum Yahudi untuk tidak boleh menyelamatkan nyawa atau
memberikan pertolongan kepada seorang ‘goyyim’, ia sebenarnya menyatakan sikap
kaum Yahudi yang sebenarnya yang dibebankan oleh Talmud terhadap kaum
non-Yahudi.[10]
“Hal itu telah merupakan ‘mitvah’ (kewajiban
agama) untuk , menghabisi para pengkhianat kaum Yahudi, para ‘minnim’, dan
“apikorsim” dan membuat mereka jatuh ke dalam lobang kehancuran, karena mereka
telah menyebabkan penderitaan kepada kaum Yahudi, dan menipu manusia untuk
menjauh dari Tuhan, sebagaimana yang dilakukan oleh Isa dari Nazareth dan para
muridnya, dan Tzadok, Baithos dan murid-muridnya. Semoga terla’natlah mereka”.
Komentar penerbit Yahudi itu memuat pernyataan
Maimonides bahwa Nabi Isa a.s. adalah contoh seorang ‘min’ (“pengkhianat”
majemuknya ‘minnim’). Komentar itu juga menerangkan bahwa murid-murid Tzadok,
yaitu kaum Yahudi yang menolak kebenaran Talmud dan mereka yang hanya mengakui
hukum tertulis, yakni Taurat. Menurut buku ‘Maimonides’ Principles’ pada h.5,
Maimonides memerlukan waktu dua-belas tahun untuk menyimpulkan hukum dan
keputusan dari Talmud, dan mensistemasikan kesimpulannya itu ke dalam 14 jilid.
Karya itu akhirnya selesai pada tahun 1180 dan diberi judul ‘Mishnah Torah’,
atau ‘Syari’at Taurat’.
Maimonides mengajarkan pada bagian lain dari
‘Mishnah Torah’, bahwasanya kaum ‘goyyim’ bukanlah golongan manusia: “Hanyalah
manusia (kaum Yahudi), dan bukannya perahu, yang dapat memperoleh najis bila
bersentuhan … Bangkai dari seorang ‘goyyim’ tidak menyebabkan najis bila
bersentuhan dengan bayang-bayang seorang Yahudi … seorang ‘goyyim’ tidak sampai
menyebabkan penajisan; dan bila seorang ‘goyyim’ menyentuh, membawa, atau
membayangi … ‘goyyim’ itu tidak menyebabkan najis … mayat seorang ‘goyyim’
tidak menyebabkan menjadi najis; dan sekiranya’” seorang ‘goyyim’ menyentuh,
membawa, atau menjatuhkan bayangannya kepada mayat, ia dianggap tidak pernah
menyentuh mayat tersebut.” .[11]
Film ‘Schindlers List’ – Contoh
Kebohongan Kaum Yahudi
Teks Talmud (khususnya Talmud
Babilonia) pada Sanhedrin 37a tidak mewajibkan orang Yahudi untuk menyelamatkan
nyawa orang lain, terkecuali nyawa orang Yahudi. Moshe Maimonides memperkuat
ajaran Talmud tersebut. Tetapi, beberapa buku yang ditulis oleh orang-orang
Yahudi kontemporer (Hesronot Ha-shas) merujuk beberapa nash dari Talmud yang
seolah-olah memuat frase nilai-nilai universal, seperti, “Barangsiapa membunuh
kehidupan seseorang, hal itu sama dengan membunuh seluruh isi dunia; dan
barangsiapa memelihara kehidupan seseorang ,,, hal itu seperti ia telah
memelihara seluruh isi dunia”.
Bandingkan dengan al-Qur’an 5:32, “Barangsiapa
yang membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau
bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya”.
