Tuesday, August 25, 2020

 

HUMOR LUCU CURHAT

 MASALAH AMPELOV

OLEH DR.MURA  MUBALLIG  PEKANBARU

 

Humor 20 tahun lalu menyatakan:

        Jangan dilarikan janda orang, kecuali suka sama suka.

           Jangan mencopet, kecuali terpaksa.

            Jangan terima ampelov sogok, kecuali isinya

        Di dunia wartawan, khusus surat kabar, misalya kalau redaktur melarang mengambil amplop, tapi redaktur itu masih mengambil amplop, ya sama saja bohong, kata seorang mantan wartawan. Katanya munafik itu namanya. Seorang kawan lain yang profesinya wartawan juga pernah curhat terkait amplop. Ia mengaku sering menerima amplop, namun ia merasa uang yang didapatkannya itu cepat habis.

    Ada yang bilang, itu penyebabnya karena uang dari amplop tersebut kurang berkah dan biasa juga disebut uang panas. Mereka yang sering menerima amplop, tetapi dilarang oleh perusahaan medianya, ada yang merasa bersalah dan merasa berdosa dalam menggunakan uang amplop tersebut. Kalau yang dibolehkan, mungkin tidak ada perasaan bersalah dan merasa uangnya kurang berkah. Jadi, apakah boleh menerima amplop atau tidak? Itu tergantung pribadi wartawan dan perusahaan medianya. Karena belum tentu juga media yang mengharamkan wartawannya itu mengambil amplop, namun para petingginya menjadi player di belakang.

          BERLIN, KOMPAS.com - Perusahaan China dan Rusia paling sering menyuap demi kelancaran bisnis saat beroperasi di luar negeri. Sektor terkorup adalah pekerjaan umum dan konstruksi, demikian ”Indeks Pembayar Suap” terbaru dari Transparansi Internasional, Rabu (2/11). Transparansi Internasional (TI) menyurvei sekitar 3.000 eksekutif perusahaan di 28 negara ekonomi besar, termasuk Indonesia .

  Semua negara anggota Kelompok 20 (G-20) dilibatkan dalam survei. Sebanyak 28 negara yang disurvei itu dinilai maju secara ekonomi. Dari hasil survei itu diketahui, China dan Rusia berada di peringkat paling bawah, yakni di posisi ke-27 dan 28. Itu artinya perusahaan di dua negara itu ”paling curang”, paling suka menyuap untuk melancarkan kegiatan bisnisnya, baik di dalam maupun luar negeri. Dikutip dari sebuah artikel yang  telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perusahaan China dan Rusia Suka Menyuap", Klik untuk baca: https://internasional.kompas.com/read/2011/11/03/0757495/perusahaan.china.dan.rusia.suka.menyuap.

       Bersih suap Lembaga nirlaba berbasis di Berlin, Jerman, itu mengatakan, tidak ada satu pun dari 28 negara itu yang ”sepenuhnya bersih dari suap”. Sedikit negara yang mengalami perubahan positif sejak peringkat itu dibuat terakhir kali pada tahun 2008. Itu artinya korupsi dan suap-menyuap merupakan kebiasaan buruk di banyak negara. Perlu dorongan kuat dari masyarakat untuk menciptakan kultur bisnis yang sehat. Ada 19 sektor usaha yang disurvei. Sektor pekerjaan umum dan konstruksi yang paling rentan atau rawan penyuapan.

     Pertanian dan kelistrikan paling sedikit mengalami praktik buruk itu. Namun, tidak ada satu sektor pun yang mendapat skor di atas 7,1 dari skala tertinggi 10. Pertambangan, minyak dan gas, real estat, jasa hukum, serta bisnis juga rentan terhadap suap. Semua sektor itu ”dicirikan oleh nilai investasi yang tinggi, adanya keterlibatan aktif pemerintah dan regulasi, baik yang memberikan peluang maupun insentif untuk korupsi”.

        Semoga Allah SWT, senatiasa memberi petunjuk, dan cahayanya kepada semua pengusaha dan penguasa, dapat pula mempertahankan kejujurannya, dalam segala bidang,sesuai dengan doa ihdinas Shirotol mustaqim.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook