Friday, August 21, 2020

 

TUHAN BERHUTANG, TUHAN JUGA LAPAR

Catatan Aneh Dr.Mura  Pembina IKMI  Riau

 

  Mustahil Allah berhutang, juga lapar. Jika ada lafaz-lafaz yang muhtamal (mengandung makna yang banyak) yang terkadang dari satu sisi datang untuk kesempurnaan dan satu sisi lainnya kadang untuk kekurangan / aib, maka wajib bagi setiap muslim yang cerdas untuk menjadikannya makna kinayah / sindiran yang boleh atas-Nya, dan menafikan dari apa yang tidak boleh atas-Nya.

      Maka ucapan di dalam tangan, pergelangan tangan dan jari Tuhan yang lembut membelaiku.adalah kalimat-kalimat indah yang menunjukkan makna-makna mulia, karena kalimat saa’id (pergelangan tangan) menurut orang Arab kadang terarahkan pada makna kekuatan dan kesangatan, dan disandarkan kalimat saa’id kepada Allah kerana sesungguhnya segala urusan milik Allah. Demikian juga ucapannya : ” Sesungguhnya sedekah itu jatuh di telapak tangan Allah yang Maha Pengasih “, diibaratkan dengan kalimat telapak tangan, dimaksudkan penjagaan orang miskin sebagai kemuliaan dan apa yang dibalik dengan jari jari itu lebih mudah dan ringan dan lebih cepat “.

    Jangan terlalu teks harfiyah, bahayyyya.

“lupa” adalah lawan kata dari ingat atau hafal. Sedangkan makna majazinya adalah meninggalkan. Oleh karena itu, apabila disebutkan kata “lupa” yang dilekatkan kepada Allah, misalnya “Allah lupa” atau “Allah melupakan” maka maksudnya adalah “Allah meninggalkan”, sebab makna hakikinya mustahil bagi Allah SWT.

 

Allah SWT berfirman:

 

الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا وَمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ

 

“Orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka. Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A’raaf: 51)

 

الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

 

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 67)

 

فَذُوقُوا بِمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا إِنَّا نَسِينَاكُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

 

“Maka rasakanlah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini (Hari Kiamat); sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 14)

 

وَقِيلَ الْيَوْمَ نَنْسَاكُمْ كَمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ

 

“Dan dikatakan (kepada mereka): “Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini dan tempat kembalimu ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong.” (QS. Al-Jaatsiyah: 34)

 

Abu Hurairah RA meriwayatkan:

 

قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ هَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الشَّمْسِ فِي الظَّهِيرَةِ لَيْسَتْ فِي سَحَابَةٍ قَالُوا لَا قَالَ فَهَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ فِي سَحَابَةٍ قَالُوا لَا قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ إِلَّا كَمَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ أَحَدِهِمَا قَالَ فَيَلْقَى الْعَبْدَ فَيَقُولُ أَيْ فُلْ أَلَمْ أُكْرِمْكَ وَأُسَوِّدْكَ وَأُزَوِّجْكَ وَأُسَخِّرْ لَكَ الْخَيْلَ وَالْإِبِلَ وَأَذَرْكَ تَرْأَسُ وَتَرْبَعُ فَيَقُولُ بَلَى قَالَ فَيَقُولُ أَفَظَنَنْتَ أَنَّكَ مُلَاقِيَّ فَيَقُولُ لَا فَيَقُولُ فَإِنِّي أَنْسَاكَ كَمَا نَسِيتَنِي

 

Bahwa Sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, apakah kami dapat melihat Tuhan kami pada hari kiamat?” Rasulullah SAW bersabda: “Apakah kalian terhalang melihat matahari di siang hari yang tidak tertutup awan?” Mereka menjawab: “Tidak, wahai Rasulullah.” Rasulullah SAW bersabda: “Apakah kalian terhalang melihat bulan di malam purnama yang tidak tertutup awan?” Para sahabat menjawab: “Tidak, wahai Rasulullah.” Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah yang menggenggam jiwaku. Kalian tidak akan terhalang melihat Tuhan kalian kecuali sebagaimana kalian melihat salah satu dari keduanya (matahari dan bulan). Pada hari itu Allah akan menemui setiap hamba lalu berkata: ‘Wahai hamba, bukankah Aku telah memuliakanmu, menjadikanmu pemimpin

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook