TUHAN BERHUTANG, TUHAN JUGA LAPAR
Catatan Aneh Dr.Mura
Pembina IKMI Riau
Mustahil Allah berhutang, juga lapar. Jika ada
lafaz-lafaz yang muhtamal (mengandung makna yang
banyak) yang terkadang dari satu sisi datang untuk kesempurnaan dan satu sisi
lainnya kadang untuk kekurangan / aib, maka wajib bagi setiap muslim yang
cerdas untuk menjadikannya makna kinayah / sindiran yang boleh
atas-Nya, dan menafikan dari apa yang tidak boleh atas-Nya.
Maka ucapan di
dalam tangan, pergelangan tangan dan jari Tuhan yang lembut membelaiku.adalah
kalimat-kalimat indah yang menunjukkan makna-makna mulia, karena kalimat saa’id
(pergelangan
tangan) menurut orang Arab kadang terarahkan pada makna kekuatan dan
kesangatan, dan disandarkan kalimat saa’id kepada Allah kerana sesungguhnya
segala urusan milik Allah. Demikian juga ucapannya : ” Sesungguhnya sedekah itu
jatuh di telapak tangan Allah yang Maha Pengasih “, diibaratkan dengan kalimat
telapak tangan, dimaksudkan penjagaan orang miskin sebagai kemuliaan dan apa
yang dibalik dengan jari jari itu lebih mudah dan ringan dan lebih cepat “.
Jangan terlalu teks
harfiyah, bahayyyya.
“lupa” adalah lawan kata dari ingat atau hafal. Sedangkan
makna majazinya adalah meninggalkan. Oleh karena itu, apabila disebutkan kata
“lupa” yang dilekatkan kepada Allah, misalnya “Allah lupa” atau “Allah
melupakan” maka maksudnya adalah “Allah meninggalkan”, sebab makna hakikinya
mustahil bagi Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا
وَمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ
“Orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai
main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka. Maka pada
hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan
mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat
Kami.” (QS. Al-A’raaf: 51)
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ
بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ
فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian
dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan
melarang berbuat yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah
lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang
munafik itulah orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 67)
فَذُوقُوا بِمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا إِنَّا
نَسِينَاكُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Maka rasakanlah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu
melupakan akan pertemuan dengan harimu ini (Hari Kiamat); sesungguhnya Kami
telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa
yang selalu kamu kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 14)
وَقِيلَ الْيَوْمَ نَنْسَاكُمْ كَمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ
هَذَا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
“Dan dikatakan (kepada mereka): “Pada hari ini Kami
melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini
dan tempat kembalimu ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh
penolong.” (QS. Al-Jaatsiyah: 34)
Abu Hurairah RA meriwayatkan:
قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
قَالَ هَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الشَّمْسِ فِي الظَّهِيرَةِ لَيْسَتْ فِي سَحَابَةٍ
قَالُوا لَا قَالَ فَهَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ
فِي سَحَابَةٍ قَالُوا لَا قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تُضَارُّونَ فِي
رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ إِلَّا كَمَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ أَحَدِهِمَا قَالَ فَيَلْقَى
الْعَبْدَ فَيَقُولُ أَيْ فُلْ أَلَمْ أُكْرِمْكَ وَأُسَوِّدْكَ وَأُزَوِّجْكَ وَأُسَخِّرْ
لَكَ الْخَيْلَ وَالْإِبِلَ وَأَذَرْكَ تَرْأَسُ وَتَرْبَعُ فَيَقُولُ بَلَى قَالَ
فَيَقُولُ أَفَظَنَنْتَ أَنَّكَ مُلَاقِيَّ فَيَقُولُ لَا فَيَقُولُ فَإِنِّي أَنْسَاكَ
كَمَا نَسِيتَنِي
Bahwa Sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: “Wahai
Rasulullah, apakah kami dapat melihat Tuhan kami pada hari kiamat?” Rasulullah
SAW bersabda: “Apakah kalian terhalang melihat matahari di siang hari yang
tidak tertutup awan?” Mereka menjawab: “Tidak, wahai Rasulullah.” Rasulullah
SAW bersabda: “Apakah kalian terhalang melihat bulan di malam purnama yang
tidak tertutup awan?” Para sahabat menjawab: “Tidak, wahai Rasulullah.”
Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah yang menggenggam jiwaku. Kalian tidak akan
terhalang melihat Tuhan kalian kecuali sebagaimana kalian melihat salah satu
dari keduanya (matahari dan bulan). Pada hari itu Allah akan menemui setiap
hamba lalu berkata: ‘Wahai hamba, bukankah Aku telah memuliakanmu, menjadikanmu
pemimpin
No comments:
Post a Comment