Namun Hesronot Ha-ash mengakui ayat-ayat di atas
tadi bukan katta-kata yang otentik dari Talmud yang asli. Dengan kata lain,
ayat-ayat bemada universal tersebut bukanlah nash otentik dari Talmud. Jadi
sekedar sebagai contoh, “versi universal” ini yang oleh Stephen Spielberg
dituangkan ke dalam filmnya ‘The Schindler’s List’ yang terkenal itu (dan
dikaitkan seolah-olah bersumber dari Talmud pada judul maupun iklan filmnya)
adalah penipuan dan merupakan propaganda, yang dimaksudkan untuk memberikan
polesan kemanusiaan kepada Talmud, yang pada hakekatnya adalah kitab yang penuh
berisi semangat rasisme dan chauvinisme Yahudi. Dalam nash Talmud yang aseli
tertulis pada ayat yang sama, “Barangsiapa memelihara bahkan satu nyawa orang
Israeli, maka ia seperti memelihara seluruh isi dunia”. Sama seperti ayat-ayat
yang lain, Talmud yang aseli hanya membicarakan perihal menyelamatkan
orang-orang Yahudi.
Tipuan Orang Yahudi
Sanggahan para rabbi orthodoks bahwa tidak ada
bukti dokumentasi otentik tentang rasisme dan semangat kebencian di dalam
Talmud adalah bohong besar, karena di dalam Baba Kamma 113a, menyatakan bahwa
“Orang Yahudi boleh berbohong untuk menipu kaum ’goyyim’ ‘.
The Simon Wiesenthal Center, sebuah pusat
propaganda ruhubiyah Yahudi yang didukung oleh dana multi-jutaan dolar terpaksa
memecat Rabbi Daniel Landes pada tahun 1995, karena rabbi ini menentang ajaran
dehumanisasi oleh Talmud terhadap orang non-Yahudi. “Sikap ini benar-benar
busuk”, katanya. Buktinya ? “Ya, pernyataan-pernyataan di dalamnya”.
Berdusta untuk menipu orang ‘goyyim’ telah lama
menjadi panutan di dalam agama Yahudi. Ambil contoh sehubungan dengan debat
pada abad ke-13 di Paris antara Nicholas Donin, seorang Yahudi yang telah
memeluk agama Katolik –yang oleh Hyam Maccoby diakui mempunyai pengetahuan yang
luas tentang Talmud”[12]- saat berkonfrontasi lawan Rabbi Yehiel. Pada waktu
itu Yehiel tidak sedang berada di bawah ancaman hukuman, atau dicederai. Namun
tanpa malu tetap saja berdusta sepanjang debat tersebut.
Sebagai contoh ketika ditanya oleh Donin apakah
ada ayat-ayat yang menghujat Jesus di dalam Talmud, Yehiel menyanggahnya.
Donin, seorang ahli dalam bahasa lbrani paham benar jawaban itu dusta maka.
Ryam Maccoby, seorang komentator Yahudi mengenai debat tersebut, yang hidup di
abad ke-20, membela kebohongan Rabbi Yehiel seperti ini, “Pertanyaan itu
mungkin diajukan, apakah Yehiel benar-benar percaya yang Jesus tidak
disebut-sebut di dalam Talmud atau, bisa juga ia mengajukan pertanyaan ini
sebagai suatu tipuan yang cerdik, untuk menciptakan keadaan mendesak Yehiel …
tentu saja Rabbi Yehiel dapat dimaafjkan bila ia tidak mengakui sesuatu yang
tidak sepenuhnya dipercayainya, dalam rangka mencegah proses tiranik yang
menghadapkan budaya dari suatu agama tertentu, terhadap agama yang lain”.[13]
Beginilah cara orang Yahudi menyanggah sampai
dengan hari ini tentang adanya nash Talmud yang mengandung ayat-ayat yang penuh
dengan kebencian. Sebuah kata tentang “kebohongan Yahudi diplesetkan dan
disulap menjadi “dapat dimaafkan”, sementara setiap penyelidikan terhadap
kitab-kitab suci Yahudi oleh peneliti non-Yahudi dipandang sebagai “proses
tiranik”. Sementara itu serangan kaum Yahudi terhadap kitab-kitab Injil Perjanjian
Baru dan al-Qur’an tidak pernah dianggap sebagai “proses tiranik”. Hanya kritik
kaum non- Yahudi yang dianggap tiranik, sedangkan cara mempertahankan diri bagi
orang Yahudi adalah berdusta.
Betapapun banyaknya sanggahan dan kebohongan yang
keluar dari ‘The Anti-Defamation League’ (ADL – ‘Liga Anti-Penghinaan’ Yahudi)
dan dari the Wiesenthal Center, dalam buku ini dikutip nash-nash baik dari
Talmud maupun juga dari mufassir Talmud ‚paling’ terkemuka” di mata orang
Yahudi sendiri, seperti Moses Maimonides,
Pada tahun 1994 Rabbi Tzvi Marx, direktur
pendidikan teknologi terapan pada ‘Shalom Hartman Institute’ di Jerusalem,
telah menulis semacam pengakuan yang menakjubkan tentang bagaimana kaum Yahudi
di masa yang silam telah membuat dua jenis kumpulan kitab: kitab Talmud yang
otentik sebagai bahan pelajaran bagi para pemuda mereka di sekolah-sekolah
(‘kollel’) Talmud, dan sebuah lagi kitab Talmud yang telah “disensor dan
diamendemen” yang ditujukan bagi konsumsi para ‘goyyim’ yang tidak mengerti
apa-apa. Rabbi Marx menjelaskan bahwa versi tafsir Maimonides yang dikeluarkan
untuk konsumsi umum, tertulis misalnya, “Barangsiapa membunuh seorang manusia,
ia telah melanggar hukum”. Tetapi Rabbi Marx menyatakan, nash yang asli
berbunyi, ” Barangsiapa membunuh seorang Israeli, ia melanggar hukum”. [14]
Buku Hesronot Ha-shas (“Yang Dihilangkan dari
Talmud”) lalu menjadi penting dalam kaitan ini. Heshronot Ha-shas dicetak-ulang
pada tahun 1989 oleh Sinai Publishing House, Tel Aviv. Heshronot Ha-shas
menjadi sangat berharga bagi kita, karena buku ini menyusun suatu daftar
panjang ayat-ayat Talmud yang diubah atau dihilangkan, dan daftar ayat-ayat
yang dipalsukan dewasa ini, yang dibuat untuk konsumsi kaum ‘goyyim’
seolah-olah ayat-ayat itulah yang otentik. Popper (h.58-59) menjelaskan :
“Tidak selalu yang disensor itu ayat-ayat panjang, tetapi acapkali satu kata
pun dihapus. … Acapkali dalam hal seperti itu digunakan dalam rangka
penghapusan dan penggantian”. [15]
Sebagai contoh pentarjamah versi Talmud dalam
bahasa Inggris terbitan Soncino menterjemahkan kata lbrani ‘goyyim’ dengan
sejumlah kata-ganti samaran seperti, “kafir, Cuthean, Mesir, penyembah
berhala”, dan sebagainya. Tetapi sebenarnya kata-ganti ini merujuk kepada
kata-aseli ‘goyyim’ (semua yang non- Yahudi).
Pada catatan-kaki no. 5 Talmud pada edisi Soncino
dijelaskan bahwa, “Istilah orang Cuthea (Samaritan) disini adalah untuk
menggantikan kata-aseli ‘goyyim’ … “ Hal itu merupakan praktek disinformasi
yang lazim dipakai oleh kaum Farisi untuk menyangkal adanya ayat-ayat yang
rasialistik di dalam Talmud yang telah diungkapkan terdahulu dalam buku ini,
dalam rangka mengklaim bahwa ayat-ayat itu adalah “karangan dari orang-orang
yang anti-Semit”, antara lain The Babylonian Talmud online Talmud versi Soncino
dengan editor Rabbi Dr. Isidore Epstein of Jews’ College, London. Bandingkan
penjelasan Seder ZERAIM (זרעים), MOED (מועד), NASCHIM (נשים ), NEZIKIN
(נזיקין), KODASCHIM (קדשים), TOHOROTH (טהרות) oleh Rev. I. B. Pranaitis (Roman
Catholic Priest) dalam buku The Talmud Unmasked, The Secret Rabbinical
Teachings Concering Christians
Pada tahun 1994, Lady Jane Birdwood (80 tahun),
ditangkap dan diadili di depan pengadilan pidana di London, hanya karena
"Kejahatannya" menerbitkan sebuah pamflet berjudul ‘The Longest Hatred’
(Kebencian yang Paling Lama), berisi seluruh pernyataan kebencian di dalam
Talmud yang diangkatnya dari ayat-ayat yang berisi kebencian kepada kaum
‘goyyim’ dan Kristen.
No comments:
Post a Comment