MUBALLIG IKMI Riau.
1. ISTILAH “TANGAN ALLAH TERBELENGGU” HARUS DITAKWIL.
Catatan Kecil Dr.Mura Muballig I MUBALLIG IKMI Riau.
1. ISTILAH “TANGAN ALLAH TERBELENGGU” HARUS DITAKWIL.
Catatan Kecil Dr.Mura Muballig IKMI Riau.
Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.
وَقَالَتِ الۡيَهُوۡدُ يَدُ اللّٰهِ مَغۡلُوۡلَةٌ ؕ غُلَّتۡ اَيۡدِيۡهِمۡ وَلُعِنُوۡا بِمَا قَالُوۡا ۘ بَلۡ يَدٰهُ مَبۡسُوۡطَتٰنِ ۙ يُنۡفِقُ كَيۡفَ يَشَآءُ ؕ وَلَيَزِيۡدَنَّ كَثِيۡرًا مِّنۡهُمۡ مَّاۤ اُنۡزِلَ اِلَيۡكَ مِنۡ رَّبِّكَ طُغۡيَانًا وَّكُفۡرًا ؕ وَاَ لۡقَيۡنَا بَيۡنَهُمُ الۡعَدَاوَةَ وَالۡبَغۡضَآءَ اِلٰى يَوۡمِ الۡقِيٰمَةِ ؕ كُلَّمَاۤ اَوۡقَدُوۡا نَارًا لِّلۡحَرۡبِ اَطۡفَاَهَا اللّٰهُ ۙ وَيَسۡعَوۡنَ فِى الۡاَرۡضِ فَسَادًا ؕ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الۡمُفۡسِدِيۡنَ
Muballigh IKMI Riau.
Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.
Muballigh IKMI Riau.
Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.
وَقَالَتِ الۡيَهُوۡدُ يَدُ اللّٰهِ مَغۡلُوۡلَةٌ ؕ غُلَّتۡ اَيۡدِيۡهِمۡ وَلُعِنُوۡا بِمَا قَالُوۡا ۘ بَلۡ يَدٰهُ مَبۡسُوۡطَتٰنِ ۙ يُنۡفِقُ كَيۡفَ يَشَآءُ ؕ وَلَيَزِيۡدَنَّ كَثِيۡرًا مِّنۡهُمۡ مَّاۤ اُنۡزِلَ اِلَيۡكَ مِنۡ رَّبِّكَ طُغۡيَانًا وَّكُفۡرًا ؕ وَاَ لۡقَيۡنَا بَيۡنَهُمُ الۡعَدَاوَةَ وَالۡبَغۡضَآءَ اِلٰى يَوۡمِ الۡقِيٰمَةِ ؕ كُلَّمَاۤ اَوۡقَدُوۡا نَارًا لِّلۡحَرۡبِ اَطۡفَاَهَا اللّٰهُ ۙ وَيَسۡعَوۡنَ فِى الۡاَرۡضِ فَسَادًا ؕ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الۡمُفۡسِدِيۡنَ
QS AL-Maidah : 64.
Orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu.” Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu, padahal kedua tangan Allah terbuka; Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki. Dan (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu pasti akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan mereka.
Dan Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya. Dan mereka berusaha (menimbulkan) kerusakan di bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
2. ISTILAH ‘’ALLAH DI ATAS ARAS”.
al-Imâm al-Hâfizh Abu Bakr Ahmad ibn al-Husain al-Bayhaqi (w 458 H) penulis as-Sunan al-Kubrâ menuliskan sebagai berikut:
"والذي روي في ءاخر هذا الحديث [أي حديث :"والذي نفسُ محمد بيده لو أنكم دليتم أحدكم بحبل إلى الأرض السابعة لهبط على الله تبارك وتعالى" وهو حديث ضعيف] إشارة إلى نفي المكان عن الله تعالى، وأن العبد أينما كان فهو في القرب والبعد من الله تعالى سواء، وأنه الظاهر فيصح إدراكه بالأدلة، الباطن فلا يصح إدراكه بالكون في مكان. واستدل بعض أصحابنا في نفي المكان عنه بقول النبي صلى الله عليه وسلم: "أنت الظاهر فليس فوقك شىء، وأنت الباطن فليس دونك شىء"، وإذا لم يكن فوقه شىء ولا دونه شىء لم يكن في مكان"
Apa yang diriwayatkan dalam akhir hadits ini (Wa al-Ladzi Nafs Muhammad….. ) merupakan isyarat kepada peniadaan tempat bagi Allah, dan sesungguhnya para hamba pada dekat dan jauhnya bagi Allah sama saja, Dia Allah az-Zhahir; artinya bahwa adanya Allah dapat diketahui dengan adanya bukti-bukti, dan Dia Allah al-Bathin; artinya bahwa Allah tidak benar dapat diraih dengan menetapkan tempat bagi-Nya. Sebagian sahabat kami dalam meniadakan tempat dari Allah mengambil dalil dengan sabda Rasulullah:
“Engkau Ya Allah az-Zhahir tidak ada sesuatu apapun di atas-Mu, dan Engkau Ya Allah al-Bathin yang tidak ada sesuatu apapun di bawah-Mu”, ketika disebutkan bahwa tidak ada sesuatu apapun di atas-Nya dan tidak ada sesuatu apapun di bawah-Nya itu artinya bahwa Allah ada tanpa tempat” (Al-Asma’ Wa ash-Shifat, h. 400).
Masih dalam kitab al-Asmâ’ Wa ash-Shifât, al-Imâm al-Bayhaqi juga menuliskan sebagai berikut:
"قال أبو سليمان الخطابي: وليس معنى قول المسلمين: إن الله استوى على العرش هو أنه مماس له أو متمكن فيه أو متحيز في جهة من جهاته، لكنه بائن من جميع خلقه، هـانما هو خبر جاء به التوقيف فقلنا به ونفينا عنه التكييف، إذ _ليس كمثله شيء"
“
Abu Sulaiman al-Khaththabi berkata: Sesungguhnya perkataan orang-orang Islam “Allâh Istawâ ‘Alâ al-‘Arsy” bukan dalam pengertian bahwa Allah menempel atau bersemayam di sana, atau bahwa Allah berada di arah atas. Sesungguhnya Allah tidak menyerupai makhluk-Nya.
Dan sesungguhnya istawâ yang datang dalam al-Qur’an tentang sifat Allah adalah berita yang tidak perlu diperdebatkan, namun demikian kita harus menafikan makna sifat-sifat benda dari sifat Allah tersebut, karena seperti yang telah difirmankannya: “Dia Allah tidak menyerupai segala apapun, Dia Maha Mendengar lagi Mahamelihat” (QS. As-Syura: 11) (al-Asmâ’ Wa ash-Shifât, h. 396-397).
No comments:
Post a Comment