Friday, August 21, 2020

TUHAN PUNYA SIFAT LUPA

Catatan Pribadi 

Dr. Mura  Pembina IKMI   Riau

Tanpa takwil dan terlalu kaku memegang teks, maka orang bisa menafsirkah bahwa Allah punya sifat lupa. Itu namanya menghina Allah. Coba simak hadits, yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Sunannya lalu beliau mengatakan:

 

وَمَعْنَى قَوْلِهِ « الْيَوْمَ أَنْسَاكَ ». يَقُولُ الْيَوْمَ أَتْرُكُكَ فِى الْعَذَابِ. هَكَذَا فَسَّرُوهُ

 

“Makna ‘pada hari ini Aku akan melupakanmu’ adalah ‘Aku akan meninggalkanmu dalam siksaan’. Demikianlah para ulama menafsirkannya.”

 

Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsirnya surat Al-Baqarah ayat 106 mengatakan:

 

والأظهر أن حمل النسيان على الترك مجاز ، لأن المنسي يكون متروكاً ، فلما كان الترك من لوازم النسيان أطلقوا اسم الملزوم على اللازم.

 

“Yang lebih benar bahwa mengartikan ‘lupa’ dengan ‘meninggalkan’ merupakan majaz. Karena sesuatu yang dilupakan biasanya ditinggalkan, maka kata ‘meninggalkan’ termasuk konsekuensi (lazim) dari kata ‘lupa’ sehingga mereka biasa mengganti kata asal (malzum) dengan lazimnya.”

 

Jadi, memaknai kata “lupa” dengan “meninggalkan” adalah termasuk takwil karena kata “meninggalkan” merupakan makna majazi dari kata “lupa”, bukan makna hakikinya. Tulisan ini menjadi sanggahan terhadap kalangan yang mengingkari takwil terhadap teks-teks sifat.

Ada tulisan Ust. Ibnu Abdillah Al-Katibiy jazahullahu khairan yang dimuat dalam blog ASWJ-RG. Di situ disebutkan:

 

Imam asy-Syaukani mengatakan :

 

والنسيان الترك: أي تركوا ما أمرهم به، فتركهم من رحمته وفضله، لأن النسيان الحقيقي لا يصح إطلاقه على الله سبحانه، وإنما أطلق عليه هنا من باب المشاكلة المعروفة في علم البيان

 

” Dan Nisyan adalah at-tark yakni ” Tinggalkan lah (terjemah yang lebih tepat adalah: mereka meninggalkan, -Danang) apa yang Allah perintahkan pada mereka, maka Allah meninggakan mereka dari rahmat dan keutamaan-Nya. Karena Nisyan makna secara hakekatnya tidaklah sah dinisbatkan kepada Allah Ta’ala. Sesungguhnya lafaz nisyan dinisbatkan atas Allah di sini hanyalah dari segi bab musyakalah yang sudah ma’ruf dalam ilmu Bayan “.

 

Imam Fath ar-Razi mengatakan :

 

نسوا الله فنسيهم واعلم أن هدا الكلام لا يمكن إجراؤه على ظاهره لأنا لو حملناه على النسيان على الحقيقة لما استحقوا عليه ذما، لأن النسيان ليس في وسع البشر، وأيضا فهو في حق الله تعالى محال فلا بد من التأويل

 

” Mereka lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka ” ketahuilah sesungguhnya ucapan ini tidak mungkin memberlakukannya secara (makna) dhahirnya, kerana jika kita artikan Nisyan secara hakekatnya, maka mereka tidak berhak mendapat celaan, sebab nisyan bagi manusia bukanlah perkara yang dimaukan manusia, dan juga nisyan bagi Allah adalah mustahil, maka wajib ditakwil “.

 

Dikutip dari ustadz Danang Kuncoro Wicaksono, bahwa  Imam al-Qadhi Abu Bakar ibn ‘Arabi mengatakan :

 

” Hadits-hadits sahih dalam bab ini – yakni dalam bab shifat- terbagi menjadi tiga tingkatan :

 

Pertama : Sifat yang lafaz-lafaznya datang dengan menunjukkan kesempurnaan semata, tidak ada aib atau kekurangan. Maka ini wajib diyakini.

 

Kedua : Sifat yang lafaz-lafaznya ada kekurangan, maka ini tidak ada bagian sedikitpun bagi Allah, tidak boleh disandarkan kepada-Nya kecuali ia terhalang darinya dalam makna secara dharurat saja seperti firman-Nya, ” Wahai hambaku, aku sakit kenapa tidak menjengukku “, dan semisalnya.

 

Yang ketiga : sifat yang lafaz-lafaznya ada kesempurnaan akan tetapi mewahamkan taysbih “.

  

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook